Penyerang Misterius

1762 Words
Pranggg! Marry yang masih setengah sadar tentu saja segera membuka mata dan mengambil sikap duduk dari posisi tidurnya. Mata Marry menatap tajam ke arah kaca jendela kamarnya yang pecah, kemudian dia teringat tentang obat haram yang dia bawa dari markas. Segera Marry melompat turun dari kasurnya dan mengambil tas AQM-304 lalu memeluknya erat. Marry berjalan menuju laci nakas samping tempat tidur dengan tatapan mata yang masih sangat tajam dan waspada ke arah luar jendela yang kacanya pecah. Dengan cepat Marry mengambil pistol tersebut dan berlari cepat menuju lemari kemudian mengambil jaket hitamnya. Setelah memakai jaketnya, Marry juga berjalan ke arah meja rias untuk mengambil ponselnya. Setelah itu Marry baru berjalan keluar kamar apartementnya. Marry berlari cepat menuju area parkiran VIP, langkah larinya semakin dia percepat kala suara tembakan yang memecahkan kaca kamar penghuni lain terdengar. Marry buru-buru masuk ke dalam lift, kemudian memencet tombol lantai paling bawah. Wanita itu menunggu dengan rasa gelisah dan kesal, matanya menatap tajam lurus ke depan. Saat pintu lift terbuka, Marry segera berjalan cepat keluar dan mencari mobilnya. Marry berjalan mendekat ke arah mobilnya, namun langkahnya terhenti kala melihat spion mobil dan kaca mobilnya telah hancur. Dor! Suara tembakan terdengar, peluru dengan cepat mengarah ke kepala Marry dari belakang. Marry yang cekatan segera menghindar dengan cara membungkuk, kemudian berguling. Ada orang yang berhasil masuk ke parkiran VIP? Batin Marry, segera dia menggunakan tas AQM-304 sebagai penutup wajahnya. Marry adalah anggota spesial atau biasa disebut dengan anggota tingkat SSS, identitas dan wajahnya adalah sebuah rahasia besar. Karena anggota tingkat SSS biasanya lebih sering melaksanakan tugas di luar, dari pada sembunyi-sembunyi. Marry dengan cepat bangkit, kemudian berlari kencang menjauhi orang misterius yang terus menembakkan peluru ke arahnya. Marry memutuskan untuk bersembunyi di balik salah satu mobil orang lain yang terparkir, kemudian dengan cepat merogoh kantung jaketnya untuk mengambil ponsel. Marry menghidupkan layar ponselnya, kemudian ke menu kontak dan mencari nama Anashtasia. Marry dengan rasa tidak sabaran menunggu Anashtasia mengangkat panggilan darinya, suara tembakkan acak terus menerus terdengar, Marry merasa kesal. Siapa yang berani repot-repot berbuat masalah dengannya secara terang-terangan. Dor! Di tembakkan kali ini mengenai kaca mobil yang Marry buat untuk bersembunyi, untuk menghindari pecahan kaca, tentu saja Marry harus mengelak. Tetapi, jika dia mengelak, bisa jadi wajahnya akan terlihat oleh pelaku. Jika penembak ini berasal dari anggota Yakuza, akan menjadi masalah besar jika orang itu melihatnya. Perjalanannya menuju Italia tidak akan tenang dan lancar. Alhasil, Marry sama sekali tidak menghindar dan membiarkan beberapa keeping pecahan kaca melukai wajah dan beberapa bagian tubuhnya yang tidak tertutup kain. "Halo?" Suara Anashtasia terdengar dari ponsel Marry, wanita itu telah mengangkat panggilannya. "Anashtasia, bisa kamu ke apartemen-ku sebentar? Cepat, gunakan mobilnya yang memiliki kecepatan paling cepat!" Pinta Marry mendesak. Anashtasia yang mendengar suara tembakkan peluru yang nyaring dari tempat Marry mengerutkan keningnya khawatir. "Marry, apa ada sesuatu?" Marry yang mendengar Anashtasia malah banyak bertanya menggertakan giginya kesal, wanita itu berdecih,"Tch! Anashtasia, aku akan menjelaskannya padamu nanti. Sekarang yang terpenting adalah kamu ke tempatku. Nyawaku dan keberhasilan atas perintah Big Papa akan berhasil atau tidak, itu tergantung seberapa cepat kamu mengemudi mobil. "Baik, aku akan cepat menuju tempatmu. Bertahan, Marry," balas Anashtasia cepat begitu Marry berkata demikian, Big Papa memang memiliki pengaruh besar. Marry yang mendengar balasan Anashtasia tersenyum tipis. "Tentu saja aku akan bertahan, kamu pikir aku siapa?" kemudian Marry mematikan sambungan teleponnya. Selesai menelepon Anashtasia, Marry kembali fokus kepada pertempuran. Saat orang misterius tersebut tidak melihat pergerakan mengelak atau melarikan diri dari mobil yang baru saja ditembakki-nya, orang misterius itu lanjut berjalan dan menembak mobil-mobil lain. Marry diam-diam mengintip, kemudian mengelurkan pistolnya dan memidik kepala orang misterius tersebut. Namun, belum sempat Marry pelatuknya, tiba-tiba pria itu berbalik dan mnembakkan peluru ke arahnya. Marry terkejut dan segera kembali bersembunyi. Jika tadi Marry telat mengelak, maka kepalanya akan tertembak. Marry juga terkejut Karena pria itu menyadari keberadaannya, setelah itu berbalik cepat dan menembakkan pistol ke arahnya tanpa membidik pasti lebih dulu. Hanya beberapa orang di dunia yang bisa melakukan hal seperti tadi, sepertinya Marry harus benar-benar serius. Orang itu bukan penembak biasa. Marry mendengar suara langkah kaki yang santai mendekat ke arahnya, Marry lagi-lagi menggertakan giginya kesal. Marry membuka jaketnya sedikit, kemudian menrobek paksa rok piyama miliknya untuk dijadikan masker penutup wajah. Tak memakan waktu banyak, setengah wajah Marry sudah ditutupi oleh robekan panjang rok piyama miliknya, hanya meninggalkan dua mata yang terlihat tajam dan cekatan. Saat pria misterius itu sudah mencapai titik di mana Marry bersembunyi, tatapan pria itu berubah menjadi sangat dingin. Pasalnya, Marry tiba-tiba menghilang dari tempat tersebut. Mata pria misterius itu segera mengamati seluruh area parkiran yang dapat dia lihat. Matanya melirik ke sana kemari untuk menemukan Marry. "Mencari siapa?" suara Marry tiba-tiba terdengar dari arah belakang pria itu. Mata Marry menatap dingin ke arah punggung pria misterius, tangan kirinya menenteng tas AQM-304 dan tangan kanannya menodong pistol ke kepala pria misterius tersebut. Pria misterius yang mendengar suara Marry segera berbalik cepat dan terkejut melihat Marry tiba-tiba muncul di belakangnya. Tatapan mata mereka bertemu lama, Marry yang menyadari kontak mata mereka lumayan lama tersenyum tipis. Wah, matamu cantik juga. Kemudian Marry menghilangkan senyum tipisnya dan melanjutkan,Karena aku menyukainya, serahkan bola matamu. Dor! Marry langsung menembakkan peluru ke arah pria misterius tersebut, matanya menatap dingin dan aura membunuh muncul dari tubuhnya. Melihat pria misterius itu berhasil mengelak, Marry semakin merasa kesal dan jengkel. Dengan jarak yang lumayan dekat dan tembakkan pistolnya yang melesat sangat cepat, melihat pria misterius itu berhasil mengelak tentu membuat Marry tertegun tetapi juga kesal. Pria yang menyerangnya ini, sepertinya anggota atau penembak, atau pembunuh bayaran tingkat SSS. Tch, merepotkan. Marry membalas serangan penembakkan peluru secara berutal seperti yang pria misterius itu lakukan padanya sepuluh menit lalu, wanita itu menyeringai kala melihat sang pria misterius itu sedikit kewalahan menghindari serangannya. Tak-tak! Marry mengerutkan keningnya kesal dan menatap pistolnya ketika pistolnya sudah berhenti mengeluarkan peluru. Gawat, sepertinya peluru Marry habis! Marry menggertakkan giginya kesal, kemudian membuang pistolnya ke sembarang arah. Marry menggerutu kesal, bagaimana mungkin dirinya sampai lupa membawa stok peluru baru atau pistol cadangan? Melihat Marry sudah berhenti menembak, pria misterius itu menatap Marry dengan diam. Wajah mereka yang sama-sama tertutup setengah kain terlihat sangat misterius. "Sawamura?" Tanya Marry dengan dengusan dingin. Pria itu tidak menjawab, dia hanya diam menatap tangan kiri Marry yang menentang tas AQM-304. Marry yang menyadari ke mana arah tatapn pria itu tersenyum dingin, kemudian mengangkat tangan kirinya dan menggoyangkan pelan tas AQM-304. "Apa yang kamu inginkan ini?" Pria misterius itu tetap diam dan tidak menjawab, matanya yang tadi menatap tas AQM-304, kini beralih menatap mata Marry dengan sangat dingin seperti sebelumnya. Marry sedikit terkejut karena tiba-tiba pria itu berani berjalan mendekat dengan santai ke arahnya, Marry sekali lagi mendengus dingin. "Apa? Mau berkelahi secara fisik? Kamu pikir karena aku sedang memakai piyama aku jadi memiliki gerakan yang terbatas?" kemudian Marry semakin mempererat cengkeramannya di tas AQM-304, kemudian ikut berjalan maju. Marry dengan cepat mengangkat kakinya dan berusaha menendang keras pria misterius itu, tetapi dengan cepat sang pria misterius menangkis tendangan Marry dengan tangan kosong. Marry mengerutkan keningnya, matanya menatap sulit ke arah pria misterius. Paa! Bugh! "Arghh!" ringis Marry kala pria itu memukul kakinya yang tadi pria misterius itu tangkis, kemudian kaki pria itu terangkat dan menendang perutnya hingga Marry terpental ke belakang. Marry terkapar di lantai parkiran, kemudian wanita itu dengan cepat bangkit kembali walaupun dengan tubuh yang sedikit sempoyongan. Boleh juga, kata Marry, kemudian wanita itu menyeringai tipis. Tangan kanan Marry kini sibuk menyentuh perutnya yang terasa nyeri. Marry melakukan sedikit peregangan kepada lehernya, kemudian kembali menatap pria misterius itu dengan tatapan ingin membunuh. "Ayo, maju, k*****t!" Marry berlari cepat ke arah pria misterius, begitu juga sebaliknya. Saat sudah dekat, mereka saling melemparkan bogem mentah. Tetapi terkadang salah satu dari mereka menjadi sibuk menangkis. Bagh! Marry memukul kepala pria misterius itu dengan tas AQM-304 yang sangat keras, hal ini tentu saja membuat pria misterius terseut tumbang ke samping karena merasakan pening luar biasa yang tiba-tiba datang. Marry menatap pria itu dengan dingin, wanita itu hanya diam dan tidak bicara apa pun. Matanya yang tajam menatap pria misterius itu dengan sangat dingin. Marry berjalan mendekat ke arah pria misterius tersebut, kemudian sedikit membungkuk untuk menatap mata pria itu yang tengah terpejam sembari memegangi kepalanya yang terasa sangat pening. Dilihat dari matamu, sepertinya kamu pria tampan. Jika kamu tidak membuat masalah denganku, mungkin kita bisa menghabiskan satu malam sembari minum bersama? ujar Marry, kemudian tangan kanannya bergerak untuk menarik kain masker pria tersebut. Saat tangan Marry baru menyentuh kain masker dan belum sempat menariknya, tiba-tiba mata pria itu terbuka dan tangannya menahan tangan Marry. Ahh! Marry terkejut saat pria itu tiba-tiba menarik tangannya dan mengubah posisi mereka. Kini Marry berada di bawah tekanan tubuh pria misterius tersebut, mata tajam dan dingin mereka saling menatap. Sekarang aku benar-benar ingin mencongkel matamu, gumam Marry, matanya menatap penuh emosi ke mata sang pria misterius. Pria misterius yang mendengar ini tiba-tiba tersenyum, hal ini terlihat dari permukaan kain yang berada tepat di depan mulut pria misterius tersebut bergerak. Sekali lagi, secara tiba-tiba pria misterius tersebut mendekatkan wajah mereka. Membuat kontak mata pria misterius dengan Marry semakin dekat. "Congkel." Marry yang mendengar ini tersenyum dingin, apa pria misterius ini sedang menantangnya? Pria ini kira Marry ini apa? Marry tidak pernah main-main dengan ucapannya. Melihat Marry hanya diam, pria misterius itu beralih menggerakan tangan kanannya dan hendak membuka masker penutup wajah Marry. Marry menggertakan giginya kesal,wanita itu ingin memberontak, namun kedua tangannya di tahan oleh pria misterius tersebut. Tenaga pria itu juga tidak main-main. Saat tangan pria misterius itu hendak menarik kain masker wajah Marry, tiba-tiba dari arah samping muncul pistol yang melesat cepat hendak mengenaik tangan sang misterius. Bersamaan dengan itu, klakson mobil dan suara deruman mobil sport milik Anashtasia terdengar. "Marry!" Panggil Anashtasia, kepala wanita itu keluar dari jendela mobil. Marry yang melihat sang pria misterius lengah segera menendang pria itu, kemudian berdiri dan berlari kencang menuju mobil Anashtasia. "s****n! Mengapa lama sekali?!" gerutu Marry sambil membuka pintu mobil Anashtasia. "Kamu baik-baik saja? Bagaimana tentang barang yang Big Papa berikan?" tanya Anashtasia sembari fokus menyetir, wanita itu memutar balik mobilnya dan meninggalkan paskiran VIP dengan kecepatan tinggi. "Semuanya aman, tidak ada yang perlu dikhawatirkan," jawab Marry, tangan kirinya masih dengan erat menenteng tas AQM-304. "Bagaimana bisa pembelian tentang n*****a ini bocor? Bukankah yang tahu tentang hal ini hanya orang-orang dalam Black Shadow?" tanya Anashtasia heran, kening wanita itu berkerut bingung. Marry yang mendengar ini segera merubah tatapannya menjadi dingin. "Aku juga berpikir begitu. Apa di orang-orang dalam Black Shadow ada mata-mata?" Anashtasia menyeringai tipis. "Big Papa tidak mungkin tidak menyadarinya. Jika ada, orang itu langsung dibersihkan."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD