3. Rencana Balas Dendam

1110 Words
Sudah satu bulan Vanessa bekerja di perusahaan MR Group, Ltd. Vanessa bekerja sebagai staf keuangan di kantor tersebut, dan selama itu pula Vanessa telah banyak mencuri hati Morgan. Sikap Vanessa yang sangat berbeda dari kebanyakan wanita lainnya, nyatanya telah berhasil membuat Morgan semakin jatuh hati dengan gadis tersebut. Namun, mulai hari ini semua telah berubah, kunjungan Reymond di kantor tersebut, telah memaksa Morgan untuk menutupi perasaannya kepada Vanessa. Vanessa turun dari mobilnya dengan terburu-buru, gara-gara sahabatnya yang pelupa itu, Vanessa harus terlambat datang ke kantor sebab harus mengambilkan berkas yang ketinggalan di apartemen sahabatnya. Di saat Vanessa berlari memasuki lobby, Vanessa tanpa sengaja telah menabrak seseorang pria yang datang dari arah berlawanan. Bruukk... "Auwh ... Maafkan saya Tuan, maaf saya tidak sengaja." Vanessa menggosok dahinya cepat sebab rasa sakit karena menabrak d**a bidang tersebut, lalu ia buru-buru mengatupkan kedua tangannya meminta maaf. "Sekali lagi saya minta maaf," ujar Vanessa seraya berlari meninggalkan pria yang sedang memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Reymond Miller yang berniat keluar dari kantor cabang perusahaannya ini, telah mengurungkan niatnya sebab gadis tersebut. Reymond sangat terkejut melihat wajah yang tidak asing baginya, ada perasaan campur aduk ketika melihat kembali wajah orang yang dulu ia cintai, dan sekaligus orang yang paling ia benci. Buru-buru Reymond kembali menuju ruangan sahabatnya yang termasuk CEO perusahaan ini, dia harus memastikan sesuatu, jika dugaannya benar, maka hari ini adalah hari terakhir gadis itu bisa bernapas di dunia ini. Berbagai perasaan telah berkecamuk dalam hatinya, Reymond bahkan harus mengepalkan tangannya kuat-kuat untuk meredam emosinya. Waktu itu Reymond melihat sendiri bagaimana mobil itu terbakar, bahkan di dalam mobil tersebut juga ada jasad seseorang meski sudah tidak bisa ia kenali lagi. Lalu bagaimana orang itu bisa hidup kembali? Ting... Pintu lift terbuka, Reymond dengan cepat berlari dan membuka pintu ruangan sahabatnya dengan kasar. "Bagaimana bisa?!" tanya Reymond dengan napas yang memburu, dadanya kembang kempis karena amarah sebab kenyataan yang ia lihat. Morgan yang sedang duduk di kursi kebesarannya, mengernyitkan dahi bingung, bukannya sahabatnya sudah keluar dari kantor ini? Lalu mengapa ia kembali dengan amarah yang sudah menguasai dirinya. "Apa maksudmu, Bung?" tanya Morgan bingung. Brakk... "Dia, bagaimana bisa dia hidup kembali?!" Reymond bahkan sampai menggebrak meja kerja Morgan, mengingat wajah itu lagi membuat darahnya terasa mendidih. "Dia siapa?" "Ceysa, aku melihatnya sendiri di lobby tadi!" "Itu tidak mungkin, bukankah kamu yang bilang sendiri jika dia mati terbakar di dalam mobil?" sahut Morgan tidak percaya, mana ada orang meninggal bisa hidup kembali. Morgan tidak pernah tahu bagaimana rupa Ceysa, dia hanya bisa mendengar kisah cinta sahabatnya, karena selama ini Morgan tinggal di Singapura. "Aku juga awalnya terkejut, namun mengingat bagaimana liciknya dia, semua ini mungkin saja bisa terjadi. Aku tidak mau tahu, cepat panggilkan karyawan mu yang bernama Vanessa!" Reymond sempat membaca nama di kartu tanda pengenal yang menggantung di leher gadis tadi, oleh sebab itu ia mengetahui jika namanya adalah Vanessa. Deg... Seperti ada yang menghantam jantung Morgan, otaknya mendadak beku mendengar nama orang yang spesial di hatinya telah disebut sahabatnya dengan penuh amarah. "Ini tidak mungkin," batin Morgan. "Ayo cepat!" bentak Reymond tidak sabaran, dia kesal melihat Morgan yang malah diam dan tidak segera melaksanakan perintahnya. "Baik," sahut Morgan sedikit gugup. Setelah itu Morgan langsung menghubungi Anne untuk memanggilkan Vanessa agar segera datang ke ruangannya. Tidak lama kemudian pintu diketuk, dan setelah mempersilahkan masuk, Vanessa memasuki ruangan Morgan dengan wajah ketakutan yang tidak bisa ia sembunyikan, Vanessa takut jika akan dimarahi Morgan sebab ia datang terlambat. Tiba-tiba saja Vanessa bersimpuh di lantai seraya mengatakan, "Maaf, Tuan Morgan. Saya mohon, ampuni kesalahan saya, saya berjanji tidak akan terlambat lagi, ini akan jadi hari terakhir saya datang terlambat ke kantor ini." Morgan dan Reymond kompak mengernyitkan dahi bingung, lalu mereka berdua saling melirik. Bukan untuk ini Reymond menginginkan Vanessa untuk datang di hadapannya, namun sosok gadis di sampingnya ini, sedang mengira jika ia dipanggil kemari atas kesalahannya sebab ia datang terlambat ke kantor. "Baik, saya memaafkan kesalahan Anda kali ini," balas Morgan, dirinya juga bingung mau membuat alasan apa untuk memanggil Vanessa, melihat sahabatnya hanya duduk diam terpaku tanpa ingin mengatakan apa-apa, Morgan memilih membenarkan pemikiran Vanessa yang dipanggil ke ruangannya sebab terlambat. Vanessa tetap setia bersimpuh di lantai, dia menundukkan kepalanya sebab merasa bersalah. Sedangkan Reymond memperhatikan setiap inci penampilan Vanessa, semua sangat berbeda dari ingatan Reymond, memang hanya wajahnya saja yang mirip, namun tidak dengan penampilan dan juga sikapnya. Reymond melirik Morgan, memberi isyarat agar menyuruh Vanessa keluar dari ruangan ini. Morgan yang mengerti tatapan Reymond, dengan segera ia mengatakan, "Baiklah, sekarang Anda bisa keluar dari ruangan saya." Tanpa menunggu perintah dua kali, Vanessa segera berdiri, dia menundukkan kepalanya hormat kepada Morgan, tidak lupa juga kepada Reymond, sebab Vanessa tahu siapa sosok lelaki yang beradu pandang dengannya saat ini, dia adalah pemilik Miller Corp, yang berarti juga pemilik perusahaan ini. Sedangkan Reymond semakin membeku melihat manik mata milik Vanessa, iris mata berwarna hitam tersebut adalah warna yang paling Ceysa benci, jadi mana mungkin Ceysa mau memakai softlens berwarna hitam tersebut. "Apakah dia benar-benar bukan Ceysa?" batin Reymond. Setelah kepergian Vanessa, Morgan langsung bertanya kepada Reymond. "Bagaimana?" "Dia sangat berbeda dengan Ceysa, tetapi wajah keduanya sangat mirip, hanya bola matanya dan rambutnya saja yang berbeda. Dan itu tidak menutup kemungkinan jika ia sengaja melakukan ini, mungkin dia sengaja ingin mengelabuhiku," sahut Reymond sedikit tidak yakin dengan pemikirannya. Namun Reymond buru-buru menepis keraguan itu, dia sangat mengenal Ceysa, dia adalah wanita paling licik di dunia ini. "Baiklah jika kamu ingin bermain-main denganku, aku akan dengan senang hati melayani permainanmu," gumam Reymond seraya menyeringai. Sedangkan Morgan sedang sibuk sendiri dengan pemikirannya dan juga hatinya, akan terlalu rumit jika dirinya tetap memiliki perasaan terhadap Vanessa, karena sepertinya Reymond sedang merencanakan hal yang buruk untuk Vanessa, yang diduga adalah mantan kekasihnya. "Sekarang aku ada tugas baru untukmu, kamu coba dekati saja dia, aku ingin lihat bagaimana tanggapan dia, karena Ceysa adalah wanita yang suka uang, siapa pun prianya, asalkan dia kaya, dia mau menghabiskan malam dengan orang tersebut." Morgan tampak tidak yakin jika misi pembuktian ini akan berhasil, sebab Vanessa yang selama ini ia kenal, bukan jenis wanita yang suka dengan harta. Terbukti dengan gaya hidupnya yang sederhana dan juga beberapa penolakan yang Vanessa lakukan terhadap pria-pria yang mencoba mendekatinya, padahal para pria-pria itu bukan dari kalangan biasa. Morgan mengetahui fakta ini sebab Anne sekretarisnya yang tanpa sengaja menceritakan tentang kehidupan Vanessa kepadanya. "Baiklah, aku akan mencoba mendekatinya." Morgan hanya bisa menyetujui ide Reymond, sebab apa keinginan sahabatnya adalah sebuah perintah. "Mulai besok, Anne akan aku pindahkan ke kantor pusat, dan wanita itu bisa menjadi sekretaris mu, agar kamu lebih mudah untuk mendekatinya, dan juga agar aku lebih mudah untuk mengawasinya," ujar Reymond dengan seringai yang menyeramkan. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD