Butuh pertolongan

1021 Words
Setelah itu Zara berpamitan kepada dokter yang merawat ibunya. "Saya pergi dulu ya ke depan, Dok, sebentar," kata Zara pamit. Zara pergi ke luar rumah sakit. Ia memegang pelipisnya karena pusing, saat ini ia harus meminta tolong ke siapa. "Kalau ke Thomas mana punya dia uang segitu, tapi kalau ke bos pemilik Nirwana Golf Bali mungkin akan meminjamkan, tapi kan diriku hanya pekerja lepas apa dikasih," gumam Zara. Zara akhirnya mencoba pergi ke Nirwana Golf. Zara berjalan mendekati pangkalan ojek. Lalu ia akan naik ojek karena dirinya harus cepat-cepat menuju tempat yang dituju. "Bang, antar saya ke Nirwana Golf," kata Zara. "Iya baik, Neng. Silahkan naik," kata abang ojek. Brum brum Ojek yang ditumpangi zara mulai melaju cepat. Di atas motor, Zara menitikkan air matanya. Dirinya tidak tahu lagi harus bagaimana dan ia hanya punya ibunya saat ini, dia tidak sanggup kehilangan ibunya. Zara tidak pernah tahu soal ayah kandungnya sendiri karena dari kecil ibunya selalu bilang ayahnya tidak pernah ada dan mereka hanya berdua, dirinya tidak mau ibunya bersedih sehingga dia tidak pernah bertanya lagi. Zara hanya tahu dia bukan darah Indonesia asli, Ibunya pernah bercerita bahwa ia campuran Belanda. Ojek yang Zara tumpangi sudah berhenti di depan gedung Nirwana Golf. Zara membayar ojeknya dan tak lupa berterima kasih, ia melangkah masuk ke dalam dengan cepat. "Ehh Zara, ada apa? kok balik lagi? Katanya kamu sudah tidak mau kerja di sini?" tanya Samantha salah satu teman Zara di Nirwana Golf. "Hhmm, aku mau minta tolong ingin ketemu sama pemilik Golf ini apakah bisa?" tanya Zara. "Buat apaan kamu ketemu sama pemilik di sini? Kamu mau pinjam duit?" kata Samantha terkekeh. "Iya," balas Zara sambil menunduk. "Hah? Beneran gila, kamu berani banget, emang ada apa?" tanya Samantha. "Ibu aku di rumah sakit membutuhkan biaya operasi tapi aku tidak ada uang, untuk itu aku akan meminjamnya. Aku tidak apa-apa kalau gaji ku dipotong buat bayar hutang ku," jawab Zara lirih. "Ya udah kamu coba aja, soalnya setahu aku bos kita enggak mungkin minjemin uang sebanyak itu deh," balas Samantha. "baiklah, terima kasih," kata Zara. Zara berjalan menuju ruangan bosnya. Di depannya ada sekretarisnya bos. "maaf, Bu. Zara mau ketemu bapak, ada yang mau dibicarakan," kata Zara. "Ada keperluan apa ya?" tanya sekretaris itu. "Ada keperluan penting, dan ini saya hanya ingin berbicara pada bapak," jawab Zara. "Tunggu ya, saya telepon bapak dulu," kata sekretaris itu. Sekretaris itu menelepon bosnya. "Ohh iya, pak, iya," kata sekretaris itu. "Silahkan, Zara. Masuk aja ke dalam," kata sekretaris itu. "Halloo, Zara," kata Seno dengan nada genit sambil mengedipkan sebelah matanya. "Halloo, Pak. Maaf mengganggu waktunya, saya ingin meminta tolong pada Bapak," kata Zara terbata-bata. "Silahkan duduk,Zara. santai aja, mau minta tolong apa, Cantik?" tanya Seno dengan senyum manisnya. Zara menatap wajah Seno dengan mata berkaca-kaca. "Saya mohon maaf, Pak Seno. Saya tahu saya baru saja bekerja sebentar itu pun cuma pekerja lepas tapi ini benar-benar urgent, saya sangat membutuhkan uang untuk pengobatan ibu saya di rumah sakit," jawab Zara. Seno melangkah mendekati Zara. "Zara sayang, jangan bersedih," kata Seno merangkul Zara membuat Zara merasa tidak enak diperlakukan seperti ini. "Apa Bapak bisa membantu saya?" tanya Zara lirih. "Berapa yang kamu butuhkan, Sayang?" tanya Seno. "Sekitar," kata Zara terpotong. Brakk Muncul seorang wanita dengan muka memerah, sepertinya sangat marah melihat Zara dan Seno. "Dasar perempuan pelakor, ngapain kamu dekat dekat suami saya?!" teriak istri Seno. "Ma, tenangkan diri Mama, ini tidak seperti yang Mama lihat," kata Seno. "Menurut Papa, Mama buta hha?! tadi Papa rangkul-rangkul wanita muda ini, wanita jaman sekarang benar kegatelan sama pria tua," kata Nina istri Seno ketus. Zara mundur karena istri seno ingin menghampirinya. "Maaf, Nyonya. Saya hanya ingin meminjam uang saja untuk pengobatan ibu saya, ibu saya harus operasi tolong bantu saya, Nyonya," pinta Zara menangkup kedua tangannya di wajahnya. "Menurut kamu saya akan meminjami kamu, kamu pikir kamu siapa hha?!" kata Nina dengan nada tinggi. Zara sudah terisak di tempat. "Zara, tolong keluar dari ruangan saya, saya tidak bisa meminjamkan kamu saat ini," kata Seno. Zara menatap Seno dan juga Nina dengan mata yang sudah mengeluarkan air mata membasahi pipinya. "Nyonya, Pak, tolong saya, saya sangat membutuhkan uang itu, hidup mati ibu saya ada di sana, Pak saat ini," pinta Zara yang sudah sesegukkan. "Pa, usir wanita ini atau Mama akan mengusirnya sendiri dengan cara Mama," kata Nina dengan mata yang tajam menatap Zara. Security tiba -tiba sudah masuk ke dalam. "Tolong usir pelakor kecil ini," perintah Nina. "Maaf, Nyonya. Saya bukan selingkuhan Pak Seno, saya cuma meminta tolong. Terima kasih Nyonya atas fitnahnya, semoga Nyonya akan mendapat karma dari ini semua," kata Zara mengangkat dagunya lalu menghapus air matanya. "Zara, tunggu," panggil Seno. "Papa," rengek Nina bergelayur di tangan Seno. Sedangkan Zara pergi berlari dari ruangan Seno, lalu Zara mendudukkan diri di luar gedung Nirwana Golf. "Kenapa nasibku seperti ini? Kenapa semuanya begini hiks ... hiks?" gumam Zara. Zara terkejut tiba-tiba ada yang membelai punggungnya. Zara melihat ke belakang dan ternyata Samantha. "Samantha," kata Zara. Samantha tersenyum membawa Zara dalam pelukannya. "Aku punya seseorang yang bisa membantumu, orangnya sangat baik. Biasa pelanggan di sini, dia juga konglomerat," kata Samantha. Zara melepaskan pelukan Samantha. "Siapa, Mantha? Boleh aku minta tolong padamu bantu aku untuk bertemu dengan orang itu," pinta Zara. "Ini kartu nama orangnya dan ini alamat rumahnya zara. Sepertinya saat ini dia sudah pulang ke rumahnya," balas Samantha. Zara menggeleng-gelengkam kepalanya. "Tapi kalau nanti kaya kejadian Pak Seno tadi gimana?" tanya Zara. "Kamu lihat aku, saat ini tuan besar itu sedang di rumah sendirian paling, karena aku dengar istri dan anaknya tidak ada di rumah lagi ada urusan. Kamu butuh duit cepat kan? ini jalan untuk kamu," jawab Samantha. "Iya diriku sangat membutuhkan uang tapi kalau sampai meminta imbalan yang lain bagaimana, apa aku akan menurut begitu saja?" gumam Zara dalam hati. "Zara, ayo cepat berpikir, jangan buang-buang waktu lagi," kata Samantha memberikan sebuah kartu nama. Zara mengambil kartu nama dan alamat rumah tuan itu, dia melihat nama yang terpampang di kartu nama, Yudha Alfarez. Zara melafalkan nama Yudha Alfarez di dalam hatinya, ia sangat berharap ditolong saat ini. "Terima kasih, Samantha. Kamu dewi penyelamatku," kata Zara memeluk erat Samantha.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD