MENGEJUTKAN.
"emhh.. le..pasin! LEPASIN GUE b******k!"
"kamu mau tau seberapa brengseknya aku hmm?" pria yang kondisinya sangat parah berada didepan nisa sekarang, mereka saling dorong diatas ranjang king size itu.
gadis dengan tubuh tak terlalu kecil itu pun memutar otaknya,akal memang dibutuhkan dari pada emosi melihat situasinya sekarang.
DUAK!
"s**t! APA APAAN KAU?!" merasa sudah aman nisa pun bergegas kabur,namun sialnya ketika sampai didepan pintu tiba tiba pintu terbuka dari luar.
BRUAK!
"ANJRIT! sial apa gue" seorang pria yang di susul. seorang wanita dibelakangnya,hanya melirik sekilas lalu masuk dengan buru buru.
"mereka siapa? lah bodo amat yang penting gue aman"
tok.. tok..
"masuk"
ceklek
"ada apa sa?"
"a-aku.. mau..resign bos"
"kenapa?"
"gak cocok aja bos"
"oke gak masalah,padahal banyak pelanggan yang suka liat kamu"
"sialan! harusnya gue gak kesini"
"ini gaji kamu,sesuai perjanjian ya"
"makasih bos,permisi" ia langsung bergegas menggantikan seragamnya, yang.. entah lah ia sendiri merinding melihat pakaian yang ia pakai tadi.
***
tap.. tap..
langkah kaki nisa menaiki satu per satu anak tangga,dengan santai sambil menyedot satu per satu yoghurt kesukaannya.
"haii.. pagi lylyy.." nisa hanya diam sudah tertebak,itu rendy anak jurusan sebelah yang pasti nongol kalau nisa lewat kelasnya setiap pagi.
gak capek? iya capek,tapi kalau gak dibiarin jadinya ribet urusannya malah tambah panjang,karena nisa tau fans gila rendy itu ada dimana mana.
"gak mau bagi aku itu,yoghurtnya?" masih sama,kalimat itu lagi.
"gak"
"ehh tumben jawab"
"jangan ganggu"
"kenapa?"
"capek"
"okee" tampak rendy berhenti membiarkan nisa yang terus berjalan menjauh darinya.
"rely kenapa ya? kok kek sedih gitu ya?"
sebenarnya hari ini adalah hari kelulusan siswa siswi kelas 12 SMK SMA MALV, kalau bukan karena pendataan surat kelulusan ogah banget nisa kesekolah,alasannya karena ini.
"heh ninik lampir! masih punya muka lo balik kesini?! masih punya malu gak sih?! lo gak bakalan lulus,BEGO!" nisa hanya diam,tak ingin ambil pusing cacian cacian cacing itu.
"WOI! LO TULI?!!" temannya kepala geng mulai berulah,ia menoyor kepala nisa berkali kali.
"WOI KUMPUL DI AULA SEKOLAH!" pekik seseorang dari luar,membuat para babik itu mendengus kesal.
"BACOT LO! KETIMBANG KUMPUL DOANG"
"rendy ngeband" kalimat itu berhasil membuat para cacing itu seperti terkena garam,kejang kejang.
"cih! b***h" nisa pun menyandang tas legendnya,dari orok sampai sekarang masih bagus.
ia berjalan menuruni anak tangga satu per satu.
"denisa aurely, dua belas Desain A" suara seseorang dari ruangan yang baru saja ia lewati membuatnya berhenti sejenak,lalu kembali.
"maaf?" ia sebenarnya heran,namun juga penasaran makanya ia putar balik.
"silahkan duduk"
"aduhh.. apalagi ini astagaa.." belum lagi suasana canggung itu membuat nisa semakin tak nyaman.
"kenal dia?" menunjukkan beberapa foto dari laptopnya,yang diyakini nisa harganya gak main main ketahuan banget dari la.. bukan itu permasalahannya
"astaga.. sekarang masalah apalagi" ingin rasanya ia menghilang dari muka bumi sekarang juga.
"tidak"
"oh ya? anak pemilik MALV BOUTIQUE,saya rasa kamu pasti tau karena butik ini berhubungan dengan desain"
"emm.. tapi apa hubungannya dengan saya?"
"kau sangat berani,bagaimana dengan ini?" mengeluarkan beberapa lembar gambar.
"dugaan gue bener,sial apa gue.." ia hanya bisa mengumpat sekaligus meratapi nasibnya.
"kau tampak tak terkejut,sudah terbaca?"
"apa yang perlu saya lakukan?" ia tahu otak orang kaya memang ribet, apalagi kalau udah orang tinggi yang turun tangan, pasti mau sesuatu.
"kau mau apa dari putra ku?!"
"tidak ada"
"apa maksud mu?"
"maaf nyonya malves,jika ini tak seperti yang ada dalam rencana anda,saya tidak akan meminta apapun dari keluarga anda,permisi" beranjak hendak pergi.
"menikah lah dengannya"
"sialan" nisa menghentikan gerakannya,ia hanya berdiri mematumg disana.
"surat kelulusan mu ada ditangannya" nisa keluar dari ruangan VVIP itu,ia benci. Jika biasanya ia tahan dengan cacian juga ancaman dari para pembullynya,tapi ini beda ini tentang masa depannya yang entah bagaimana kabarnya sekarang.
Hal hal indah yang sudah ia rencana kan setelah lulus dari sekolah persetan ini,namun siapa yang tau rencana tuhan atau ini rencana keluarga orang kaya ribet itu?
"dimana gue bisa nemuin dia? ayo dong denisa mikir dong.." tepukan dibahunya membuat ia terlonjak kaget hingga hampir melompat, jantungnya.
"kok bengong ly?"
"emm? gapapa"
"sini aku mau ngomong sesuatu" menarik pelan tangan nisa,hingga ketaman sekolah.taman biasanya ramai, karena seluruh siswa dikumpulkan di aula sekolah jadi hari ini sepi.
"apa?" tanyanya tak sabar,ia ingin segera pergi mencari iblis itu.
Kaget nisa hampir terjungkal,melihat buket bunga mawar merah didepannya. ia curiga.
"ly..aku udah dari lama banget nyiapin ini buat kamu,aku rasa sekarang waktu yang tepat. Kamu mau ga jadi pacar aku?"
"aduhh.. gimana nih anak orang"
bukannya tak ada alasan mengapa nisa tak memiliki perasaan pada rendy, ia tau persis sifat rendy dan ia yakin rendy tidak akan menyangka sifat aslinya. Maka suatu saat nanti, entah cepat atau lambat mereka hanya akan jadi mantan atau bertahan dihubungan yang toxic.
"emm.. rendy sini duduk dulu,gak enak kaya gitu" rendy pun menurut saja.
"gini ya.. gue tau kalau lo nembak gue gini pasti karena ada sesuatu di gue" rendy tampak terkejut,namun ia berusaha untuk tak memperlihst kan itu.
"gak ada ly,aku suka sama kamu karena.. karena sifat kamu dan karena itu kamu"
"itu juga berarti karena sesuatu ren.. sorry lo pasti kaget ya, ini yang gue maksud ren yang lo suka itu sifat gue, tapi gue aslinya gak seperti yang ada dipikiran lo" rendy diam,mungkim menyerna kalimat nisa.
"gak bisa diubah ly?" nisa menggeleng.
"pertama,gue gak mau ngasih lo harapan. kedua, gue mau jadi diri sendiri kalau sama orang yang gue percaya. ketiga, gue gak mau nerima lo sedangkan gue gak punya perasaan sama lo,karena ujung ujungnya gue merasa bersalah dan lo sakit hati juga"
"gapapa kalau lo mau benci sama gue,gue udah biasa kok heheh"
"ly.. gak bisa kamu belajar nerima aku? belajar buka hati kamu buat aku?"
"gak bisa ren, sekali lagi sorry"
"fans lo serem serem soalnya" nisa lalu pergi,keluar dari gerbang sekolah.
"apa gue balik lagi ke nyokapnya bangke ya? tapi..yah dia udah pergi" melirik mobil mewah milik Megan alexandria.
"ehh kok muter balik?"
"masuk" singkat padat jelas.
"saya?" menunjuk dirinya sendiri.
"iya,naik" nisa ragu.
"kalau gue diculik gimana? kalau gue disandera gimana? tapi kan gak ada yang mau nebusin gue juga tapi.."
"satu"
"hah? apa apaan ini!" dengan terpaksa dan setengah hati,ia pun masuk kedalam mobil.
sepanjang perjalanan nisa hanya diam,menikmati suasana canggung yang mulai menggerogoti jiwa batin fisiknya sedari tadi.
"gak mau turun? betah amat"
"denisa aurely cantik baik sabar.."
tak.. tak.. tak..
"suara langkah orang kaya beda ya sama remahan roti gandum" menatap sepatu putihnya,masih bagus mayan.
"masuk!"
"iya iya,judes banget astaga.."
ting!
ceklek
denisa masih diluar masih sibuk,sibuk perang sama isi otaknya sendiri.
"ini ruang siapa? jangan jangan gue mau dijual sama om om perut buncit kepalanya bo.."
"mami tinggal dulu,kalian ngomong berdua aja"
"mami? ehh!!" ia sudah didorong oleh nyonya malves,pintunya dikunci sialan.
nisa hanya berdiri,diam menatap langit langit ruang CEO itu.
"kira kira langit langitnya ada yang bocor gak ya.. berapa ya ha.."
"duduk"
"didik nyenyenye" ia tetap duduk.
"tanda tangan" ia menyodorkan berkas,juga pulpen.
brak!
detik berikutnya berkas berkas itu sudah tercecer dimeja.
"perjanjian? ohh mau nikah kontrak? nikah sendiri sama langit langit kantornya, bagus kok" hanya memgang satu lembar berkas,halaman bagian tanda tangannya.
"apa maksud mu?! kau kira ini pilihan? tidak! ini perintah!" ia tampak emosi.
"tua tua kok emosian,entar stroke lagi"
"saya tidak berniat menanda tangani berkas ini"
"apa mau kau?!"
"tanpa kontrak,cukup ingat diotak lo"
"kau kira saya bodoh?! kau ingin kita menikah tanpa kontrak? kau benar benar licik! apa kau ingin uang lebih banyak dari itu?!" menunjuk berkas itu lagi.
"ambil duit lo, bawa mati sana! lo inget ini di otak lo, gue cuma gak mau tidur bareng lo,sisanya terserah lo! puas?"
"oke deal"
"surat kelulusan gue"
brak!
"okee" memeriksa isinya.
"lo butuh berapa lama? satu bulan? dua bulan?"
"satu malam"
"oke de.."
"APA MAKSUD KALIAN?!!"
"apes banget dah,idup gini amat yaa.."
"satu malam?! kamu bermimpi reon? mami ingin kamu bertanggung jawab atas denisa,apa maksud mu hah?! reon jawab!"
"aku tidak akan pernah menikahinya,karena aku tidak mencintainya sama sekali" nada suaranya rendah,namun tegas.
"baik,kamu tak perlu bertanggung jawab atas dia biar mami saja,tapi jangan pernah berharap.."
"baik lah baik lah,akan ku nikahi dia besok"
"drama apa ini?" terjebak ditengah tengah perdebatan dua manusia benar benar sesuatu.
"denisa?"
"hah? apa tuh?" kaget sebenarnya.
"besok siap?"
"bisa saya bicara dulu sebelumnya?" Megan mengangguk.
"tidak pernah terjadi apapun.."
tok.. tok..
"masuk"
ceklek
masuk seorang wanita dengan pakaian rapi.
"itu dia!"
"kamu pasti pernah bertemu dengannya kan,nisa?"
"hah? i-iya.."
"didepan pintu kamar?" nisa hanya mengangguk.
"apapun alasan kamu ingin menghindari pernikahan ini,tetap lah itu sebuah kesalahan jika kamu menghindarinya"
"tapi.."
"besok ya? denisa aurely"
"baik lah" lalu kedua wanita itu keluar,yang disusul oleh nisa.
"apa sih?!" tangannya ditarik paksa oleh manusia,yang waktu pembagian ekspresi dia ngacir nyari seblak. Makanya ekspresi dia cuma dua,datar sama marah.
"kau kira kita benar benar menikah? kontraknya tetap berlaku selama kita menikah,dalam waktu yang tak ditentukan"
"serah!"
ceklek brak!
"wahh berani sekali dia"
***
"kau ikut saya"
"kemana?"
"kau akan tinggal dirumah kami"
"kenapa?"
"nikah juga belom"
"besok pernikahan kalian,saya ingin memastikan semuanya berjalan sesuai rencana,melihat kau berusaha mencari alasan untuk membatalkan pernikahan ini membuat saya meragukan mu"
"niat kabur aja gak ada padahal" gumamnya,niatnya ngedumel ehh malah kedengeran.
"sekarang ada?"
"ada" nyengir nya hilang,setelah melihat tatapan garang dari calon mertuanya,membuat ia bergidik ngeri.
"iya deh gak jadi" nyengir lagi.