LOST IN MACAU.03

1373 Words
LIM.03 KEHILANGAN PEKERJAAN           “Aku butuh tubuh wanita yang indah sepertimu.” Pria itu menjawab dengan senyum smirk.       Seketika tubuhku menegang dan berkeringat dingin. Ini untuk pertama kalinya aku mengantarkan minuman ke dalam ruangan VIP. Karena aku baru saja bekerja sebagai waitress sebulan yang lalu. Sadangkan dari satu tahun yang lalu aku hanya sebagai cleaning service di club malam ini.       “Maaf, Tuan. Aku hanya seorang waitress.”       “Hey, Nona…apa kamu berani menolakku? Aku bisa mmbayarmu berapa pun yang kamu mau.” Pria itu berbicara sambil bangkit dari sofa tempat ia duduknya.       Dengan segera aku membalikkan tubuhku dan keluar dari ruangan itu. Namun baru saja pintu itu terbuka, sebuah tangan menggenggam tanganku mencegahku keluar. Tangan itu adalah tangan dari pria yang bicara padaku tadi. “Tuan, maaf…. Aku hanya seorang waitress. Aku tidak bisa melayani anda lebih jauh lagi.”       “Aku tidak memintamu melayaniku disini. Aku hanya ingin kamu melayaniku di kamar.” Pria itu berbicara sambil menarikku ke pelukannya.       Dengan sekuat tenaga aku mendorong pria itu, “Tuan, lepaskan aku. Tuan cari wanita lain saja.”       “Jangan sok suci, Nona. Kamu hanya wanit pekerja di club ini. Sudah jelas kamu bisa dibawa ke kamar untuk melayaniku.”       “Aku bukan wanita seperti yang kamu pikirkan, Tuan.” Aku berbicara dengan terus mendorong pria itu sekuat tenaga hingga akhirnyan ia terjatuh ke lantai.       Semua orang yang ada di dalam ruangan itu tertawa melihat pria itu terjatuh, kecuali pria yang duduk di sofa di sudut ruangan itu. Pria itu hanya diam duduk dengan acuh tak acuh melihat temannya sendiri terjatuh. Aku tidak habis pikir melihat orang-orang kaya ini dengan gaya hidup mereka yang semaunya. Dengan mudahnya menghamburkan uang dan mendapatkan wanita. Bahkan orang-orang yang ada di dalam ruangan itu tidak membantu temannya berdiri, ataupun membantuku yang telah di lecehkan oleh temannya. Dimana perasaan mereka?       Aku berlari keluar ruangan VIP itu dengan perasaan sangat takut. Aku berlari melewati koridor yang panjang berusaha untuk menjauh dari pria m***m itu. Namun baru saja setengah jalan, pria itu menyusulku dan kembali menangkapku. “Berani-beraninya kamu menolakku.”       Ia mendorongku ke sudut dinding koridor dengan kasar dan berbicara dengan suara berat. “Kau membuatku sangat malu di depan teman-temanku, Nona. Baru kali ini ada wanita yang menolakku.”       “Tuan…lepaskan aku. Lepaskan aku…” Aku kembali mendorong pria itu sekuat tenaga, tapi kali ini aku tidak bisa melakukannya. Tenaganya lebih kuat dari tadi, dan aku hanya bosa terpojok di dinding koridor.       Pria muda yang mabuk itu terus berusaha menyerangku dan menjamah tubuhku. Tapi aku tetap berusaha melindungi diriku dengan mendorongnya dan menahan kedua tangannya agar tidak menyentuh tubuhku. Hingga akhirnya tenagaku semakin berkurang dan pria mabuk itu tetap bisa menyentuhku serta hendak melucuti bajuku.       Namun saat tangan pria itu sudah sampai di baju dan hendak melucuti pakaianku, tiba-tiba seseorang datang dari belakang pria itu dan memukulnya. Pria yang baru saja datang itu memukulnya berulang kali hingga pria mabuk itu terjatuh dan tak sanggup berdiri lagi.       “Kak Lee Zhang….” Aku kaget melihat wajah pria yang baru saja membantuku lepas dari pria mabuk itu. Pria tampan dan tinggi yang berdiri di hadapanku kini adalah anak laki-laki Bibi Fang Er, tetanggaku dan juga teman masa kecilku.       Lee Zhang memperhatikanku dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan wajah cemas sambil berkata, “Viera…Apa kamu baik-baik saja? Apa ada yang sakit ataupun terluka?”       “Aku baik-baik saja, Kak. Terima kaih telah membantuku.”       Sebelum Lee Zhang melanjutkan ucapannya, tiba-tiba beberapa orang bodyguard club dan juga manager Dreamy Club menghampiri kami. Manager club segera membantu pria mabuk itu bangun dan menyuruh bodyguard nmengantarnya kembali ke ruangan VIP. Kemudian ia menatapku dengan tajam seperti hendak membunuh.       “Viera…apa-apaan ini? Apa yang terjadi?”       “Maaf Tuan Ming, tapi pria mabuk itu hendak….”       “Viera, apa kamu tidak tahu itu siapa?” Manager Ming kembali bertanya padaku.       Aku menggelengkan kepala sambil menunduk, “Maaf Tuan, aku tidak mengenalnya.”       “Tuan muda tadi itu adalah anak dari pemilik club ini. Kamu benar-benar telah menyinggung Tuan Muda.” Manager Ming berbicara sambil menunduk, memijat puncak hidungnya seperti hampir putus asa.       Tidak lama kemudian ia mengangkat wajahnya menatap pria yang berdiri di sampingku, “Viera, siapa pria ini? Jangan katakan kalau dia yang membantumu tadi dan yang telah memukul Tuan Muda.”       “Dia….”       Ucapanku terhenti karena salah seorang bodyguard tadi kembali dan berbisik di talinga Manager Ming. Manager Ming terdiam sejenak dan kemudian menatapku dengan wajah bersalah. “Viera….maafkan aku. Dengan berat hati aku harus memcatmu meski kamu adalah salah satu waitress yang berkompeten. Untuk gajimu bulan ini, kamu bisa mengambilnya ke ruanganku.”       “Tuan maafkan aku. Aku masih ingin bekerja. Aku benar-benar membutuhkan pekerjaan ini.” Aku meraih tangan Manager Ming dan memohon padanya.       Manager Ming menatapku dengan wajah iba. Ia melepaskan tanganku yang ada di lengannya dengan lembut dan berkata, “Maafkan aku Viera. Aku tidak bisa membantumu kali ini. Kamu sudah menyinggung Tuan Muda. Jadi aku benar-benar tidak bisa membantumu. Untuk sisa gajimu kamu bisa menjemput ke ruanganku. Gajimu akan langsung di potong dengan sisa utangmu beberapa bulan lalu. Maafkan aku.”       Manager Ming pergi bersama beberapa orang bodyguard di belakangnya. Sedangkan aku hanya bisa berdiri kaku meneteskan air mata menatap punggung Manager Ming yang telah pergi di samping Lee Zhang.     ****         Setelah aku pergi ke ruangan Manager Ming untuk mengambil gajiku dan mengemasi barang-barangku yang ada di ruang loker, aku berjalan keluar Dreamy Club dengan wajah lesu. Ada Kak Nian seniorku yang berjalan dengan merangkul bahuku mengantar hingga ke pintu masuk di sisi samping bangunan Dreamy Club.       “Viera…maafkan aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantumu. Aku berharap setelah ini kamu dapat hidup lebih baik.” Kak Nian memelukku sejenak sambil bicara sebelum melepasku pergi.       Aku mengangguk sambil tersenyum lesu, “Terima kasih, selama ini Kak Nian telah baik padaku dan selalu membantuku.”       “Jangan sungkan seperti itu. Setelah beberapa tahun terakhir bekerja bersama, dari kamu yang awalnya hanya seorang cleaning service dan dari sebulan yang lalu telah menjadi waitress, aku sangat suka pribadimu yang baik dan selalu gigih. Aku sudah menganggapmu sebagai adikku sendiri.”       “Sekali lagi terima kasih, Kak Nian.”       “Sudah aku bilang jangan sungkan seperti itu. Kamu bisa mencari aku kapan saja kamu butuhkan.”       Aku mengangguk lemah di bahu Kak Nian yang sedang memelukku dan kemudian ia kembali berkata, “Pulanglah segera, sudah dini hari dan sebentar lagi subuh. Mala mini kamu terlihat sangat lelah.”       “Baiklah, sampai jumpa Kak.” Aku melepaskan pelukannya dan melambaikan tangan sambil berjalan meninggalkan pintu masuk samping Dreamy Club.       Aku terus berjalan kedepan melewati gang samping gedung Dreamy Club dengan langkah lemah dan hati yang sangat sedih. Aku tidak tahu harus bagaimana kedepannya. Aku telah kehilangan pekerjaanku hanya karena membela harga diriku dan menjaga kehormatanku. Sekarang ini aku hanya bisa bekerja di siang hari tanpa memiliki perkerjaan paruh waktu yang bisa membantu keuangan keluargaku. Dan gaji yang baru saja aku terima tidak cukup untuk membayar kotrak rumah bulan depan, karena telah dipotong dengan utang-utangku beberapa bulan lalu selama bekerja di Dreamy Club. Ya Tuhan…kemana lagi aku harus mencari uang? Uang untuk kontrak rumah baru ada sepertiganya, ucapku membatin dengan wajah frustasi.       Baru saja aku keluar dari gerbang Dreamy Club, suara yang sangat aku kenal memanggilku. “Viera…”       Aku mengangkat kepalaku mencari darimana suara itu berasal. Di sudut pos keamanan yang tidak jauh dari gerbang Dreamy Club, aku melihat sosok tinggi yang sedang bersandar di dinding pos keamanan. Ia adalah Lee Zhang, teman masa kecilku yang tadi telah menyelamatkanku.       “Kak Lee Zhang….” Aku bergegas berjalan menghampirinya dan kembali berkata, “Kakak masih disini? Kenapa dari tadi Kakak belum pulang?”       “Aku datang kesini untuk menjemputmu. Bukankah tadi pagi ibuku telah mengatakan padamu, bahwa mala mini aku akan menjemputmu sepulang bekerja?”       “Oouh….ya aku ingat. Terima kasih, Kak.” Aku menjawab dengan menunduk melihat ujung sepatuku.       Aku berdiri saling berhadapan dengan Lee Zhang di samping pos keamanan yang sedikit gelap. Kami berdiri diam tanpa berkata apa-apa dalam waktu yang cukup lama. Aku hanya berdiri menunduk melihat ujung sepatuku dengan pikiranku sendiri yang sedang kacau balau. Sedangkan Lee Zhang berdiri menatapku lama dengan tatapan yang sulit dimengerti.       Saling diam cukup lama membuatku sedikit bingung. Apalagi berhadapan dengan pria tampan seperti Lee Zhang yang memiliki kesan mendalam di hatiku membuatku canggung. Dengan perlahan-lahan aku mengangkat wajahku menatap wajah Lee Zhang yang masih berdiri di hadapanku menatapku. “Kenapa Kakak menatapku seperti itu?”       “Viera…maafkan aku. Aku yang menyebabkanmu di pecat dari pekerjaanmu.”       Aku tersenyum mendengar ucapan Lee Zhang yang menatapku dengan wajah bersalah, “Tidak apa-apa Kak. Aku yang seharusnya berterima kasih padamu karena kamu telah menyelamatkanku. Meski saat ini aku merasa sangat sedih karena kehilangan pekerjaan, tapi aku sangat bersyukur aku masih baik-baik saja. Pekerjaan dapat dicari lagi.”       Lee Zhang maju dua langkah di hadapanku, lalu tersenyum  sambil merangkul bahuku. “Sepertinya aku berhutang padamu karena telah membuatmu sangat sedih malam ini. Bagaimana kalau kita ke Zhu Jiang?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD