EMPAT

1039 Words
"Kinar bangun, Kinar!!" Argi menarik Kinar yang sedang tidur terlelap di kamar pribadinya. Argi masuk tanpa permisi ketika dia dihubungi oleh Wanda—mama kandungnya sendiri yang akan melancarkan perjodohan itu lagi. Dia sangat benci dijodohkan dengan orang yang dipilihkan oleh mamanya. Argi bukannya tidak mau menurut apa yang diakatakan oleh orang tuanya. Ia hanya tidak ingin jika ia bahagia, tapi anaknya tidak bahagia dan memilih Kinar untuk menjadi pendamping hidupnya. Namun, Argi sendiri sadar jika Kinar masih terlalu muda menyandang status mama tiri. Belum lagi karena Kinar juga belum tentu suka kepadanya seperti yang diperintahkan oleh Elena untuk mendekati gadis itu. Kinar yang mengucek matanya dan menguap serta meregangkan ototnya kebingungan dengan tindakan Argi yang sepertinya sudah gila. Bisa-bisanya pria itu masuk ke dalam kamar Kinar untuk membangunkan Kinar dari istirahatnya. "Ada apa, Pak? Elena kenapa?" Argi menggeleng, ini bukan tentang Elena. Ini merupakan tentang perempuan yang akan datang malam ini untuk dikenalkan kepada dirinya sebagai calon istri. Argi benci perjodohan. Argi juga benci mengenai dia yang harus menerima perempuan lain untuk menjadi mama tiri anaknya. "Kamu mandi sekarang juga. Ini sudah jam lima sore! Kamu dandan yang cantik, itu ada dress juga yang harus kamu pakai malam ini. Sepatu dan jam tangan, serta kalung yang ada di atas sofa saya siapkan buat kamu," "Ini kenapa sih, Pak? Memangnya ada apa?" Argi duduk di dekat Kinar. "Tolong banget, kamu pura-pura jadi tunangan saya. Jangan tolak ini, karena saya nggak mau nikah," Kinar membelalakkan matanya. Kesadarannya belum sempurna justru dikagetkan dengan kenyataan bahwa dia yang harus menyamar jadi calon istri bohongan Argi—majikannya sendiri. Kinar tidak ingin melakukan ini. Kinar takut jika dia dimarahi oleh nyonya besar dan justru diusir. Namun, yang mempekerjakannya di sini adalah Argi, yang menggajinya juga Argi. "Tapi, Pak—" Belum sempat Kinar menjawab. Mulutnya sudah ditutup oleh pria itu. "Saya mohon banget sama kamu. Lakukan apa yang saya perintahkan barusan!" Kinar kemudian menganggukkan kepalanya, "Baik, tapi apa pun risikonya saya nggak mau tanggung jawab, Pak," Argi mengangkat kelingkingnya untuk berjanji bahwa semuanya akan baik-baik saja. Lagipula pasti tidak akan ada yang percaya jika Kinar adalah pengasuh Elena. Mungkin orang yang baru pertama kali melihat Kinar jalan dengan Argi menganggap bahwa mereka adalah sepasang kekasih. Namun keduanya hanyalah sebagai pasangan majikan dan juga pengasuh semata. Argi keluar dari kamar untuk bersiap-siap juga. Sementara Elena sudah bangun terlebih dahulu sedari tadi. argi sendiri tidak pernah mempermasalahkan jika mamanya menjodohkan. Namun jika kebanyakan wanita hanya melihat hartanya, Argi tidak akan pernah mau melanjutkan hubungan. Apalagi perempuan yang dimaksud adalah mantan kekasihnya ketika kuliah dulu. Argi adalah pria yang sangat culun dan juga selalu menjadi bahan ledekan oleh teman-temannya. Mantan kekasihnya itu juga berbeda usia dengannya. Ketika dia hendak lulus, justru mantan kekasihnya itu menjadi mahasiswi baru di kampusnya. Argi benci jika dia dimanfaatkan. Setelah mendengar nama perempuan yang disebutkan itu, rasanya dia tidak ingin lagi bertemu dengan perempuan tersebut. Beruntunglah Kinar mau menjadi pasangan bohongannya untuk malam ini. Mamanya juga yang sudah pernah menyuruhnya untuk mendekati Kinar. Tapi Argi masih butuh waktu karena Kinar sudah pasti punya pacar di kampung sana. maka dari itu ikatan mereka hanyalah sebatas majikan dan pengasuh saja. Elena juga yang pandai membaca di usianya yang belum genap lima tahun berkat Kinar yang dengan sabar