Chapter 1 - Pregnant

614 Words
Malam sudah larut. Pakaian tipis yang kugunakan bukan lagi sebuah masalah, sekalipun aku benar-benar kedinginan. Mataku berair lagi. Kenyataan memang selalu menyakitkan. Dan kenyataan yang kudapatkan sekarang adalah mendapati diriku sendiri hamil. Hamil? Seperti tersambar petir. Darahku berdesir cepat dan jantungku berdetak dengan menyakitkan. Aku tidak pernah menghitung berapa banyak air mata yang telah kubuang. Bagaimana caranya agar aku menghilangkan rasa jijik ini? Aku bertemu dengannya malam itu. Dia sedang bersandar disisi mobilnya dengan tampang yang acak-acakkan. Aku hanya berniat untuk bertanya apakah dia baik-baik saja, tapi kemudian dia membentakku, mengusirku pergi. Tapi dengan bodohnya aku diam di sana dengan rasa ibaku pada pria itu. Dia menangis, tapi sepertinya dia tidak sadar. Bibirnya biru karena dingin, lalu aku melepas mantel abuku dan melingkarkan benda itu kebahunya. Dia diam menatapku, seakan apa yang baru saja kulakukan adalah sebuah kesalahan. Dan dengan idiotnya, aku malah balas dengan senyum termanisku. “Terimakasih,” katanya. Kemudian ia berucap lagi sambil menatap ke arahku, “aku kedinginan dan kesepian. Maukah kau menemaniku sebentar disini hingga supirku datang?” Dia berucap sangat lirih. Aku bahkan lupa dia sedang mabuk. Dengan begitu, akupun yang sedang malas untuk pulang akhirnya memilih tinggal disana. Ikut bersandar pada mobil sportnya yang berwarna biru tua. Kami tidak mengucapkan sepatah katapun, tapi aku bisa merasakan tatapannya padaku. Karena risi, aku menoleh padanya. Dan pada saat itulah dia menarikku, menciumku. Aku meronta, mencoba untuk lepas darinya. Namun dia malah membawaku masuk kedalam mobilnya. Kemudian, disanalah semuanya terjadi. Kepalaku langsung terasa pening setelahnya. Samar kulihat ia tersenyum lembut. “Jika kau hamil, aku akan bertanggung jawab,” bisiknya di telingaku. Aku tidak tahu apakah saat itu dia tersadar atau masih berada di bawah pengaruh alkohol. Sebelum pagi benar-benar datang, aku terbangun dan mendapati diriku sendiri masih berada di dalam mobil itu. Pakaianku telah sobek. Sedangkan lelaki b******n itu entah berada dimana. Ia meninggalkan mantelku di jok mobil, dan aku langsung memakainya. Pulang dengan tertatih-tatih sambil menahan tangis. Bukankah aku ini sangat pantas disebut jalang? Ya tentu saja aku pantas mendapatkan julukan itu. Aku menyerahkan hartaku yang paling berharga pada pria asing yang bahkan tidak pernah kutemui sebelumnya. Dan kini, dia adalah tujuanku. Aku harus menemuinya dan meminta pertanggung jawaban darinya. Jika saat ini dia ada di hadapanku maka aku bersumpah akan langsung membunuhnya saat itu juga. Usiaku baru delapan belas. Apa kata orang-orang jika mereka tahu aku hamil? Aku bahkan belum memberitahu Christian akan hal ini. Tidak akan ada jalan untukku bisa memberitahunya. Dia pasti akan sangat marah dan kecewa. Aku menyayanginya, dan aku tahu dia juga sangat menyayangiku. Setelah kedua orang tua kami meninggal, Christian-lah satu-satunya keluarga yang aku punya, begitupun sebaliknya. Aku tidak tahu dimana aku berada. Tempat ini sangat sepi dan jauh dari keramaian. Udara yang bertiuppun semakin mencekam. Tubuhku terasa sangat pegal dan aku sangat lelah. Sekalipun begitu, aku tetap berjalan. Ini adalah salah satu kawasan elit di kota kecil ini. Aku mengingat mobil yang ia gunakan malam itu, membuatku semakin yakin dia berasal dari keluarga kaya yang biadap. Dari kejauhan, aku melihat silau lampu yang menyorot fokusku. Membuatku mengernyit, dan sebelum aku menyadarinya, aku terjatuh tidak sadarkan diri. Mataku masih setengah terbuka saat kulihat seorang wanita turun dari mobil dan menghampiriku. Aku juga masih bisa merasakan jemariku saat kueratkan mereka untuk saling menggenggam, dan sisanya, aku benar-benar tidak merasakan apapun seperti seseorang yang lumpuh.   ***   “Kau tahu apa yang harus kau lakukan, Justin.” Saat aku tersadar aku langsung mendengar seorang wanita berbicara. Tapi mataku masih enggan terbuka untuk mengetahui siapa wanita itu. “Aku tahu, Mom.” Kini giliran suara seorang lelaki yang menyahut. “Nikahi wanita itu sebelum ia berulah! Mom tidak ingin ada skandal apapun di keluarga kita.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD