3. Dunia Gelap Yang Gila

1330 Words
Diandra membawa Marry kembali ke markas besar Black Shadow, sesampainya di sana, Marry segera turun dan masuk ke dalam markas tanpa menunggu Diandra. Diandra yang melihat ini segera mencibir,”Hei, setidaknya katakana terima kasih.” “Ya, terima kasih,” balas Marry singkat, lalu mempercepat laju jalannya, dia ingin cepat menemui Big Papa. Diandra yang mendengar balasan terima kasih singkat Marry kembali mencibir. “Terdengar tidak tulus! Seharusnya aku tidak datang saja tadi!” kali ini cibirannya tidak dibalas oleh Marry. Sesampainya Marry di depan kamar Big Papa, wanita itu mengetuknya terlebih dahulu. Dua menit sudah dia berdiri dan menunggu, Big Papa tidak menjawabnya sama sekali. Marry mengerutkan keningnya kesal, lalu menendang pintu kamar Big Papa dengan keras hingga membuat pintu tersebut rusak. Big Papa yang sedang tertidur santai di ranjang king size miliknya terperanjat kaget, pria itu segera menatap tajam kea rah pintu. Saat melihat Marry, raut wajah garang Big Papa yang sempat muncul langsung hilang dan digantikan oleh senyum ramah. Dan jika boleh jujur, Marry lebih menyukai wajah garang Big Papa dari pada senyum sok ramahnya itu. Dasar rubah tua. “Marry, ada apa? Astaga, pasti ada masalah besar, bukan? Lihat penampilanmu yang berantakan, dan lagi… Pintuku rusak lagi, oh… Untung aku kaya, kalau tidak aku sudah bangkrut hanya karena banyak membeli pintu baru,” ujar Big Papa sambil seolah menghela napas lelah dengan kehidupan. Marry yang mendengar ini hanya memutar bola matanya malas, kemudian berkata,”Ada yang menyerangku, apa kau tahu sesuatu? Sepertinya informasi pembelian n*****a ini bocor.” Big Papa yang mendengar ini langsung mengubah raut wajahnya dingin. “Ada yang menyerangmu?” pria itu mengulang ucapan Marry. Marry mengangguk singkat. “Benar.” Big Papa terlihat terdiam, sepertinya pria itu sedang larut ke dalam pikirannya sendiri. Tingkah dan ekspresi Big Papa saat ini terlihat seperti orang bodoh, sama sekali tidak memiliki aura bahwa dia adalah ketua mafia Black Shadow. Namun, siapa yang akan tahu? Pria itu semasa mudanya pernah membantai kelompok berandalan lain sendirian? Menjadi puncak orang berkuasa di dunia gelap, sampai saat ini tidak ada yang mengetahui nama aslinya, dia lebih sering disapa ‘Big Papa’. Tak lama kmudian setelah memasang raut wajah seperti orang bodoh yang lemot, Big Papa tiba-tiba menyeirngai tipis, membuat Marry mengerutkan keningnya. Entah pola pikir mengerikan apa lagi yang kini terlintas di otaknya. “Mungkin itu hanya orang yang kebetulan menyerangmu saja, mana mungkin informasi pribadi seperti itu bocor keluar tanpa izinku?” ujar Big Papa, bibirnya menyeringai tipis. Marry yang mendengar ini terdiam, sepertinya Big Papa mmepunyai pikiran lain di kepalanya, namun tidak ia katakana. Bagaimana mungkin pemikiran Big Papa hanya sesederhana itu? Marry menggelengkan kepalanya pelan, matanya menatap tegas ke arah Big Papa. “Aku tidak bercanda, tolong anda serius. Sangat jelas yang dia incar adalah tas ini, tidak mungkin dia menyerangku dengan niat membunuh untuk mendapatkan tas ini tanpa tahu apa isinya.” Big Papa hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, membuat Marry merasa kesal. Bahkan disituasi seperti ini dia masih sangat santai dan masih bisa tersenyum? “Yayaya … kau bisa beristirahat sekarang, Marry. Kau bisa tidur di kamar masa kecilmu, Diandra akan membawakan pakaian baru untukmu,” ujar Big Papa, tidak mau memperpanjang percakapannya dengan Marry. Lalu tak lama kemudian pria itu terkekeh. “Diandra pasti sangat marah karena harus buru-buru seperti orang gila barusan, aku sempat melihat-“ belum selesai Big Papa menyambungkan ucapan yang berikutnya, Marry sudah langsung memotong,”Berhenti tertawa dan tersenyum, ketua. Kau tidak perlu menjadi orang lain di hadapanku.” Bertepatan dengan ucapan Marry yang barusan, Diandra muncul dari belakang dan menepuk pundak Marry. “Hei, nona, bajumu sudah siap. Asataga, aku seperti pelayan rendahan.” Oceh Diandra, dia tidak menyadari suasana terasa dingin. Big Papa yang mendengar ucapan Marry tidak membantah apa pun, pria itu justru malah menambahkan senyumnya lebih dalam, membuat Marry semakin merasa jenuh melihat wajahnya. Malas berlama-lama di tempat Big Papa, Marry segera berbalik dan berjalan keluar dari kamar Big Papa. Kebetulan kamar masa kecilnya dengan Big Papa tidak terlalu berjauhan, membuat Marry cepat sampai dan beristirahat. Marry melempar tas yang berisi n*****a AQM-304 tersebut, kemudian berjalan ke arah kamar mandi untuk membasuh wajahnya dengan air. Selesai membasuh wajah, Marry kembali ke area kasurnya, dia melihat Diandra tengah membuka tas tersebut. Membuat Marry tersenyum tipis. “Bahkan sampai rambutmu rontok, kau tidak akan bisa membukanya, bodoh.” Diandra yang mendengar ini segera menoleh ke arah Marry, terlihat alis kirinya sedikit naik. “Oh,ya? Lalu bagaimana caramu membukanya? Menghancurkannya?” Marry yang mendengar ini tidak menjawab apa pun, dia hanya berjalan lebih dekat ke Diandra untuk mengambil tas tersebut. Saat sidik jari Marry menyentuh pegangan tas, cahaya hijau yang berkedip muncul, lalu tak lama kemudian tas tersebut segera terbuka lebar. Diandra menganggukkan kepalanya mengerti, matanya langsung berbinar. “Mantap, kecanggihan yang keren.” Marry memutar bola matanya jengah. “Kau ini sungguh orang kaya atau bukan?” Diandra yang mendengar cibiran Marry tersenyum tipis, lalu berkata,”Ya, aku bukan orang kaya. Ada apa? Kau ingin memberikan setengah kekayaamu untukku? Terima kasih banyak.” Marry tertawa pelan. “Tidak ada orang miskin yang mempunyai mobil mahal seperti yang kau gunakan barusan untuk menjemputku, apa lagi kau dengan santai ber-oh ria saat melihat body mobilmu yang lecet.” Diandra ikut tertawa pelan saat mendengar ucapan Marry, kemudian wanita itu kembali fokus menatap n*****a AQM-304. “Jadi, bagaimana rencanamu yang selanjutnya? Sepertinya kabar tentang n*****a ini bocor, Big Papa pun pasti mengetahuinya, hanya saja pria itu tidak mengatakannya kepada kita.” Marry menghela napas sambil menggelengkan kepalanya. “Tidak tahu, aku akan mencoba tetap mengatarnya ke Italia besok. Mau tidak mau, karena komplotan orang-orang Italia itu bukan komplotan biasa.” Diandra yang mendengar ini menngangguk. “Hati-hati, Marry. Kita tidak tahu pihak mana yang berusaha mengambil n*****a ini. Dan lagi, seharusnya keberadaan n*****a ini tidak diketahui siapapun. Memang seharusnya Big Papa tidak menjual n*****a berbahaya ini. Jika pemerintah mengetahuinya, pasti akan terjadi kekacauan besar. Saat kekacauan itu tiba, aku pasti akan sulit untuk bersantai.” Marry tersenyum tipis, lalu mengetuk pelan dahi Diandra. “Ini sudah menjadi jalan hidup kita, tidak ada gunanya mengeluh. Bersantai dengan pekerjaan gelap seperti ini? Mustahil sekali rasanya, bahkan untuk seorang yang telah memiliki kekuasaan tertinggi di dunia kotor saja belum tentu dapat bersantai. Pekerjaan gila yang mempertaruhkan nyawa, sebenarnya aku benci, tetapi ini memang sudah takdirku.” Diandra mengelus dahinya setelah diketuk pelan oleh Marry, lalu membalas,”Tidak ada yang mengatakan kau tidak dapat mengubah takdirmu, sedari dulu kau memiliki hak dan kesempatan untuk mundur dari dunia gila ini. Namun apa? Kau justru malah meneruskan langkahmu dan menjadi tambah gila, kau dan dunia gelap ini sama-sama gila.” Marry tersenyum tipis. “Ada beberapa alasan yang membuatku menjadi sama gilanya dengan dunia gelap kita, sulit untuk diceritakan. Jika diceritakan, rasanya aku ingin membunuh seseorang.” Diandra mengangkat kedua bahunya acuh. “Entah neraka apa yang akan kau masuki nanti, kau pendosa gila.” Lalu Diandra tertawa. Marry yang mendengar ini menaikkan alis kirinya sedikit, lalu membalas,”Bukan ‘kau’, tetapi ‘kita’. Entah neraka apa yang kita masuki nanti.” Diandra menghela napas lagi, sepertinya dia banyak menghela napas jika berada di dekat Marry. Diandra segera berjalan ke arah pintu dan keluar kamar Marry sambil melambaikan tangannya memunggungi Marry, lalu berkata,”Selamat tidur, maaf aku tidak bisa mengucapkan ‘semoga mimpi indah’ untukmu, karena pastinya mimpimu mala mini akan buruk. Ingat besok, kau akan seperti buronan dunia, sangat repot.” Kemudian setelah melewati pintu kamar Marry, Diandra tertawa untuk memberi jeda dari ucapannya dan berkata lagi,”Memang kita semua buron, sih.” Marry menggelengkan kepalanya pelan, lalu berjalan ke arah pintu kamarnya dan menutup pintu tersebut. Marry menutup lagi tas n*****a AQM-304, lalu merebahkan diri di kasur bersama tas tersebut. Kali ini Marry bisa tidur sedikit tenang, karena saat ini dia berada di dalam markas. Hanya orang gila yang nekat menyelinap ke gedung markas sekaligus tempat tinggal ketua Black Shadow. Ya… Walaupun besok sepertinya harinya akan berjalan buruk.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD