BAB05

1329 Words
Setelah pesta berakhir, Aku pun di antar pulang oleh Denada, agar tidak pulang di atas jam 10 malam. Aku tidak mau membuat papa menunggu lama. Meskipun aku mengatakan ke Papa, kalau Aku tidak akan pulang larut malam, aku sangat yakin, papa akan tetap menungguku. Dan di sinilah Aku berada, di depan pintu rumahku, pukul 20:21 malam. Saat Aku membuka pintu, terlihat sosok pria yang sangat aku cintai itu, masih duduk di ruang tamu sambil menatap TV dengan bersandar di kursi goyang-nya yang terbuat dari rotan. "Kamu sudah pulang?" suaranya di selipkan dengan senyuman menyambut kedatanganku. "Sudah Pa. Bukankah, Anas sudah katakan, jangan menunggu?" Aku mendekat ke arah papa. "Iyaa.. Papa percaya. Tapi, Papa tidak bisa tertidur sebelum melihat wajah kamu anakku. Ayo kita ke atas, bersih-bersih dan beristirahatla." Aku memeluk lengan yang tak lagi berotot itu. Bersama-sama, Aku dan Papa berjalan menaiki anak tangga. Saat tiba di depan pintu kamar Papa, aku pun pamit untuk langsung ke kamarku. "Selamat malam Pa." kataku sebelum berlalu. Sesampainya di kamar tidurku, ku lemparkan tubuh ini. Rasanya sangatlah lelah, tapi mata ini masih mengajakku untuk nelangsa. Air mata itu, menggenangi kedua pelupuk mataku, sekejap Ku tarik nafasku dalam-dalam. "Andai saja, Aku dulu tidak bertemu dengannya, mungkin hidupku tidak bertambah semiris ini." Aku mengusap air mata kesedihanku, sebelum aku benar-benar beranjak membawa diriku untuk membersihkan tubuhku dan bersiap unntuk mengakhiri malam ini. *** Seperti pagi-pagi biasa, Aku duluan bangun, dari mereka semua. Terkecuali, para asisten rumah tangga. Mereka sudah menghidangkan makanan, dan langsung saja aku mengambil beberapa roti dan meneguk segelas s**u putih hangat dan langsung izin berangkat menuju kantorku. Papa sudah tau, kantorku tidaklah dekat dari rumahku. Sebab itu, aku jarang sarapan pagi dengan mereka. Sebenarnya sih, Aku lebih memilih menghindar dari Mama tiri dan Adik tiriku. Karena aku tidak ingin, memulai pagi ku dengan rasa jengkel atau pun kebencian.   "Selamat pagi Nona." sapa Kak Marco. "Pagi Kak. Sudah datang nih,masuklah sarapan dulu. Papa masih tidur." pinta ku ke kak Marco yang barusan tiba. "Iya, hati-hati di Jalan." kata Kak Marco sebelum aku masuk ke dalam mobil sedan lama milikku. Meskipun lama, dia sudah menemaniku selama aku bekerja, masih satu tahun sih tepatnya. Ku lajukan mobil kesayanganku dengan kecepatan sedang, hingga melesat di jalanan ibu kota. *** Setibanya di gedung perkantoran yang menjulang tinggi, aku melangkah dengan pasti. Berpapasan dengan karyawan kantor, sambil memberikan senyuman dari semangat pagi. Ini adalah hari senin, bagi sebagian orang merupakan hari pertama setelah menghabiskan weekend merupakan hari yang sangat berat. Tentu berbeda denganku, Aku merasa bahagia untuk kembali ke kantor yang megah ini.   Karena apa ? Karena ya di rumah tidak sebaik di kantor. Kalau di kantor, gangguanku cuma satu. Si Selly, anak bagian Humas di team dua, yang menurutku sok kecantikan. Bukan sirik karena keseksiannya atau juga dengan bodynya yang mirip gitar Spanyol. Aku merasa malas saja, karena dia suka  banget cari masalah denganku.   Dengar-dengar sih, semenjak setahun lalu kedatanganku di Kantor ini, Aku menjadi saingannya. Entahlah, Aku merasa biasa aja sih kalau aku menilainya dari segi manapun.   "Selamat Pagi Nona Anastasia." sapa Mark yang duduk di dekat kubikel ku. Aku tersenyum, "Selamat pagi Mark. Sangat baik suasana hati lo." "Karena gue gak sedang PMS." balasnya sambil mengutak atik keyboard komputernya.   "Wajar sih ya? terus Denada mana?" tanyaku. "Masih On the way dia, gak tau dia kalau Bu Rika akan mengadakan pertemuan pagi ini apa?" "Entah, sepertinya sih uda tau kan ya?"   "Mowwwninggg... tayang-tayang gue." tiba-tiba yang di ceritain sudah datang di hadapanku dan Mark. "Lah, baru juga di omongi. Sudah buruan siap-siap, Bu Rika akan mengadakan pertemuan untuk setiap team humas, ada yang mau di omongi." kata Mark.   "Yuhuuu.. gue uda siapi kok. Uda siap tempur." balas Denada sambil  mengeluarkan isi tas nya ke atas meja.   Sedikit bercerita, Bu Rika adalah Sekretaris Perusahaan, dan menurut Aku, Bu Rika adalah Bos di bagian Humas. Sangat di segani, karena selama Aku bekerja setahun belakangan ini , tidak pernah sekalipun aku bertemu dengan pimpinan di sini. Hanya lewat Bu Rika saja. Misterius sih, tapi Aku bersyukur bisa bekerja di sini.     "Ayo semuanya, kita ke ruangan meeting." Mark sudah berdiri dan menanti kami bersiap.   