Bagian 6

1147 Words
Dua hari kemudian... Hari ini Afifa telah di perbolehkan untuk pulang ke rumahnya. Hal ini sangat membuat Afifa senang. Senang karena ia tidak terbaring di brankar pasien dan tidak memakan bubur rasa air tawar. Afifa kembali ke rumahnya dengan di antar Maya. Karena, kedua orang tuanya sedang berada di luar kota. Sebelum pulang ke rumahnya, tiba-tiba Afifa merasa lapar. Maya pun segera membelokkan mobil yang ditumpanginya ke sebuah warung makan soto ayam. Maya memarkirkan mobilnya di tempat parkir warung soto ayam. Kemudian, mereka berdua keluar dari mobil dan memasuki warung tersebut. Mereka mencari kursi yang kosong karena tempat ini penuh dengan pengunjung. Lalu, Maya menemukan salah satu meja kosong yang berada di pojok tembok. Maya pun mengajak Afifa duduk di meja itu. Setelah duduk, mereka disambut oleh pelayan wanita yang membawa buku menu. Afifa membuka buku tersebut setelah pelayan tersebut memberikan buku itu pada Afifa dan Maya. "Mmmm... mbak, saya mau pesan soto ayam sama es jeruk" ucap Afifa pada pelayan tersebut. "Fa! Kamu kok minum es? Kamu belum boleh minum es dulu. Kamu kan baru keluar dari rumah sakit" ucap Maya saat Afifa memesan minuman dingin. Afifa menepuk jidatnya. Ia lupa jika ia baru sakit dan keluar dari rumah sakit. "Mbak, saya pesan soto ayam dua sama jus alpukat dua. Jus nya nggak pakek es ya mbak!" ujar Maya pada pelayan. Pelayan itu mengangguk. Kemudian, pelayan itu pergi untuk membuatkan pesanan mereka. Setelah menunggu sepuluh menit, pesanan mereka berdua datang. Akhirnya mereka memakan makanan mereka. "May, aku mau tanya sesuatu" ucap Maya setelah selesai makan. Afifa mengambil minuman yang ada di depannya. "Tanya apa?" jawab Afifa. "Kamu sama pak Akhtar ada hubungan ap? Sampai-sampai pak Akhtar nyuruh aku buat jagain kamu? " Afifa merasa jengah mendengar nama Akhtar. Ingin rasanya Afifa tidak menjawab pertanyaan Maya. Namun, melihat wajah Maya yang memohon jawaban darinya ia terpaksa menjawabnya. "Dia bukan siapa-siapa aku. Mungkin Pak Akhtar cuman prihatin sama aku" jawab Afifa dengan nada sewot. Maya hanya diam tak membalas. Mereka pun langsung membayar makanan mereka dan pulang ke rumah Afifa untuk mengantar Afifa. Keesokan harinya, Afifa sudah bersiap-siap untuk berangkat ke kampusnya. Setelah Afifa siap, ia memesan taksi online. Tak perlu menunggu lama, taksi yang dipesan Afifa datang. Afifa segera turun dari kamarnya dan memasuki taksi yang sudah menunggunya di depan rumah. Taksi yang dipesan pun berjalan menuju ke kampus. Afifa telah sampai di kampusnya. Afifa memberikan ongkos taksi online kepada sang sopir. Setelah itu, Afifa keluar dari taksi tersebut. Saat keluar dari taksi, ia bertemu dengan Maya yang memarkirkan mobilnya. "May!!" teriak Afifa pada Maya. "Eh fa!!" Maya menghampiri sahabatnya dengan berlari. "Eh, masuk bareng yuk?" tawar Maya. Afifa memutar bola matanya malas. "Yaelah may. Ini masih pagi. Masak kamu lupa, kita kan satu kelas" Maya menepuk jidatnya. "Oh iya. Aku lupa" "Yaudah yuk kita ke kelas" ajak Maya dan mereka berdua berjalan bersama menuju kelasnya. Saat mereka hampir tiba di depan kelas, tiba-tiba perut Maya terasa sakit. "Eh fa" panggil Maya. Afifa pun menghentikan langkahnya. "Ada apa?" tanya Afifa. "Aduuuhhh... Perut aku sakit. Aku mau ke kamar mandi dulu. Kamu tunggu di sini aja ya?" tanpa menunggu respon dari Afifa, Maya langsung berlari mencari toilet wanita. Afifa mendengus kesal. Ia harus menunggu Maya sendiri. Ia memilih duduk di kursi yang ada di sekitar koridor kampus. Akhtar baru sampai di kampusnya. Ia hampir saja telat masuk kerja karena semalam ia begadang mengerjakan tugas dari ayahnya. Beberapa hari lalu saat Afifa sakit, ayahnya juga sakit. Dan tidak ada yang mengurus perusahaan ayahnya. Mau tidak mau ia harus menuruti kemauan