mengajarkan Elena. Sedangkan di dalam kamar, Kinar yang baru selesai mandi melihat ada kotak berwarna hitam besar di atas sofa yang diberitahukan oleh Argi tadi. Dia mendekati kotak tersebut lalu membukanya. Dia melihat dress, sepatu dan juga beberapa krim wajah yang ketika dilihat harganya membuat Kinar memaksakan diri menelan ludahnya. Satu krim harganya satu kali gaji Kinar selama sebulan mengasuh Elena. Kinar menggelengkan kepalanya dan benar-benar tidak mengerti lagi dengan majikannya yang satu itu. argi yang sudah gila bisa-bisanya membeli barang mahal untuknya. Dia berdandan sebaik mungkin. Selama di sana dia memang rajin merawat dirinya. Itu juga tuntutan dari Argi agar tidak memalukan ketika diajak keluar bersama dengan Elena. Bahkan banyak yang menganggapnya sebagai istri Argi dibandingkan dengan pengasuh Elena. Kinar memang tidak memiliki pacar. Alasannya adalah dia tidak pernah bisa keluar dari rumah itu jika tidak ada kepentingan khusus untuk pergi sendirian. Setelah berdandan dan juga menggunakan sepatu yang dibelikan oleh Argi. Argi memang tidak pernah salah memilihkan ukuran sepatu untuk Kinar. Itu karena pria itu memang sangat hafal dengan barang-barang yang dibutuhkan oleh Kinar. Entah majikannya itu mungkin terlalu spesial atau memang karena majikannya yang begitu baik kepadanya. Walaupun banyak orang mengatakan bahwa Argi itu adalah gay. Ada maksud pembenaran juga bagi Kinar mengenai majikannya itu selama ini tidak pernah melihat majikannya bersama dengan perempuan di rumah. Pulang bekerja, Argi hanya akan mengajak anaknya bermain dan juga jalan-jalan. Itulah rutinitas yang dilakukan setiap hari tanpa adanya pacaran dan juga kencan yang dilakukan oleh Argi. Begitu Kinar keluar dari kamar, Argi yang baru saja hendak mengetuk pintu kamar Kinar tiba-tiba dikejutkan dengan Kinar yang keluar. penampilan yang begitu cantik, riasan wajah yang juga sesuai dengan dress yang digunakan oleh Kinar. Argi tidak bisa berpaling dari tatapannya ke arah wajah Kinar. "Cantik," spontan Argi mengatakan hal itu tanpa berniat macam-macam mengatakannya. Argi memang terpesona dengan Kinar. Selain pandai merawat Elena, dia juga pandai merawat tubuhnya yang tidak gemuk, tidak terlalu kurus juga. Namun, dibagian d**a dan juga b****g. Mungkin orang-orang akan menganggap Kinar ini memang benar kekasihnya. "Bapak kenapa?" Seketika pertanyaan Kinar menyadarkan Argi dari apa yang dikatakan oleh gadis yang ada di depannya ini. Dia paling tidak suka dipanggil Bapak oleh Kinar. "Bisakah kita memanggil dengan panggilan yang biasa? Maksud saya, kamu nggak usah panggil saya dengan embel-embel Bapak?" "Terdengar tidak sopan," "Tapi kita akan datang ke acara makan malam yang diadakan oleh, Mama. Nggak mungkin kamu panggil saya seperti itu, Kinar," Gadis itu menganggukkan kepalanya lalu dia langsung mencoba apa yang diperintahkan oleh Argi. "Aku panggil, Argi?" Pria itu spontan tersenyum, "Itu lebih baik," "Elena ikut?" "Tentu saja dia akan ikut," "Bapak kenapa belum nikah lagi sih?" "Kamu sendiri kenapa belum menikah?" "Karena saya belum siap. Dan lagi karena saya nggak punya pacar," jawab Kinar tanpa curiga dengan maksud tersembunyi dari ucapan Argi barusan. "Bapak kenapa memangnya? Kan pasangan sudah ada?" "Jawabannya ya karena kamu belum siap. Kalau kamu siap, berarti saya juga siap," Argi tidak suka basa basi. Dia langsung bicara pada intinya saja. Dia bicara seperti itu bukan karena dia ingin modus kepada Kinar. Tapi itu memang yang diinginkannya. Kinar tetap berada di sisinya. Mendengar gadis itu yang bekerja beberapa bulan lagi membuat Argi sedikit tidak terima dengan Kinar yang akan pergi dari hidupnya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD