"Gak ada yang lamar gue, Mark. Gue itu cuma kesal jari gue ini keganjenan." rengek si Anas sambil menyentuh kepalanya. Anas merasa bersalah, kenapa juga pikirnya dia bisa mengucapkan ke Mark dan Denada soal cincin milik Jaxton. "Hemmm... kenapa jari lo keganjenan? Itu malahan sangat pas gue lihat Nas. Lo jual cincin kawin lo dulu untuk beli cincin baru ini?"tanya Denada tanpa curiga. Anas menarik napasnya lega, untung saja pikirnya si Denada atau juga Mark sama sekali tidak curiga. "Iya Nad, lumayan bisa di pakai juga kan?" jawaban si Anas membuat Denada dan Mark menyeringai. "Lo emang paling pintar," Mark menepuk bahu Anas sebelum dia mendaratkan tubuhnya di atas tempat duduk. Anas dia nyengir sendiri dan menatapi kilauan cahaya cincin di jarinya. 'Ini benar-benar sangat cantik.