ayahnya. Selama itu pula, Akhtar tidak tahu tentang keadaan Afifa. Akhtar berjalan menerobos angin melewati koridor kampus. Tanpa sengaja, matanya melihat sosok wanita yang dua hari tidak ia ketahui keadaannya. Akhtar langsung menghampiri wanita itu. "Afifa" teriak Akhtar. Merasa ada yang memanggil namanya, Afifa menoleh ke arah suara. Ia terkejut jika yang memanggilnya adalah Akhtar. Akhtar berlari menghampiri Afifa. "Kamu kok masuk kuliah? Bukannya kamu harus istirahat?" tanya Akhtar lembut kepada Afifa. Afifa memutar bola matanya malas. "Bukan urusan bapak!!" "Lagian, saya cuman sakit biasa kok. Saya kuat kok buat masuk kuliah. Apalagi buat disakitin laki-laki yang nggak punya hati" ucap Afifa ketus. Lagi dan lagi, Akhtar mendapat jawaban pedas dari mulut Afifa. Sungguh demi appun ia tidak tahu mengapa Afifa bisa membencinya seperti itu. "Kenapa kamu membenci saya seperti ini Afifa? Apa salah saya ke kamu?" "Salah bapak banyak. Bapak udah buat hati saya sakit. Bapak yang udah membuat saya kehilangan akal sehat saya beberapa tahun lalu!! Saya sangat membenci bapak!! Bahkan melebihi saya membenci-" suara Afifa tercekak. Ia sudah tidak bisa melanjutkan bicaranya. Sudah terlalu sakit baginya untuk mengingat masa lalunya. Akhirnya ia memilih pergi meninggalkan Akhtar sendiri dan pergi menuju kelasnya. Jam kuliah selesai. Akhtar keluar dari kelas tempat ia mengajar. Lalu, ia berjalan menuju ke ruang dosen. Sesampainya di ruangannya, Akhtar menjatuhkan tubuhnya ke kursi kerjanya. Akhtar merasa sangat lelah hari ini.  Sebenarnya, saat ia menjadi presdir pengganti di perusahaan ayahnya, ia sangat merasa nyaman. Ia bisa bebas pulang ke rumah atau pun mengambil cuti. Namun, apalah daya jika ia sudah terlanjur menjadi dosen. Rasa mengantuk pun mulai menyergapnya. Akhtar memilih memejamkan matanya sebentar. Namun, tiba-tiba Akhtar teringat kejadian tadi pagi saat bertemu dengan Afifa. Akhtar kembali menegakkan tubuhnya. Ia ingin mencari tahu kenapa Afifa sangat membencinya. Maka dari itu, ia mengambil ponsel di dalam tas kerjanya dan membuka aplikasi w******p. Akhtar mencari kontak Dani, sahabatnya sekaligus tempat curhatnya. Setelah ditemukan, Akhtar mengirimkan pesan kepada Dani. Me: Assalamualaikum, Dan. Nanti kita bisa nggak ketemu di cafe depan kampus tempat aku kerja? Dani: Oke, nanti aku kesana Setelah Dani menyetujuinya, Akhtar menutup ponselnya dan bersandar di kursi kerjanya kembali.  Ia ingin beristirahat sejenak agar ia tidak mengantuk saat bertemu dengan Dani nanti siang Sesuai dengan kesepakatan, Akhtar pergi ke cafe depan kampusnya untuk bertemu dengan Dani. Ia ingin menceritakan apa yang dialaminya saat ini. Mengingat hanya Dani lah yang bisa memahami keadaannya. Akhtar memilih kursi kosong dekat dengan meja kasir. Ia duduk disana dan menunggu Dani  yang belum datang. Tak memerlukn waktu yang lama, Dani pun datang. "Assalamualaikum bro!! Udah lama ya nunggunya? Maaf tadi di jalan macet" ucap Dani dan duduk berhadapan dengan Akhtar. Akhtar tertawa lirih. "Waalaikumsalam, santai aja bro. Aku juga tadi baru dateng" "Oh ya, ngomong-ngomong kamu mau ngomong apa?" tanya Dani memulai pembicaraan. "Kita pesen minum dulu aja" jawab Akhtar. "Mbak!!" panggil Akhtar ke arah pelayan wanita. Pelayan itu menghampiri Akhtar dan memberikan buku menu kepada Akhtar dan Dani. Mereka pun memesan hot cappucino dan hot chocolate. Setelah semua pesanan di catat, pelayan tadi pun pergi. Hanya menunggu sekitar lima menit, pesanan mereka pun datang. "Jadi kamu mau ngomong apa?" ☕☕☕ Alhamdulillah selesai juga part ini. Gimana ceritanya?? Makin bagus Atau Makin jelek ??? Sebentar lagi bakalan ke bongkar siapa sebenarnya Akhtar di masa lalu Afifa dan Afifa di masa lalu Akhtar. Jadi tetep stay ya... See U❤
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD