4. Closer

2520 Words
"Yang kiri aja mas Reagan" Teriak Ridho dari bawah mencoba mengarahkan Reagan kelapa mana yang harus pria itu petik. "Oke, Dho" Reagan meraih kelapa yang dimaksud Ridho kemudian memutar-mutar kelapa itu agar bisa copot dari tangkainya. "Minggir, Dho" perintah Reagan. Ridho melangkah menjauh juga menarik adik kecilnya Narwan. Keduanya bertepuk tangan gembira ketika kelapa itu jatuh ke tanah. "Udah cukup mas Reagan, ayo kita buka kelapanya" kata Ridho sambil mengambil kelapa itu dan mengumpulkannya bersama dengan kelapa-kelapa lain yang sudah mereka kumpulkan sebelumnya. Reagan melihat kebawah kearah tumpukan kelapa itu. Hatinya cukup puas mengetahui kelapa-kelapa itu sudah terkumpul cukup banyak. Dengan cepat dia menuruni pohon kelapa itu. Semenjak tinggal dipulau itu, Reagan merasa skill bertahan hidupnya menjadi semakin banyak. Dia merasa kini jika dia berada di kondisi tersulit pun, dia masih bisa bertahan hidup. Pulau kecil ini adalah rumah baginya sekarang. Bukan lagi perkotaan dengan kemacetan, asap, polusi atau hal-hal rumit lainnya. Dia jatuh cinta dengan kehidupan barunya. Entah sejak kapan dia sudah tidak pernah menggunakan telepon seluler lagi. Dipulau ini tidak ada jaringan ponsel, mereka menggunakan HT sebagai alat komunikasi. "Aku gak tau kamu ada bakat jadi monyet" suara Nara tertangkap jelas di telinga Reagan saat pria itu melompat ke tanah. Reagan hanya bisa tertawa kecil. "Aku gak keberatan jadi monyet" kata Reagan santai. Nara tersenyum geli "Asal kamu jadi Dora-nya" senyum mengejek Reagan kembali muncul. Nara hanya bisa tertawa kecil sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Reagan berjalan ke arah tumpukan kelapa itu. "Wah, banyak juga ya yang terkumpul. Kelihatannya juga bagus-bagus. Kamu emang hebat milihnya, Dho" Puji Reagan membuat anak itu tersipu malu. "Mas Reagan juga jago manjat kelapanya" puji Ridho lagi. "Aku sih, jago manjat segalanya" kata Reagan sambil matanya menatap Nara menggoda gadis itu yang dibalas Nara dengan pelototan. Untung saja Ridho tidak terlalu mempedulikan pernyataan terakhir Reagan karena dia dan adik asik memilih buah kelapa itu. "Kamu mau?" tanya Reagan pada Nara. Gadis itu menangguk semangat. Dia tidak bisa berbohong bahwa kelapa itu terlihat sangat menggiurkan. "Tolong ambilin satu, Dho" kata Reagan. Ridho segera membawa 1 buah kelapa pada Reagan. Reagan kemudian terlihat cekatan mengayunkan goloknya. Tidak berapa lama kelapa itu siap dinikmati Nara. Nara meneguk air kelapa itu. Sensasi dan rasa menyegarkan menyapa tenggorokannya yang sedari tadi kering karena panasnya matahari. "Wah, seger banget" ucap Nara Reagan tersenyum sambil mengupas kelapa untuk Ridho dan juga Narwan. Nara duduk di samping Reagan. "Kamu emang udah berapa lama sih dipulau ini?" tanya Nara. "Sekitar 5 bulan" jawab Reagan. "Nggak pulang?" tanya Nara lagi. Reagan menggeleng. "Gak kangen rumah?" tanya Nara lagi. "Gak ada yang dikangenin" Jawab Reagan lagi, jawaban bohong. "Pacar?" tanya Nara. "Ada" jawab Reagan, membuat hati Nara sedikit nyeri mengetahui bahwa Reagan sudah punya kekasih. "Kamu" sambung Reagan sambil tersenyum lebar. Nara memukul lengan Reagan kecil, membuat Reagan kembali tertawa. Reagan terlihat tidak nyaman dengan rambutnya yang sudah mulai memanjang. Berulang kali dia menyisir rambutnya kebelakan dengan tangan tapi hal itu seperti sia-sia. Nara memandang wajah Reagan yang tengah berbincang dan bercanda dengan Ridho dan Narwan. Mereka tampak sangat akrab. "Sini!" panggil Nara pada Reagan, tangannya memberi isyarat pada Reagan agar mendekat. Reagan menggeser duduknya lebih dekat ke Nara. Dia sejujurnya tidak tahu kenapa Nara menyuruhnya lebih mendekat, tapi karena itu Nara, dia pasti akan menuruti-nya. "Narwan, Tante minta karet gelang-nya satu, boleh sayang?" pinta Nara sambil membuat gestur meminta. Anak itu dengan senang hati memberi karet gelang yang ada di katapel-nya kepada Nara. "Ini tante" kata Narwan. "Makasih Narwan sayang" ucap Nara. "Hush..." potong Reagan. "Kenapa?" Nara kaget, mungkin dia melakukan kesalahan. "Jangan panggil sayang sama sembarang orang, ke aku boleh" kata Reagan lagi. Kali ini dibalas Nara dengan slepetan karet ditangan Reagan yang membuatnya mengaduh. Nara kemudian menarik bahu Reagan agar tubuh pria itu menghadap dirinya. Setelah berdiri, Nara mengumpulkan rambut Reagan ke depan dan menguncir rambut Reagan sehingga membuat pria itu memiliki hairstlye kuncir satu yang mirip dengan tokoh Agnes di film Dispacable me. Ridho dan Narwan tertawa karena perubahan gaya rambut Reagan membuatnya berubah dari pria macho menjadi bocah. Reagan jujur saja terlihat menggemaskan karena dahi lebarnya kini terlihat jelas dan matanya jadi terlihat melebar. "Mas Reagan lucu banget, hahahaha" Ridho tertawa terbahak-bahak. "Mas mau aja lagi di kuncil lambutnya, hahahahaha" giliran Narwan mengejeknya. Reagan menatap pasrah ke arah Nara yang kini matanya berbinar melihatnya. "Kamu belum ngerasain sih. Coba deh kamu punya pacar, diapain juga nurut" jelas Reagan pada kedua bocah yang masih tertawa padanya itu. Nara hanya tersenyum simpul. "Itu namanya bucin" kata Ridho Reagan agak terkejut, dia tidak menyangka Ridho tau istilah seperti itu. "Bucin kalau sama orang yang disayang mah bahagia, weekk" kata Reagan sambil menjulurkan lidahnya. Oke, sekarang Nara bisa melihat sudah ada 3 bocah didepannya. *** Senja Nara dihabiskan dengan melihat makan kelapa muda dan melihat Billy, Reagan, Ridho dan juga Narwan bermain sepakbola. Renata juga berada disamping Nara sedang menikmati daging kelapa mudanya. Mereka tampak asik melihat 4 orang 'bocah' itu bermain dengan asik. Kadang mereka harus berhenti karena Narwan merajuk tidak diberikan bola. Nara sangat menikmati sore-nya itu. "Kamu pacaran sama Reagan?" tanya Renata tiba-tiba. Membuat Nara sukses tersedak daging kelapa muda. "Uhuk.. uhuk..." Nara batuk Renata dengan refleks menepuk-nepuk belakang Nara. "Gak. Kenapa kamu tanya begitu?" tanya Nara. "Ya well, kalian udah tinggal se-rumah. Tapi sikap kalian seperti bukan pasangan. Lebih kayak tom dan jerry" jelas Renata. "Oh itu, aku sama Reagan itu temen dekat waktu SMA. Kami ketemu lagi disini secara random dan cottage Reagan belum selesai dibangun kan? makanya Dia tinggal sama aku" Jelas Nara. Mulut Renata membulat dan mengangguk-anggukkan kepalanya. Untung saja Renata gak bertanya lebih dalam. Nara tidak sepenuhnya bohong. Dia memang sudah tidur dengan Reagan tapi baik dirinya ataupun Reagan tidak pernah menyatakan cinta atau ajakan membangun hubungan. "Kamu disini liburan?" tanya Nara Renata menatap kearah laut. "Melarikan diri lebih tepatnya" kata Renata "Hahaha, harusnya pulau ini dinamakan Escape Island" kata Nata lagi. "Kamu juga? Dari apa?" tanya Nara "Kerjaan mostly, asmara secondly" jawab Nara "Kamu?" sambung Nara bertanya pada Renata. "Mantan tunangan" jawab Renata. Nara mengangguk seolah paham. Dia tidak ingin bertanya lebih banyak mengingat betapa pendiamnya Renata. Dia pasti masih belum bisa mengeluarkan semuanya. "Semoga cepat membaik." kata Nara "Ya semoga" sambung Renata sambil memandang jauh ke arah lautan namun airmatanya sudah ada di pipinya. "Kamu belum balik ke cottage?" tanya Reagan sambil mendekat ke arah Nara. Nara melihat sekitarnya, langit sudah mulai menggelap. "Udah mau balik" kata Nara. "Yuk Ren, bareng" ajak Nara. Renata menangguk kemudian berdiri. "Balik cepetan, udah mau malem" kata Nara pada Reagan. Sementara pria itu merespon dengan memberi gestur hormat pada Nara. Membuat Nara dan Renata terkikik pelan. *** "Nara, ayo buruan" Teriak Reagan dari luar cottage. Nara tengah menyiapkan kain pantainya mempercepat gerakannya. Selesai makan malam tadi, Reagan mengajaknya untuk camping di pinggir pantai dan Nara menyetujuinya. Benar kata Reagan, dibandingkan dengan mengurung dirinya di cottage lebih baik dia membuat memori baru di tempat ini dengan pengalaman baru yang mungkin hanya akan dia rasakan sekali seumur hidup. Nara melihat kembali persiapannya, kain pantainya, lotion anti nyamuk, dan cemilan. Oke, semua siap. Nara segera keluar cottage dan mendapati Reagan tengah menunggu dengan gusar. Pria itu menatap Nara sambil melipat tangannya di d**a. "Kamu cuma mau camping tapi waktu persiapannya kayak udah mau pindah rumah" cerocos Reagan. "Astaga, kamu cerewet banget. Aku kan gak tahu apa yang harus aku bawa. Aku baru kali ini ikut camping" Jelas Nara. "Ya udah, ayo. Apinya keburu mati nanti" kata Reagan. Dia menunggu sampai Nara berada di sampingnya dan kemudian keduanya berjalan beriringan. "Kamu belum pernah camping?" tanya Reagan Nara menggeleng, "Gak punya kesempatan" jawab Nara. "Okey, aku pastikan pengalaman pertama camping kamu ini tidak akan terlupakan" kata Reagan. Keduanya pun menuju ke tempat dimana Reagan sudah mendirikan sebuah tenda lengkap dengan api unggun di depan tenda tersebut. Ada beberapa lampu obor kecil disamping-samping tenda, cantik. Tidak percuma Reagan menjadi seorang interior designer, kemampuannya meletakan barang perlu di ancungi jempol. "Bagus gak?" tanya Reagan sambil memandang ke sekelilingnya. "Bagus banget. Kamu berbakat" puji Nara sambil melihat sekelilingnya. Reagan menggaruk tengkuknya, dia agak malu jika di puji karena pekerjaannya. "Kamu gak lepas ikatan rambut itu?" tanya Nara lagi melihat kuncir satu masih ada di rambut Reagan. "Kata kamu aku lucu kalau begini" jawab Reagan. "Ridho benar, kamu bucin" kata Nara lagi. "Ya kan, bucinnya sama kamu." kata Reagan lagi. "Kamu mau aku smore?" tawar Nara "Boleh" Jawab Reagan sambil mengambil gitar disamping tenda. Pria itu memainkan beberapa nada sambi bernyanyi kecil. Sementara Nara memanggang beberapa marshmellow di api unggun. Mengapit permen busa itu dengan kukis coklat. "Nih" kata Nara sambil memberikan kue itu ke arah Reagan. "Aaaaa" Reagan malah membuka mulutnya. "ck" Nara berdecak kecil tapi kemudian dia mendekat sedikit ke arah Reagan dan menyuapi bayi besar itu. "Enak" puji Reagan. Nara tersenyum, membuat satu smore untuk dirinya dan melahap kue itu. "Lihat deh, langit malam ini cerah banget, jadi keliatan deh semua bintangnya." Kata Reagan sambil menunjuk ke arah langit. Nara mengadahkan pandangannya mengikuti petunjuk Reagan. Benar. Langit malam ini terlampau cantik. Benar-benar pengalaman sekali seumur hidup yang tidak akan Nara lupakan seumur hidupnya. "Makasih udah ajakin aku" kata Nara. "Sama-sama" Reagan tersenyum. "Kamu gak pake baju?" tanya Nara melihat Reagan hanya mengenakan celana pantainya. Reagan menggeleng. "Panas banget disini" kata Reagan. Nara mengangguk. "Kita tidurnya disini?" tanya Nara sambil menunjuk ke arah tenda. Reagan mengangguk. "Kamu gak pakai baju bukan untuk modus sama aku kan?" Nara mencurigai Reagan. "Enak aja, pede banget kamu. Aku emang sering kepanasan" Reagan membela diri. "Tapi kalau kamu mau di modusin, ya gaslah" sambung Reagan lagi. "Tuh kan.. ih..." protes Nara "Gak... gak... gak modus kok. Beneran" kata Reagan lagi. "Awas ya" ancam Nara. Reagan tertawa. "Reagan..." panggil Nara "Hmm?" jawab Reagan "Kamu punya pacar gak?" tanya Nara "Ada.." "Sumpah kalo kamu bilang aku pacar kamu, ku pukul kamu pake ini" potong Nara sambil mengangkat batok kelapa disampingnya. Reagan terkekeh. "Ya kalau gitu gak ada. Malas juga pacaran. Ntar, gak cocok dikit, putus. Capek" kata Reagan lagi. "Kamu pernah punya pacar?" tanya Nara lagi. "Pernah, waktu kuliah semester akhir. Tapi ketahuan selingkuh, jadinya putus" cerita Reagan. "Kasian banget kamu diselingkuhin" kata Nara. "Bukan... Aku yang selingkuh hahahaha" kata Reagan sambil tertawa. Nara hanya bisa membuang nafas kesal dengan tingkah Reagan yang tidak pernah bisa serius. "Tapi bener, aku yang selingkuh" kata Reagan sambil tersenyum tapi kepahitan terpancar jelas di wajahnya. "Nyesel?" tanya Nara. "Awalnya iya, abis itu udah nggak" jawab Reagan lagi. "Kamu sendiri? kenapa bisa putus sama pacar kamu?" tanya Reagan. "Dia ngelamar aku" jawab Nara "Loh kok? bukannya harusnya seneng?" tanya Reagan bingung. Nara hanya mengangkat bahu dan tidak memberikan jawaban. "Kamu inget gak dulu waktu SMA kita sering banget belajar di perpus cuma gara-gara kita sering taruhan nilai ujian" kata Reagan mengenang masa SMA-nya yang indah bersama Nara. Nara tersenyum. "Kalau dipikir-pikir, kita konyol banget ya" tambah Nara. "Kok bisa kita mengorbankan waktu kita sebanyak itu cuma buat bakso seporsi, hahaha" tambah Nara lagi. "Well, kalau aku sih menikmati semua waktu bareng kamu walau tanpa bakso" kata Reagan lagi. "Kamu tau gak, Nar. Kamu itu semua yang pertama dalam hidup aku" Kata Reagan lagi. Dia meletakan gitarnya disamping dan melipat tangannya di lutut. Nara masih diam. "Kamu mungkin lupa, tapi aku gak akan bisa lupa ciuman pertama aku sama kamu di perpustakaan saat itu" kata Reagan. Reagan meraih tangan Nara, membawa gadis itu lebih mendekat kearahnya. "Malam itu, malam pertama aku tidur dengan wanita. Dan kamu wanita pertamanya. Kenapa Nar? Kenapa semesta hanya mengijinkan kamu yang pertama buat segalanya dihidupku?" kata Reagan lagi sebelum ia mengecup pelan bibir Nara dan Nara membalas ciuman itu. "Sekarang kamu bilang ke aku, kamu gak mau jadi pacar aku. Sama kayak waktu SMA dulu. Kenapa laki-laki lain bisa jadi pacar kamu dan aku nggak?" tanya Reagan setelah ciuman mereka berakhir. "Kapan kamu pernah nembak aku waktu SMA?" mata Nara mengerjap waktu mendengar pernyataan Reagan karena seingatnya Reagan tidak pernah menyatakan perasaannya semasa SMA. Reagan memutar matanya kesal karena Nara bahkan tidak ingat akan pernyataan cintanya pada Nara. "Waktu valentine kelas 3. Kamu bilang ke aku kalau kamu mau yang jadi pacar kamu kasih kado yang bukan bunga, boneka, atau coklat. Aku bawain kamu takoyaki waktu itu. Aku tanya kamu suka nggak, kamu jawab iya. Tapi pas aku mau cium pipi kamu, kamu malah nampar aku" Reagan terlihat frustasi. Nara mencoba menahan tawanya, tapi tidak bisa. Tawanya akhirnya keluar juga. "Hahahahaha aku pikir waktu kamu tanya aku suka atau nggak itu aku suka takoyaki-nya atau nggak hahahaha, trus tiba-tiba kamu mau nyium aku, ya refleks aku tampar lah" jelas Nara masih dengan diselingi tawanya. Reagan menggeleng frustasi. "Maaf" kata Nara lagi. "Maaf, tapi kita gak bisa lebih dari ini" sambung Nara lagi. "Bahkan setelah semua yang terjadi, setelah malam itu..." "Bahkan setelah malam itu" potong Nara. Reagan tersenyum kecewa. Dia mengarahkan pandangannya ke arah lain. Nara tahu Reagan kecewa, tapi dia tidak bisa membiarkan ada Daniel kedua yang merasakan hal yang sama. Dia sudah punya komitmen hidupnya, tanpa resiko, tanpa siapapun. "Makasih untuk semua pengalamannya disini, Gen" kata Nara tulus. Reagan tersenyum dan mengangguk, "Iya, sama-sama". "Aku seneng banget lihat ikan, apalagi ketemu Nemo" Ujar Nara "Nemo??" Reagan keheranan "Apa itu Nemo?" tanya Reagan. Sekarang giliran Nara yang keheranan. "Masa kamu gak tahu Nemo? itu ikan kecil yang warnanya orange-putih. Lucu banget" Jelas Nara. "Hahahaha itu namanya ikan badut" jelas Reagan. "Sama aja, di film namanya Nemo" kata Nara tidak mau kalah. "Ya masa, nama ikan aja kamu gak tahu. Hahaha payah banget" ejek Reagan. "Bisa-bisanya ikan aja kamu ributin" kata Nara. Reagan terdiam. "Ingetin aku kalau kamu ulang tahun" kata Reagan. "Kenapa?" tanya Nara "Mau aku kasih hadiah ensiklopdia hewan laut hahaha" jawab Reagan sambil tertawa. "Nyebelin!" "Aku mau tidur aja, kamu gak boleh pinjem kain apalagi minta lotion anti nyamuk aku!" kata Nara sambil memeluk kain dan lotion anti nyamuknya. Nara segera masuk kedalam tenda dan merebahkan dirinya. Dia menyudutkan tubuhnya ke samping tenda. Nara melihat ke luar, nampak bayangan Reagan sedang berjalan kesana kemari mematikan api dari obor dan juga api unggun. Tak lama kemudian, semua menjadi gelap. Seketika itu juga Nara panik. "Reagan.." Teriak Nara dari dalam tenda. "Sorry, bentar" balas Reagan dari luar. Lampu putih menyala dari luar. Setidaknya ada cahaya yang membuat Nara tenang. Tak lama, bayangan Reagan membesar yang artinya dia menuju tenda. Reagan membuka tenda dan mendapati Nara merapatkan dirinya ke arah pinggir tenda. "Ke tengah dikit deh" kata Reagan. Dirinya juga ikut merebahkan diri. "Gak mau" tolak Nara. "Ya udah, tapi kalau ada ular yang lewat, jangan teriak ya" Kata Reagan lagi. Nara tersentak, dia sempat lupa bahwa mereka ada di alam liar dimana ular bukanlah binatang yang tidak mungkin lewat seperti hiu. Perlahan Nara menggeser tubuhnya ke tengah tenda. Nara berhenti saat tubuhnya mentok ke tubuh Reagan. Reagan kemudian berbalik cepat dan memeluk Nara. "Setidaknya aku bisa peluk kamu. Itu udah lebih dari cukup" Kata Reagan kemudian mengecup puncak kepala Nara. Dan kemudian hening. "Goodnight, Reagan" ucap Nara pelan sebelum kantuk memaksanya memejamkan mata.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD