Syafira benar-benar marah pada suaminya, dia tidak percaya kalau Relix benar-benar akan mencari seorang asisten pribadi. Sebagai seorang istri dia ingin sekali protes, tetapi sebagai seorang sekretaris dia tidak punya kuasa untuk protes. Apalagi kini masih berada di kantor, mana jam kantor pula. Sudah bisa dipastikan kalau dia tidak akan punya nyali memprotes sedikitpun dengan usul Relix, astaga posisi ini benar-benar menghimpit Syafira. Di satu sisi dia cemburu bila Relix memiliki seorang asisten pribadi, tetapi disisi lain dia juga harus bersikap profesional dan mengesampingkan urusan pribadinya apalagi tentang perasaan. Dia yang mau seperti ini, mengapa sekarang dia yang menjadi kepikiran? Seperti saat ini, Syafira hanya melamun saja. Dia dan Relix sedang berada di mobil pria itu untuk

