Gadis Dalam Dekapan 5

1056 Words
Selesai ganti baju Liandra segera membuat makanan untuk sarapan. Dia memilih menu yang simpel dan gampang, sandwich. Liandra segera membuatnya sebelum Zeline turun. Tak butuh waktu lama sandwich ala Liandra pun jadi. Liandra segera menyiapkan dimeja makan, selesai menyiapkan dia duduk di kursi makan menunggu Zeline. Lima menit Sepuluh menit Dua puluh menit, tapi gadis itu tak juga turun, takut gadis itu kenapa-kenapa, Liandra naik keatas untuk melihat keadaan gadis itu. Tanpa mengetuk pintu Liandra langsung masuk kekamar begitu saja. Dia terdiam, diam dalam kekaguman. "Cantik" spontan kata cantik itu terucap dari bibirnya, Liandra mendekatinya, gadis itu hanya diam, dia masih malu, sangat malu dengan apa yang dia lakukan semalam. Seorang bawahan menggoda bosnya ditambah terdapat banyak tanda merah dileher Liandra. "Bapak mau apa?" tanyanya dengan takut karna Liandra sudah sangat dekat dengannya, bahkan suara nafasnya pun dapat dia dengar. Dia ingin, sangat ingin mencium kembali bibir gadis itu tapi... tidak, dia tidak akan melakukan itu, dia tau gadis didepannya saat ini bukan gadis gampangan. Kejadian semalam itu karna obat perangsang bukan karna kemauannya. "Bapak mau apa?" tanyanya ulang "Sarapan sudah siap, aku sudah menunggumu dari tadi" kata Liandra dan langsung memalingkan wajahnya, dia tak ingin terus menatap Zeline, dia takut tak bisa menghapus bayangan Zeline dari dirinya. "Saya.... saya....." ucapnya menggantung "Gantilah, ini pakaian ganti untukmu" ujar Liandra sambil memberikan paket ke Zeline "Terimakasih" ucap Zeline sopan, Zeline langsung mengganti pakaiannya sedangkan Liandra, dia sudah menunggu Zeline dimeja makan, tak lama Zeline turun. Lagi dan lagi Liandra tercengang melihat Zeline yang tetap cantik tanpa make up dan ditambah dengan baju yang dia belikan, membuatnya jadi lebih mempesona. Liandra sengaja memesankan baju dengan kerah yang sedikit tinggi, dia tidak mau orang melihat banyak tanda merah dileher gadis itu. Liandra terus memandanginya. Zeline yang menyadari hal itu seketika memalingkan wajahnya, dia sedikit salah tingkah. "Eehheemm" dehem Zeline yang langsung menyadarkan Liandra "Kita kekantor sama-sama yyaa?" ajak Liandra "Terima kasih pak, biar saya naik taksi saja" tolak Zeline sopan "Kenapa?" tanya Liandra "Kita satu arah, bahkan satu tujuan" lanjutnya "Saya enggak enak pak sama orang kantor, saya gak mau jadi bahan gosipan dikantor" jawab Zeline beralasan, dia berharap bosnya memahami maksudnya tapi Liandra tetap memaksanya untuk ikut dengannya, hingga akhirnya Zeline tak sanggup untuk menolaknya. Selesai sarapan mereka segera kekantor, karna hari ini Liandra ada meeting pagi. Didalam mobil mereka tak saling bicara. Mereka diam dan terbawa oleh pikiran masing-masing. Hingga akhirnya Zeline mengeluarkan suara duluan. "Saya nanti turun di gedung kosong sebelah kantor kita saja pak" ujar Zeline "Kenapa?" tanya Liandra "Apa kau takut mereka berpikir ada sesuatu tentang kita?" lanjutnya, dan Zeline hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban "iya" Liandra tersenyum, "bukankah memang terjadi sesuatu antara kita Zeline" ucap Liandra sedikit berbisik, Zeline sangat malu mendengar ucapan Liandra, ingin rasanya dia marah, ingin rasanya dia memukul laki-laki ini tapi demi nilai dia tahan semua amarahnya. "Saya mohon pak tolong jangan kasih tau orang-orang, saya akan kasih apapun yang bapak minta tapi saya mohon bapak jangan kasih tau siapa-siapa" ucap Zeline memohon "Tapi aku sudah punya semuanya Zeline" ucap Liandra sombong "Zeline apa kau amnesia, laki-laki yang disampingmu ini Liandra Adhitama Wijaya, seorang pengusaha muda yang sukses sudah pasti dia punya segalanya, bodoh kau Zeline" gumam Zeline dalam hati "Akan ku pikirkan permintaanku Zeline dan ku harap kau tak akan menolaknya jika aku meminta padamu" ujar Liandra "Depan pak saya turun didepan saja" ujarnya Dikantor Damar, laki-laki itu tak bisa berpikir saat ini, dia sangat kesal, dia khawatir, dia sangat takut, dia terus memikirkan adiknya. Hatinya gundah, dari semalam adiknya tak bisa dihubungi, dia menelpon semua teman adiknya, tapi mereka tidak ada yang tau keberadaan Zeline. Dia tak tau harus mencari adiknya kemana. Kling... hpnya berbunyi satu pesan masuk dari adiknya, hatinya sedikit lega "Hai kakak ku paling tampan, maafkan adik cantikmu sudah membuatmu khawatir, direktur kemarin mengajakku menemui klien diluar kota dan baru kembali pagi ini, maaf aku tak sempat mengabarimu karna batere hp ku lobet, aku akan menemuimu nanti siang, I love you kakak tampanku" "Maafkan El kak, El berbohong sama kakak, tapi El janji suatu saat El akan menceritakan semuanya sama kakak dan El berharap kakak gak akan marah sama El" ucap Zeline dalam hati dan langsung meletakkan ponselnya di atas meja. Diruangan Liandra, dia sudah sibuk dengan berkas-berkas yang ada di mejanya. Dia mempelajari satu persatu. Tapi konsentrasinya terpecah, bayangan wajah Zeline selalu menghantuinya, aroma tubuh gadis itu masih sangat melekat di hidung Liandra. Kejadian semalam masih sangat indah dipikirannya. Tok tok tok.... suara ketukan pintu menyadarkan ia dari lamunannya. Dia tau itu pasti Lira sekretarisnya "Ya masuk" titahnya "Maaf pak, Mr Jack ingin bertemu dengan anda?" tutur Lira. "Bilang saya lagi tidak ingin diganggu" ujar Liandra. "Tapi pak...." "Apa kau sudah bosan menjadi sekretaris ku, Lira" ucapnya dengan tegas yang membuat Lira menjadi takut. "Baik pak akan saya sampaikan" ujar Lisa dan langsung undur diri "Lira..." panggilnya dan seketika membuat langkah Lira terhenti dan membalikkan badannya. "Batalkan semua kerjasama dengan Mr Jack" "Baik pak" "Kenapa, bukankah ini proyek yang sangat besar dan akan memberi keuntungan lebih banyak untuk perusahaan. Tapi kenapa pak Liandra membatalkannya begitu saja, ada apa?" tanya Lira dalam hati. "Aku akan menanyakannya pada Zeline nanti" ===== Di ruangan Zeline, gadis itu duduk sendiri di ruangannya sambil mendengarkan musik kesukaannya, kebetulan hari ini teman satu ruangannya tidak masuk jadi dia sedikit bebas di ruangan itu. Dia masih terus memikirkan kejadian semalam, bagaimana jika orangtuanya tau? bagaimana jika kakaknya tau? Apa dia masih akan dianggap keluarga di keluarga Permana? "Hhhaaiii...." ujar Lira mengagetkan Zeline setelah di ruangan Zeline, yang membuat gadis itu terkaget dari lamunannya. "Astaga, mbak Lira bikin aku jantungan saja" ujar Zeline sambil mengelus dadanya yang membuat Lira sedikit tertawa. "Sorry sorry" ujar Lira meminta maaf. "Oh ya ada apa mbak Lira kesini?" tanya Zeline karena memang Lira jarang ke ruangannya. "Kenapa pak Liandra ngebatalin kerjasama dengan Mr. Jack?" tanya Lira "Pak Liandra membatalkan kerjasama itu, mbak?" bukannya menjawab Zeline bertanya balik pada Lira yang membuat Lira semakin bingung. "Kok kamu tanya balik aku sih zel, kan semalam kamu yang menemani pak Liandra untuk membahas kerjasama itu" ujar Lira. "Kenapa, kenapa pak Liandra membatalkan kerjasama itu bukankah itu proyek yang besar lalu mengapa pak Liandra melepaskannya begitu saja, apa karna aku?" tanyanya dalam hati. "Zeline, ada apa? kenapa kau malah melamun?" tanya Lira. "Eee.. aku gak tau mbak" jawab Zeline.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD