Sudah Sah

852 Words
Dian dan Akbar sudah sah menjadi sepasang suami istri di mata agama dan juga negara. Pernikahan digelar kecil kecilan sesuai kesepakatan hanya ada keluarga yang datang. Akbar dan Dian juga sudah bisa berduaan tanpa terhalang dosa lagi. Keduanya benar benar sudah sah menjadi sepasang suami istri. Namun ada satu hal yang Akbar minta, dia ingin mereka tidak berhubungan badan untuk sementara waktu. Dan Dian hanya bisa menurut. Ia tau, kalau Akbar masih memiliki rasa dengan mantan kekasih nya. Dian tak sengaja melihat walpaper ponsel Akbar dan disana terpampang jelas foto Akbar dengan seorang wanita cantik dengan rambut panjang. Dian tidak apa apa. Dian hanya bisa berdoa agar rumah tangga keduanya selalu baik baik saja dan awet hingga mereka tua nanti. Tapi mau bagaimana rasa sakit hati sedikit muncul di hati Dian. Dian hanya ingin membangun keluarga sekali seumur hidupnya. Dian ingin keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah. "Mas, solat ashar dulu."Dian menepuk lengan Akbar yang masih terlelap tidur. Mereka sudah ada di rumah mereka sendiri. Jadi mereka hanya tinggal berdua. Semua keluarga sudah kembali ke rumah masing masing. "Eungghhh..." Akbar mengolet ditempat, cepat cepat Dian memundurkan langkah nya. Masih sedikit canggung ketika Dian menyentuh Akbar. Apalagi dia tak pernah bersentuhan dengan laki laki lain kecuali bapaknya. Akbar bangkit dari tidur nya lalu duduk dipinggir ranjang untuk mengumpulkan kesadaran nya. Masih dengan mata yang terlihat berat, Akbar mencoba menatap Dian. "Kamu udah solat?" Dian mengangguk. "Soalnya Dian daritadi bangunin Mas, tapi Mas pules banget" Akbar menggaruk tengkuknya sembari meringis. "Aku cape"katanya. Dian mengangguk. Dian tau, karena keduanya masih beres beres bahkan sampai detik ini masih banyak barang barang mereka yang belum di bereskan. "Gapapa. Mas solat, nanti istirahat lagi. Tapi jangan tidur, nanti malah pusing"jelas Dian. Akbar mengangguk. Lalu pria itu bangkit berjalan ke arah kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Ini hari kedua, mereka ada di satu rumah yang sama. Namun suasana nampak masih canggung. Bahkan disaat mereka duduk bersama, saat makan atau saat akan tidur tidak ada percakapan. Dian sendiri tidak tau harus memulai percakapan dengan apa. Gadis bergamis dan jilbab yang senada warna ungu itu lalu kembali lagi ke dapur. Ia sedang memasak untuk makan nanti malam. Dia bilang ke teman kantor terutama Saskia kalau dia sedang ada acara keluarga jadi ijin dari kantor. Dia hanya butuh waktu untuk mengumpulkan keberanian. Sementara ini Dian belum memiliki nyali yang cukup untuk bilang bahwa ia adalah istri dari Akbari. CEO sekaligus pemilik perusahaan tempat mereka bekerja. Dian takut nanti suasana akan menjadi canggung. Dian memasak sembari mendengar lantunan ayat suci Alquran. Sesekali dia ikut melafalkan karena sudah hafal. Tak lama Akbar mendekat. "Sudah mandi?"tanya Akbar. "Habis ini Dian mandi Mas. Nunggu sayur nya mateng dulu" "Biar aku aja yang nunggu. Kamu mandi dulu" "Mas gapapa?" Akbar mengangguk. "Kalau gitu Dian mandi dulu. Makasih Mas" Akbar lagi lagi hanya mengangguk. Pria berbadan gagah itu nampak sedikit kaku untuk diajak bicara memang. Membuat Dian yang tidak memiliki topik semakin kewalahan menghadapi suasana canggung kedua nya. ****** "Mas" Akbar menoleh kala Dian mengulurkan tangannya. Beberapa saat pria itu hanya diam tak mengerti apa yang akan Dian lakukan. "Salim"kata Dian "Oh iya"Akbar langsung mengulurkan tangan nya, Dian langsung menempelkan punggung tangan Akbar ke dahi nya. "Assalamualaikum"ujar Dian sebelum keluar dari mobil Akbar. "Waalaikumsalam"balas Akbar tak lama mobil putih itu kembali berjalan meninggalkan Dian. Keduanya memang sepakat untuk menurunkan Dian di halte bus. Jadi Dian akan berjalan ke kantor dari halte itu. Seniat itu mereka untuk menyembunyikan identitas baru. Setelah di pikir pikir. Hidup Dian masih sama seperti sebelumnya, hanya sedikit hal yang berubah setelah dia menikah. Dan Dian berdoa, semuanya akan tetap baik baik saja. "DIAN!"Dian tersenyum saat Saskia sudah sampai lebih dulu. "Assalamualaikum"sapa wanita berambut pendek itu. "Waalaikumsalam"balas Dian. "Saskia udah sarapan?"tanya Dian. "Udah, Kamu?" Dian mengangguk. "Alhamdulillah udah tadi" Kedua nya lalu berjalan masuk ke dalam kantor bersamaan. ****** tok tok tok "Masuk"sahut seseorang didalam ruangan membuat Dian dengan hijab putih nya masuk ke dalam. "Pak ini ada.." "Kenapa panggil Pak?"sahut Akbar "Takut ada yang denger" "Enggak, gabakal. Kalo ada yang dengar juga gapapa"balas Akbar sembari tersenyum. "Dian belum siap"kata nya memelas membuat Akbar terkekeh. "Iya udah. Duduk"kata Akbar sembari menerima berkas yang Dian berikan. Dian hanya diam sembari menunggu Akbar menandatangani kontrak. "Bosan?"tanya Akbar melirik Dian yang hanya diam. "Eh, enggak"elak Dian. "Nyalain tv nya, ini bakal memakan waktu lama"kata Akbar. "Dian tinggal aja ya?" Akbar menggeleng. "Disini aja, kamu pasti cape kemarin habis beres beres sekarang kerja. Aku kan udah bilang ambil cuti lagi" Dian menggeleng kan kepala nya. "Nanti teman teman tanya" Akbar menggeleng kan kepala nya. "Kamu mikir nya kejauhan Di" kekeh Akbar. "Ambil remote nya, nyalain tv nya"lanjut Akbar membuat Dian langsung bangkit dan mengambil remote tv. Dinyalakan nya tv. Akbar mengernyitkan dahi kala Dian terus mengganti Chanel. "Nyari apa?" tanya Akbar. "Kartun"seloroh nya. "Dian ga mau denger gosip gosip, dosa"lanjut nya membuat Akbar tertawa kecil. Dian menoleh. Mendapati Akbar yang masih tertawa. "Mas sering sering senyum ya" "Kenapa?" "Biar Dian ga takut" "Kamu takut?" "Sedikit" "Aku bakal senyum terus buat kamu kalo gitu"ujar Akbar dengan senyum nya membuat Dian merona di tempat. "Mulai sekarang, dan seterusnya" sambung Akbar

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD