Suara sah terdengar sampai ke sebuah ruangan yang di tempati oleh Afifa. Sang ibu-Layla, Zahra yang kini sudah menjadi mertua Afifa, dan sahabat Afifa-Maya menghampiri Afifa yang tengah duduk di sebuah kursi.
Layla sang ibu memeluk anaknya yang kini telah berpindah tugas kepada Akhtar dan kini baktinya juga berpindah ke Akhtar. Layla menangis terharu dalam pelukan Afifa.
"Alhamdulillah anak mama udah jadi isttinya orang lain" ucap mama dengan suara serak.
Afifa membalas pelukan mamanya yang telah melahirkannya. Ia juga ikut menangis. Sebenarnya ia menangis bukan karena ia telah sah menjadi istri Akhtar. Tapi karena melihat mamanya menangis.
Zahra dan Maya yang melihat itupun juga merasa terharu. Tak terasa air mata Zahra mulai membasahi pipinya. Maya pun langsung memeluk Zahra untuk menenangkan mama Akhtar yang sekarang sudah menjadi mertua Afifa.
Sekiranya Layla puas memeluk anaknya, ia melepaskan pelukannya.
"Yaudah kalau gitu. Kita jemput suami kamu ya! " Layla membantu Afifa berdiri dan juga di bantu oleh Zahra.
Layla berada di samping kanan Afifa dan Zahra berada di samping kiri Afifa. Sedangkang Maya, ia membantu mengangkat gaun bagian belakang Afifa karena gaun ini sangat besar hingga membuat Afifa sedikit kesulitan untuk berjalan.
Kurang beberapa langkah lagi Afifa sampai di tempat Akhtar yang kini sudah menjadi suaminya. Ia melihat Akhtar berdiri untuk menyambut kedatangannya.
Jujur, hari ini Akhtar tampak sangat tampan sekali. Hatinya tenang saat melihat wajah Akhtar yang tersenyum ke arahnya. Hatinya tiba-tiba menghangat ketika beberapa langkah lagi ia akan bersejajar dengan Akhtar. Afifa berhenti dengan jarak beberapa senti dari Akhtar.
Akhtar menatap Afifa yang kini sudah menjadi istrinya itu dengan sangat kagum. Afifa di hadapannya ini sangat cantik dengan sedikit polesan make-up di wajahnya. Dengan agak gugup Akhtar menjulurkan tangannya untuk diterima oleh Afifa agar dicium oleh Afifa.
Seolah Afifa mengerti dengan apa yang di lakukan Akhtar, Afifa menerima uluran tangan itu dan menciumnya dengan lembut.
Momen ini segera di tangkap oleh kamera yang dipegang oleh seorang photograph yang disewa oleh Fareezi. Kilatan blitz dari ponsel para tamu undangan mulai menyala. Mereka juga tidak ingin ketinggalan momen mesra seperti ini.
Setelah mencium tangan Akhtar, Afifa melepaskannya. Dan bergantian dengan Akhtar mencium keningnya dengan lembut sekali. Benda kenyal itu membuat matanya terpejam. Tiba-tiba rasa hangat pun mulai menjalar di tubuh Afifa. Rasanya sangat berbeda dengan ciuman pacarnya. Entah kenapa ada sedikit perasaan yang mengganjal di hatinya.
Para sahabat Afifa yang di undang oleh Afifa pun merasa baper.
"Ya Allah, kenapa jomblo menderita seberat ini? "
"Afifa sama Pak Akhtar udah sah, kalau gue harus Sah-bar"
"Oke mungkin ini adalah saatnya untuk balik badan ketimbang gue meleleh disini"
Setelah Akhtar mencium kening Afifa, tangan Akhtar beralih memegang ubun-ubun Afifa dan mulai membacakan sebuah do'a. Afifa ikut serta untuk mengamininya.
Setelah itu acara pemasangan cincin pun di mulai. Afifa mengambil cincin yang di pegang oleh sahabatnya-Maya untuk dipasangkan ke jari manis Akhtar.
Setelah terpasang di jari manis Akhtar, Akhtar mengambil satu cincin untuk dipasangkan ke jari manis Afifa. Lalu melakukan sesi pemotretan kembali. Kemudian mereka menandatangani buku nikah mereka dan melakukan pemotretan kembali.
Semua acara sudah selesai dan tinggal acara salam-salaman yang dilakukan oleh semua tamu undangan.
Akhirnya semua acara telah usai dan tamu undangan pun juga sudah mulai pergi satu persatu.
Fareezi dan Afnan menghampiri anak dan menantunya yang sedang berbicara dengan teman mereka masing-masing di dekat meja.
"Akhtar, Afifa"
Merasa nama mereka dipanggil, mereka berdua mengjampiri Fareezi dan Afnan.
"Iya pa, om" jawab Akhtar.
"Iya yah, om" jawab Afifa.
"Lho, kok panggilannya gitu sih? Kan udah bwda lagi" ucap Afnan tidak terima dengan panggilan yang diberikan oleh Akhtar.
"Oh maaf om. Eh! Maksutnya Pa"
Afnan tersenyum. "Nah gitu dong... " jeda sebentar "Afifa kamu juga. Kamu harus ganti nama panggilan kamu ke Fareezi"
Afifa hanya mengangguk dan menurut saja. Ia sedang malas berdebat dengan siapa pun saat ini.
"Oh ya. Kamu sama Akhtar foto lagi ya. Itu udah ada tukang potonya yang lagi nungguin kalian di depan Masjid. Mumpung Masjid bagus buat foto. Abis itu kita foto keluarga" ujat Afnan.
Akhtar mengangguk dan menurut. "Iya Pa. Nanti Akhtar sama Afifa kesana"
Namun Afifa hanya diam tak berkata. Ia sudah pasrah saja daripada ia akan membuat masalah disini.
Akhtar menatap Afifa yang hanya diam saja tak berucap. Ia tahu jika Afifa tidak mau menikah dengannya. Tapi ia sudah berjanji untuk menjaga Afifa dan mertuanya dari kejahatan David. Ia akan sabar dengan sikap Afifa yang mungkin akan sangat menyakitkan hingga Afifa benar-benar membalas cinta dan pengorbananya.
Akhtar menggenggam tangan Afifa dengan lembut. Sontak membuat Afifa kaget. Akhtar mengabaikan wajah Afifa yang seakan menolak genggamannya. Ia menarik Afifa dengan lembut untuk keluar dari area dalam Masjid dan menghampiri tukang foto yang ada di depan Masjid.
Fareezi dan Afnan yang menatap itu tersenyum bahagia. "Akhirnya anak kita bisa menikah" ucap Afnan.
Fareezi mengangguk dan tersenyum bahagia. Lalu mereka saling merangkulkan tanganya di pundak dan berjalan menghampiri istri mereka.
Akhtar dan Afifa sudah berada di luar Masjid. Akhtar memakai selop yang berada di dekat pot bunga. Setelah selesai memakai selopnya, Akhtar menghampiri Afifa. Namun ia melihat Afifa yang kesusahan untuk memakai sepatunya karena gaunnya yang dipakai terlalu besar. Akhirnya ia menghampiri Afifa.
"Ada apa? " tanya Akhtar dengan lembut.
Afifa memutar bola matanya malas.l dan menjawabnya dengan nada kasar. "Bapak bisa lihat sendiri kan pak?! Saya lagi ngapain?! "
Akhtar mencoba bersabar dengan jawaban Afifa yang sangat menusuk hatinya. Tanpa membuang-buang waktu lama, Akhtar membungkukkan badannya agar sejajar dengan kaki Afifa. Lalu membantu memakaikan sepatu ke kaki Afifa.
Afifa terkejut dengan perlakuan Akhtar. Matanya membola sempurna. Ia tidak menyangka jika Akhtar akan melakukan hal yang tidak ia sangka.
Setelah semua sepatu terpasang di kaki Afifa, Akhtar berdiri dan menatap Afifa.
"Mau kamu segalak apapun, mau kamu sebenci apapun pada saya. Saya akan tetap berdiri di hadapan kamu sebagai pelindung kamu. Cinta saya ke kamu tidak akan pernah berubah sampai kapanpun. Bahkan sampai saya mati, cinta saya tidak akan pernah berubah. Saya akan menunggu kamu membalas cinta saya. Karena hanya kamu yang ada di hati saya"
Lalu Akhtar memajukan sedikit badannya hingga tidak ada jarak diantar mereka. Kemudian Akhtar menggenggam tangan Afifa dengan lembut dan mencoba menyalurkan rasa hangat ke tubuh Afifa.
"Jika kamu membutuhkan sandaran, saya akan selalu ada untuk kamu. Saat kamu sedih atau senang, saya akan tetap berada di dekat kamu. Meskipun kamu mengkasari saya, saya akan tetap menjadi sandaran untuk kamu. Agar kamu tidak kekurangan kasih sayang dari saya. Dan apapun yang kamu lakukan kepada saya, akan saya terima dengan ikhlas sepenuh hati saya. Akan saya berikan semuanya kepada kamu agar kamu bahagia, termasuk nyawa saya. Ini janji saya. Janji saya kepada kamu yang saya ucapkan di depan Masjid ini dan di hadapan Allah swt. Ana Uhibbiki Fillah, zaujaty"
Kemudian Akhtar memeluk tubuh Afifa. Tanpa di sadari Akhtar, air mata Afifa jatuh membasahi pipinya. Ia terharu dengan ucapan Akhtar. Ia merasa bersalah telah mempermainkan perasaan Akhtar. Padahal Akhtar sudah sangat baik untuknya. Namun, ego Afifa lebih besar. Ia tidak akan pernah membuka hatinya untuk Akhtar. Sampai kapanpun.
Alhamdulillah part ini selesai juga.
Akhtar itu terlalu baik untuk Afifa.
Dan Afifa terlalu jahat untuk Akhtar.
Semoga Akhtar kuat untuk menepati janjinya.
Dan semoga Afifa bisa cepat-cepat bertaubat.
See U ❤