EDO
Pandangan gue lekat menatap sebuah kotak berwarna hitam, kotak yang seharusnya bersifat privasi karena sudah masuk ke ranah intimasi.
‘Ya Allah...’
Gue mengangkat kepala gue, menyapu semua manik mata yang lekat menatap gue. Shock. Tapi begitu netra gue beralih ke Hana, manik matanya yang tergenang jelas menunjukkan betapa kecewanya dia pada gue. Gue menarik napas panjang. Selagi menahan udara, kedua sudut bibir gue paksa naik – memaksakan senyum untuk Hana. Walaupun jauh di sudut hati gue. Gue pun... Kecewa.
Kotak hitam yang berisi alat pengaman itupun gue raih kembali. Dengan tenang gue masukkan lagi di dalam tas gue. Lalu, kotak kartu yang seharusnya muncul tadi, gue letakkan di atas meja.
“Apalagi? Udah kan? Monopoli, kartu... Di dalam kotak monopoli juga ada ular tangga. Terse