Setelah kami bertiga bersiap dan keluar dari ruangan, kami bergabung dengan staff humas lainnya, menuju ke ruangan  meeting . Setelah tiba, kami yang merupakan team satu mendudukkan diri di bagian bangku pertama. "Baiklah, semuanya sudah pas di posisinya masing-masing. Terima kasih semuanya, karena ini hanya singkat, saya langsung ke intinya saja."   Bu Rika berdiri di tengah-tengah kami sambil menjabarkan progres pencapain target untuk tahun yang akan datang, sebagai team Humas, kami  memiliki pencapaian yang sudah di targetkan, dan permintaan Bu Rika agar dapat di selesaikan sebelum mencapai batas target.   "Oke, sampai di sini semua paham ya. Saya juga, akan  menginfokan tentang sesuatu yang penting." kata Bu Rika sambil kembali duduk di bangku kepemimpinannya.   Kami pun menanti dalam diam, sambil menatap Bu Rika, tanpa membiarkannya lolos dari pandangan kami masing-masing   "Sebagai pemimpin kalian selama ini, kabar ini akan membuat kalian kaget ya. Kita akan kedatangan pimpinan perusahaan ini. Dan kalian,  bakalan bisa berhubungan langsung kedepannya dengan atasan di sini. Bukan hanya melalui saya, rapat seperti ini juga akan di pimpin oleh beliau. Jadi, kemungkinan besok, kita akan di pimpin langsung oleh pimpinan yang sebenarnya. Dan satu yang sangat penting! Jangan telat. Kalau kalian telat di hari pertama beliau, saya tidak bisa menolong kalian. Kalian lihat iut," tunjuk Bu Rika ke arah di depan kubikel Aku, Mark dan Denada. "Ruangan beliau ada di situ. Jadi, itu satu lantai dengan kita. Beliau sangat memperhatikan team Humas, karena kita yang menjadi maskot perusahaan ini. Apa kalian paham?" Bu Rika bertanya dengan sangat tegas dengan sedikit senyuman yang bukan ramah.   "serius ini Bu?" tanya Mark, dengan kedua manik matanya di bulatkan. Sepertinya dia sih kaget gitu. "Biasa aja mata kamu Mark. Kenapa respon kamu seperti itu? Kamu gak suka? atau kamu bahagia?" tanya Bu Rika dengan menaikkan alisnya.   "Bukan seperti itu sih Bu. Saya hanya syiok saja." Mark mengusap  kasar wajahnya. Denada yang di sampingnya cuma bisa menggelengkan kepalanya.   "Oke kalau begitu, kalian sudah bisa bubar. Besok, tidak ada penyambutan untuk pimpinan ya, Karena beliau tidak suka keramaian!"   "Baik Bu." jawab kami semua.   Selesai Bu Rika keluar dari ruangan meeting, kami semua sudah bergosip, termasuk si Selly yang dengan angkuhnya, bermimpi sendiri.   "Hemm... pasti pimpinan kita anak muda kali ya. Kalau masih muda, gue pasti bisa dong menggaet sang atasan. Secara kan, gue cantiknya kebangetan" katanya ke teman-teman dekatnya. Di sambut dengan sorakan dari yang lainnya.   "sok kecantikan lo! Geu aja lihat lo gak nafsu!" sambar si Mark,membuat yang lainnya tertawa.   "Lo kan gak normal!" ketus si Selly. "Apa lo bilang!" Mark berdiri dari tempat duduknya. "Sudah, jangan di tanggapi. Ratu Iblis  lo lawan, bahaya. Yok kita kembali ke ruangan." ajak Denada dengan menyentuh lengan Mark.   "Yah.. Gue ratu Iblis ya, lo induknya Iblis. Lihat aja itu, teman dekat lo yang jelek-jelek aja gak doyan sama lo! karena mereka tau kan, lo itu gak normal!" balas si Selly.   "Hahahahha.. Eh Markonah! lo liat diri lo, cuma modal cantik dan seksi, gue pun bisa. Sahabat gue, jauh lebih cantik dari lo. Bukan cuma tampang mereka aja yang cantik, hati mereka sama wajah  mereka cantik. Gak kayak lo, gak  berpendidikan tapi bisa masuk ke perusahaan sebesar ini. Gue pecat juga lo!" Mark semakin emosi.   "Sudah Mark, Ayo kita kembali ke ruangan." ajak ku, karena malas berdebat. "Dih, sok bisa lo mecat gue!" umpatnya ke Mark. Aku menarik lengan si Mark, sambil berjalan keluar dari ruangan meeting. Karena, Sally gak akan bisa diam, kalau terus membalas ucapannya. Sesampainya di kubikel,kami bertiga duduk di ruangan yang di sekat dengan anggota team lainnya. Tapi syukurnya, kubikel kami jauh dari Selly, jadi kami aman kalau saja hendak bercerita.   "Pengen banget gue pites itu mulutnya." kata Mark yang duduk di sampingku.   "Sssttt...Sudah kerja aja. Capek di lawan anak bocah gitu." kata Denada santai. "Enak aja gue di bilang gak normal, entar gue tunjukkan kepiawaian gue, merinding dan meronta-ronta dia." kata Mark  masih emosi.   "iya kita tau kok kalau lo itu normal Mark, jangan di pikirkan lagi. Entar ketampanan lo luntur gegara Selly loh?" kataku menyemangatinya.   "Iya juga ya, oke dech." jawabnya bersemangat.   Kami semua pun melanjutkan pekerjaan kami, sedikit Aku menoleh ke depan. Tepatnya ruangan yang bertuliskan. "Ruangan CEO." entah sejak kapan, ruangan itu di sulap menjadi tempat pimpinan.   Bersambung. ***  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD