6

1111 Words
          Sejak hari itu, saat mereka bertemu di tempat yang tidak banyak orang atau orang yang ada disekitar terlalu serius dengan urusan mereka masing-masing. Abiyyu sering melakukan baik sentuhan ataupun kedipan mata, yang akan membuat pipi Qistina menjadi merona karena tersipu.           Saat bertemu tidak sengaja di halaman sekolah Abiyyu yang cengar cengir dihardik Qistina. “Apa lo?” mereka menjadi teman sekaligus musuh seperti tom and jerry. Tetapi tidak dipungkiri bahwa ketertarikan mereka semakin besar.           “Q....!” teriakan Abiyyu terdengar saat jam pelajaran berakhir hari sabtu. Q menoleh dan menunggunya “Nanti latihan datang lebih awal ya! Ada yang mo gue omongin.”          “Kenapa ga sekarang aja.”           “Ga enak dengan teman-teman yang lain. Sedikit secret.”           “Apa sih pakai ra..” belum habis Q ngomong Abiyyu memberi isyarat untuk diam dan berjalan pergi menuju parkiran sepedanya.           “Kenapa Abiyyu, Q?” tanya Sabrina yang sudah di samping Q yang masih menatap heran apa yang Abiyyu mau.           “Ga tau. Kenapa tuh anak. Pulang yuk, Rin.” Q menyeret Sabrina.           Latihan basket yang biasanya dimulai pukul 16.00, karena janji dengan Abiyyu Q berangkat pukul 15.00. saat sampai Abiyyu sudah menunggu dengan mendribel bola tidak serius. Saat melihat Q, senyum merekah di wajahnya yang menunjukkan bahwa dia sedang gelisah.           “Q...terima kasih sudah mau memenuhi permintaanku. Kita duduk di sana.” Kami berjalan menuju bangku yang terletak di bawah pohon. Setelah duduk dan meletakkan tas yang Q bawa. Abiyyu memulai apa yang pembicaraan. Mereka menjadi teman dekat selama ini, disamping sifat usil Abbiyu tidak keluar atau rayuan yang dilakukan Abbiyu secara sembunyi-sembunyi.           “Q, gue mau minta tolong sama lo. Janji mau nolongin gue ya...!”           “Minta tolong apaan dulu baru gue putuskan mau tolong atau tidak.”           “Pokoknya lo harus janji mau nolongin gue, ya.” Abiyyu sedikit memaksa.           “Ntar lo suruh gue masuk jurang. Ga mau ah..”           “Ayolah Q...ga berbahaya kok. Kamu satu-satunya yang bisa bantu gue.”           “Oke kalau tidak berbahaya. Tapi minta tolong apaan sih? Kok serius banget.”           “Ada cewek yang nekat mau jadi pacar gue, aku ga suka jadi aku bilang sudah punya pacar. Kalau yang lain pada mundur paling tebar pesona aja dari jauh atau saat lewat tetapi yang ini susah... sudah ditolak secara halus tidak mengerti mau dikasarin ga bener juga. Dicuekin sudah.” Melihat Q tersenyum lalu tertawa membuat Abiyyu jadi cemberut.           “Gue serius... aku bukan orang yang tegaan tetapi aku susah dibuatnya.”           “Kenapa ga jadian aja dengannya kan beres.” Q menaik turunkan alis matanya iseng dan jail, membuat Abiyyu dengan muka panik kembali berusaha meyakinkan Q.           “Gue ga suka. Itu persoalnya, lagian ga ada kepikiran ke sana. Pertandingan basket kan udah dekat. Ayolah, Q....bantuin dong. Mau ya...!”           “Trus yang mau aku tolongin apa?”           “Besok jam 13.00 kita ketemuan di mall, tempatnya di foodcourt.”           “Kalau aku ke sana. Apa yang harus aku jelaskan? Biar penggemarmu ga ganggu lagi.”           “Kamu bilang aku pacarmu itu aja.”           “Apa...!” teriak Q kaget dengan permintaan Abiyyu pantesan saja permulaan harus setuju dulu diawal. Sebelum Q menolak Abiyyu membujuknya.           “Kita kan satu ekskul dan satu kelas juga. Trus kita juga sering terlihat jalan bareng karena kita pulang kan satu arah. Jadi kalau kau yang mengaku jadi pacar aku kan tidak bakalan ada yang heran.”           “Tidak heran. Iya. Tetapi kalau berita itu tersebar di sekolah, bisa heboh satu sekolah tau. Belum lagi pertandingan yang mendekat. Lo enggak salah apa?” Q menahan frustasinya dan menggeleng bingung jalan pikiran Abiyyu. “Kenapa ga pilih teman yang lain? Anak basket atau teman sekelas kita.”           “Mereka bakalan mau jadi pacar beneran. Aku tidak suka. Kalau sama kamu aku yakin tidak bakalan jadi seperti itu. Tapi kalaupun jadi omongan orang satu sekolah, itu tidak akan jadi buat masalah buatku.”           “Tidak masalah buat lo tapi masalah buat gue.”           “Memang kenapa? Ada yang marah? Setahuku kamu tidak punya pacar. Kalau ada yang berani dekati kamu pasti harus melewati kakakmu dulu.” Nada Abiyyu sedikit menunjukkan emosi yang membuat Q bingung.           “Darimana tau, kalau harus melewati seleksi kakakku?” Q bertanya bingung.           “Dari anak kelas tiga. Bukannya mereka tidak tahu siapa dirimu. Karena setiap pertandingan mereka, kamu pasti ada untuk menonton. Pertama mereka pikir kamu pacarnya kakakmu tetapi mereka akhirnya tau dari teman dekat kakakmu bahwa kau adiknya yang diberi ultimatum sebelum mereka menyampaikan salam kepadamu bahwa siapa yang berani mendekatimu harus melewati kakakmu dulu.”           “Oh...cerita itu. Masih juga tenar sampai sekarang ya..!” Q nyengir kearah Abiyyu. “Trus kalau kamu bagaimana? Tidak takut kena ultimatum kakakku.”           “Kita kan hanya pura-pura. Tidak ada yang serius. Kalau serius juga tidak apa-apa aku senang-senang aja.”           “Yeah...mau lo”           “Besok bisa ya...bantu saya? Please.....!” Abiyyu meminta dengan memelas dan penuh harap.           Penjelasan panjang lebar Abiyyu memang semua masuk akal, tetapi Q masih memikirkan jika isu itu tersebar. Bisa heboh satu sekolah, belum lagi teman-teman dekatnya. Bisa gempar. Melihat Abiyyu yang benar-benar terlihat frustasi membuat Q mengiyakan.           “Baiklah besok jam satu di foodmart mall.”           “Terima kasih banyak Q. Pas ketemu nanti berimprovisasi ya...biar tampak menyakinkan. Ayo latihan.”           Ekspresi Q terkejut dan berujar “Latihan apa?”           “Ya basket lah. Masa latihan.....” Abiyyu paham apa yang membuat Q terkejut “Kalau untuk besok aku yakin sama kamu.” Dengan mengedipkan sebelah mata, Abiyyu sudah pergi duluan ke lapangan basket melakukan tembakan ke ring dengan ringan yang tidak tercermin saat Q baru datang tadi. Dan meninggalkan Q tersipu sendiri karena salah sangka maksud dari perkataan Abiyyu. Perubahan topik yang cepat membuat Q sedikit bingung.           Q duduk sambil melihat Abiyyu latihan sendirian, sampai teman-teman mulai berdatangan saat pukul 15.30. Q menuju mushola sekolah untuk sholat ashar yang sudah masuk waktunya, dan melambai kepada teman-teman yang sudah hadir dengan memberi isyarat tangan bahwa ia mau sholat. Dari sudut matanya Abiyyu melihat kemana Q pergi dan melihat jam tangannya, kemudian ia mengikuti setelah pamit kepada temannya yang sudah memulai melakukan gerakan peregangan.           “Jamaah yuk...” sapa Abiyyu dari belakang membuat Q sedikit terlonjak. Lagi-lagi kebiasaan Abiyyu yang suka membuat Q kaget.           Sambil memegang d**a karena terkejut dan menggeleng karena kebiasaan Abiyyu membuatnya terkejut sebelum menjawab. “Boleh” mereka berpisah menujuk tempat wudhu yang terpisah. Mereka sholat berjamah, setelah selesai mereka bersama berjalan menuju lapangan. Mereka memang sering berjalan bareng sehingga tidak terlalu membuat heboh teman ekskul basket lagi seperti pertama mereka melihatnya yang langsung disambut cuitan panjang dan olokan. Tetapi membuat julukan anak basket melekat kepada mereka. “Pasangan Basket”.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD