CHAPTER 2

1265 Words
Cahaya Maharani Rahadian tidak tau kalau diumurnya yang ke 23 mamanya akan mulai ribut soal jodoh dan pernikahan. Gadis yang lebih sering dipanggil Aya itu, bukan tipe wanita sekarang yang mempunyai ambisi besar hingga membuatnya memiliki batas umur dimana dia baru akan menikah. Meski begitu, umur 23 adalah umur yang terlalu muda buat Cahaya untuk menikah. Dia saja baru merintis bisnis kecilnya, bagaimana mungkin dia berpikir akan langsung menikah. Selain itu, Raymon, pacarnya selama 2 tahun belakangan ini belum mengajaknya menikah. Jangankan bicara soal pernikahan, berbicara soal mau kemana hubungan mereka saja Raymon tidak pernah. "Mama udah tua Ya, mama pengen banget ngegendong cucu mama diumur segini," kata mama Cahaya, Rika lagi pagi ini. Mendengar perkataan Rika itu, tentu saja membuat Aya hanya bisa diam. Jujur saja dia jengah dengan semua tekanan soal pernikahan ini. Belakangan ini Rika terlalu sering merecoki Cahaya tentang pernikahan, suami dan cucu. Tidak hanya saat sarapan dan makan malam tapi disetiap ada kesempatan untuk mengingatkannya. Jadi jangan salahkan Aya kalau Aya lelah? Aya memutar bola matanya malas. Aya lalu memaksa menyuapkan nasi goreng masakan Rika kemulutnya. "Nanti Aya bilang Raymon mam," kata Aya lalu segera mengambil tas dan kunci mobilnya, kemudian mencium pipi mama papanya sebelum berangkat kerja. Aya tau mama papanya tidak menyukai Raymon. Bukan soal tampang dan kemapanan pria itu. Pria itu dapat nilai 90 kalau hanya menilai dari keduanya. Raymon yang merupakan campuran Jerman dan Indonesia, membuat dia sangat tampan. Dia juga menjabat menjadi wakil direktur di sebuah perusahaan besar, jadi sudah pasti dia mapan. Walau begitu orang tua Aya tetap tidak menyukai Raymod, entah alasannya apa. Mereka tidak secara langsung mengatakan tidak menyukai Raymon, tapi perlakuan kedua orang tuanya yang membatasi Aya ketika bertemu Raymonlah yang membuat Aya mengambil kesimpulan kalau mama papanya tidak menyukai Raymon. Bicara soal pernikahan, Aya selalu berharap untuk bisa menikah dengan pria yang dia cintai. Aya memiliki keinginan seperti itu karena dia berpikir kalau dialah yang akan menghabiskan seumur hidupnya dengan orang yang akan menjadi suaminya kelak. Jadi tidak ada salahnya jika dia menginginkan kalau Raymon adalah calon suaminya. Soal orangtuanya yang tidak menyukai Raymon, dia bisa membujuk orang tuanya agar bisa menerima Raymon demi kebahagiaan Aya. Pagi ini Aya memutuskan untuk bertemu Raymon terlebih dahulu. Aya ingin menyampaikan permintaan mamanya soal pernikahan ini pada Raymon. Pria itu perlu tau dan memutuskan sekarang tentang masa depan hubungan mereka. Aya akan membiarkan Raymon yang memilih masa depan buat hubungan mereka. Saat Aya memasuki gedung kantor Raymon, receptionist kantor Raymon langsung mengijinkannya naik, dia tau Aya itu siapa. Beberapa karyawan mengenal Aya. Tapi, ketika Aya sampai pada lantai tempat ruang kerja Raymon, Aya tidak menemukan sekretaris Raymon di depan ruangan Raymon, Aya sebenarnya butuh ijin sekretaris Raymon untuk masuk keruangan Raymon. Tapi karena Aya merasa tidak bisa menunggu lama karena masih memiliki pekerjaan lain, akhirnya Aya memilih untuk masuk keruangan Raymon. Tubuh Aya menegang, tangannya menggengam erat gagang pintu ruangan Raymon. Pemandangan dihadapannya benar-benar membuatnya mual. Raymon tengah makeout dengan seorang wanita diruangannya sendiri. Rok wanita itu sudah tersingkap dan wanita itu sudah duduk di atas meja kerja Raymon yang sudah berantakan. "A...Aya..." panggil Raymon yang segera menyadari keberadaan Aya. Aya bergeming, hatinya benar-benar hancur. Air matanya mendesak untuk keluar, namun segera ditahannya. Tidak akan dibiarkannya dua manusia b******k itu melihat air matanya. Dia bukan tipe perempuan yang tidak bisa menahan air matanya ketika dia marah atau sedih. "Sayang ini nggak kayak kamu lihat," kata Raymon buru-buru memperbaiki pakaiannya yang berantakan lalu berjalan menuju arah Aya. Aya masih diam berdiri di depan pintu ruangan Raymon dengan tatapan dan raut datar. Ingin rasanya dia mencaci maki pria itu lalu mencakar wajahnya sampai tidak berbentuk. Bisa-bisanya dia berkata begitu ketika lipstick wanita selingkuhannya berantakan dibibirnya dan kancing kemejanyapun masih terbuka. Aya menegakkan tubuhnya, mengangkat lehernya angkuh kemudian duduk di sofa single ruangan Raymon. Aya tidak mau mengambil resiko kalau ternyata sofa panjang itu pernah digunakan Raymon berhubungan badan dengan wanita lain disana. Tidak ada yang bisa menjamin sofa itu bersih dari kegiatan binatang manusia dihadapannya ini. "Jadi gimana?, apanya yang nggak sesuai dengan apa yang gue lihat? Lo mau bilang lo berdua nggak make out atau lo berdua udah selesai mau tinggal masukin aja" tanyanya sinis. Raymon tidak menjawab hanya menghela napasnya kasar, kemudian meremas rambutnya frustasi. "Ya please ngertiin gue, gue punya kebutuhan tapi lo nggak mau ngasih. Jadi gue nyari orang lain buat pelampiasannya" kata Raymon frustasi, tapi malah disambut tawa sinis oleh Aya. "Kalau begitu mulai sekarang lo bebas nyari siapapun buat pelampiasan s*x sialan lo itu. Kita udahan. Lo udah bebas dan bisa bahagia sekarang," kata Aya cepat dan segera meninggalkan ruangan Raymon. Aya menghempaskan tangan Raymon ketika Raymon mencoba untuk menahannya. Aya sendiri dengan cepat berjalan ke lift saat dirasanya Raymon masih mengejarnya. Setibanya Aya dalam mobilnya, Aya segera mengambil handphone miliknya lalu mengetikkan pesan kepada mamanya kalau dia setuju untuk mengikuti perjodohan dari mamanya. Me Ma, Aya mau dijodohin ama anak teman mama. Ketiknya singkat, lalu membawa jalan mobilnya saat dilihatnya Raymon mendekat. Dengan sedikit mengebut Aya mengemudikan mobilnya ke toko miliknya. Dia tidak sanggup kalau harus menahan airmatanya lebih lama lagi. Mama Benaran?, oke kalau gitu. Nanti malam kita ada makan malam, kamu ikut. Mama kirim kamu alamatnya nanti. Aya membaca pesan mamanya lalu menghela napasnya berat. Setelah menangis beberapa jam tadi, sakit dihatinya sedikit berkurang tapi tidak dengan rasa marah dan kecewanya. Aya mencoba untuk tegar, dia tidak akan membiarkan Raymon menghancurkannya karena ketidaksetiaan pria itu. Aya berpikir jika pria itu berpaling dengan mudahnya, Aya pun bisa melakukannya. Itulah kenapa dia menerima tawaran Rika. Meski begitu, Aya menerima perjodohan itu tidak hanya sekedar untuk balas dendam pada Raymon tapi juga untuk menyenangkan orang tuanya. Aya juga diam-diam berjanji dalam hatinya untuk belajar menerima dan mencintai calon suaminya itu kelak. *** Aya menjawab pertanyaan teman mamanya dengan baik, Aya sadar kalau dia perlu memberikan citra yang baik pada orang lain. Meskipun tadi dia sempat merusaknya datang terlambat, tetapi keterlambatan dia ada alasannya. Aya harus bersiap-siap ulang dulu karena penampilannya yang awut-awutan sejak kejadian pagi tadi. "Malam om, tante," ucap seseorang menyapa mama dan papanya. Rika, mama Aya terlihat kaget, lalu membalas sapaan itu. Aya sendiri menatap anak teman mamanya yang baru dilihatnya itu. Pria itu sepertinya belum menyadari keberadaannya, pikir Aya. Tanpa disadarinya, Aya langsung meneliti pria yang baru menyapa mamanya itu. Kalau menilai secara penampilan dan wajahnya saja Aya berani bertaruh pria dihadapannya itu pasti memiliki banyak wanita yang mau kepadanya. Menurut Aya pria itu cukup tampan, sangat tampan malah. Tubuhnya juga tegap berisi dan tinggi, meski tidak setinggi Raymon tegap berisi. Saat meniliti pria itu, Aya baru sadar sekarang kalau penampilan pria itu tidak terlalu formal, tidak seperti Aya yang bahkan menggunakan gaun. Karena penampilannya itu, Aya sempat menduga-duga kalau pria didepannya itu ogah-ogahan untuk mengikuti perjodohan ini. Aya sempat merasa sedikit sakit hati karenanya, tapi dia menepis perasaan itu. Aya tidak mau asal menebak sifat atau kelakuan orang lagi. Lebih baik dia mencoba mengenalnya terlebih dahulu. Sifat seseorang tidak akan bisa dilihat dan dinilai hanya dengan satu kali pertemuan saja bukan? Itulah kenapa, untuk saat ini Aya hanya bisa menilai penampilan pria didepannya itu. Aya tidak mau asal menilai lagi soal sifat, sama seperti dia dulu menilai Raymon di pertemuan pertama mereka. Dulu juga Aya berpikir kalau Raymon adalah pria baik dengan satu kali bertemu, tapi buktinya Raymon, adalah salah satu pria terbrengsek yang pernah ada dihidup Aya. Raymon hanyalah pria yang lebih mementingkan nafsunya daripada kesetiaan dan komitmennya. Aya bisa saja berpacaran dan melakukan skinship layaknya orang pacaran, tapi tidak untuk berhubungan badan. Aya hanya akan memberikannya setelah pria itu sudah menjadi suaminya kelak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD