1. The Salazar: Red Dragon

1546 Words
Sebelas tahun kemudian. *** Nicole Salazar memandangi pemuda yang duduk di depannya. Sudah hampir 11 tahun ia tidak bertemu denganya. Samar, masih teringat di benak Nicole, sosok anak kecil berambut hitam dan mata gelap yang selalu ada di dekatnya ketika mereka masih kecil. Shinichi Goto. Shinichi masih tetap lebih jangkung darinya, lebih besar darinya. Kini, semakin jauh lebih besar darinya. Tidak nampak lagi aura kekanak-kanakan di wajah Shinichi yang membeku di ruang tengah rumahnya, ketika sekarang keduanya sudah berumur 17 tahun. Sejak dulu Shinichi memang lebih serius dari Nicole, lebih perhitungan dan berhati-hati. Tapi temannya itu selalu lembut kepada Nicole, dan selalu membuat gadis itu merasa aman ketika berada di dekatnya. Sekarang? Entahlah. Pemuda yang beberapa bulan lebih tua dari Nicole itu sudah tumbuh menjadi seseorang yang terasa asing. Tubuh kurusnya sudah berubah menjadi kekar dan berotot. Wajahnya yang dulunya lembut, kini terasa kaku dan dingin. Tidak ada lagi tatapan mata penuh kehangatan seperti yang diingatnya. Jika bukan karena gerakan nafas atau gerakan matanya, sudah pasti Nicole mengira pemuda itu adalah sebuah pahatan patung yang sedang duduk di ruang tengah nya. “Haruskah aku ikut dengannya?” tanya Nicole pelan ke arah ayah dan ibunya. “Bagaimana dengan sekolahku? Aku sebentar lagi ujian kenaikan kelas. Bagaimana dengan teman-temanku?” Lucia meremas tangan anaknya sambil mengelus kepala gadis itu. “Maafkan, Mommy. Ini adalah untuk kebaikanmu sendiri, Missy. Situasi di Metro sedang tidak aman. Mom dan Dad, tidak ingin kau terjebak di tengah peperangan antar organisasi. Semua hanya sementara hingga situasi aman. Lagi pula akan ada Shinichi yang menjagamu.” “Tapi aku tidak mengenalnya,” rengek Nicole sambil melirik ke arah pemuda yang masih duduk di sofa yang ada di depan nya. “Tentu saja kau mengenalnya,” balas Tomas, ayah gadis itu. “Dia Shinichi. Teman masa kecilmu.” Nicole menatap wajah ayah dan ibunya bergantian. Keduanya adalah pimpinan dari organisasi mafia terkenal di Metro, dan sebagai anak satu-satunya, Nicole paham benar situasinya saat ini. Ada kabar bahwa ada organisasi baru di sebelah timur yang hendak menantang kedudukan kedua orang tuanya. Organisasi yang menyebut diri Black Dragon itu sudah mulai melancarkan serangan-serangan kecil di sisi kota Metro yang membuat ayah dan ibunya waspada. Jika ingin mempertahankan wilayah, mereka tidak punya pilihan selain membalas. Di dunia mafia, dimana hukum tidak berlaku, diam saja ketika di serang, artinya adalah menyerah. Tumbuh diantara mafia sejak kecil, Nicole tahu bahwa dirinya adalah titik kelemahan kedua orang tuanya. Jadi tidak aneh bila sekarang kedua orang tua Nicole ingin memastikan dirinya aman sebelum mereka melancarkan serangan balasan. Dan mengirimkannya keluar Metro untuk bersembunyi adalah hal yang dinilai paling masuk akal. Tapi… Gadis itu kembali mengalihkan pandangannya kearah pria yang masih duduk tidak bersuara di sofa. Shinichi dan ibunya pindah dari Metro tak lama setelah ia masuk sekolah dasar. Sejak itu, tidak pernah sekalipun mereka bertemu satu sama lain. Bagaimana mungkin kini ayah dan ibunya menyerahkan keselamatannya kepada pemuda itu? “Bagaimana aku tahu ia tidak akan melakukan hal yang tidak-tidak padaku?” celetuk Nicole. “Hah!” gelak tawa keluar dari bibir pemuda itu mengagetkan Nicole. “Jangan menganggapku pria sembarangan, Missy.” Missy? Berani-beraninya ia memanggil ku Missy? Geram Nicole dalam hati. “Panggil aku Nicole, atau Nicky! Hanya orang dekat yang memanggilku, Missy!” gertak Nicole dengan nada ketus. Shinichi tersenyum kecil sambil melipat kedua tangan di depan da-da bidangnya, tidak menjawab. Hanya berbalut kaos putih berlengan pendek dan celana panjang jeans warna gelap, Nicole bisa melihat sebuah tato ekor naga menyembul dari lengan kaosnya. Yang Nicole tahu menjadi simbol kebanggaan keluarga Goto. Gadis itu merengut menatap wajah Shinichi yang tampaknya tidak terpengaruh oleh kemarahannya. “Jadi aku tidak punya suara selain ikut dengannya dan tinggal bersama ibunya?” dengus Nicole. “Uhm…Sachi…,ibu Shinichi, sudah lama meninggal karena sakit. Selama ini ia tinggal dan dirawat oleh pamannya di Jepang,” jawab Lucia. “Mom! Kau tidak hendak menyuruhku untuk pindah ke jepang kan?!” Nicole mengerutkan keningnya ketika ibunya tidak juga menjawab. Ia menoleh ke arah ayahnya, “Dad?” Gadis itu mendekati ayahnya dan duduk di sebelanya. Matanya yang lebar membelalak memohon membuat Tomas menunduk. Putrinya itu adalah kelemahan Tomas. Permata hati yang dijaganya selama ini. Tentu saja ia sangat berat untuk melepaskannya. Tapi Tomas mengenal keluarga Shinjiro dengan baik. Ia tahu pemuda itu akan menjaga Missy untuknya. Lagipula, Shinjiro dan keluarganya bisa dibilang mengandalkan dirinya untuk hidup. Bisnis yang di lakukan organisasinya menjangkau Jepang. Bisa di pastikan jika sampai sesuatu terjadi pada Nicole, mereka akan menerima kemurkaannya. “Maafkan aku, Missy,” balas Tomas akhirnya. “Keselamatanmu adalah yang paling penting bagiku. Jika aku punya jalan lain, sudah pasti aku akan mengambilnya. Jangan khawatir, Shinichi dan keluarganya akan menjagamu baik-baik.” Nada suaranya sudah final, bahkan tatapan sendu dari Nicole tidak akan bisa mengubah keputusannya. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan gadis itu sekarang kecuali merajuk. “Tapi….Dad—” “Missy! Cukup!” bentak Tomas. “Kemasi pakaianmu! Kau berangkat malam ini juga!” “A…apa? Malam ini? Tapi aku… teman-temanku… Bagaimana dengan Jayden? Aku belum mengatakan apa-apa padanya, aku perlu berpamitan.” Tomas berdecak mendengar nama pemuda yang di pacari anaknya. Ia tidak pernah suka pada Jayden yang menurutnya terlalu mengandalkan kekayaan orang tuanya untuk mendapatkan segalanya. Hal yang sepertinya mendarah daging di keluarga pengacara Gabasa itu. “Kau bisa menghubunginya nanti ketika keadaan sudah aman. Sudah! Sekarang masuk ke kamarmu dan kemasi barangmu!” perintah Tomas. Nicole menyentakkan kakinya ke lantai sambil berdiri dari sofa. Dengan langkah gusar, gadis itu berjalan masuk ke dalam kamarnya dan mulai membereskan barang-barangnya dengan bunyi gedebak gedebuk yang menandakan kemarahannya. “Hm… Sebaiknya aku membantunya berbenah,” ujar Lucia sambil bangkit berdiri dan masuk ke kamar menyusul putrinya. Tinggal berdua dengan Shinichi, Tomas menatap lekat pemuda itu. Wajah dan pembawaan pemuda itu mengingatkannya pada mendiang ayahnya, Shinjiro. Dan walaupun Tomas tidak pernah menyukai Shinjiro, tapi ketua klan yakuza dari keluarga Goto itu adalah pria yang bisa di pegang ucapannya. Ia sekarang berharap, anaknya akan memegang teguh ajaran-ajaran keluarga Goto. “Aku ingin memberimu sesuatu, Shin,” ucap Tomas memecah kesunyian diantara keduanya. Pria bertubuh kekar itu bangkit dan berjalan menuju lemari yang ada di sisi ruangan. Tangannya meraih tiga buah pedang yang terpajang diatasnya dan membawanya kembali ke tengah ruangan. “Ini adalah milik ayahmu,” ucap Tomas meletakkan ketiga benda itu diatas meja. “Sudah sepantasnya aku mengembalikan ketiganya kepada keturunan Shinjiro.” Shinichi yang tadinya duduk menyandar, menegakkan tubuhnya melihat ketiga pedang bersarung merah itu. Ia meraih salah satu yang terpanjang, dan mengelus permukaannya yang halus. “Katana milik Otosan,” bisiknya pelan. Mata gelapnya tampak berbinar mengamati gagang pedang yang dihiasi oleh ukiran gambar kepala naga. “Terima kasih, Uncle,” jawab Shinichi. “Tapi akan susah membawa semua benda ini melewati keamanan bandara.” Tomas tergelak, “Tenang saja, kalian bisa memakai pesawat pribadi  keluarga Salazar. Tidak akan ada yang berani memeriksa.” “Oh…,” balas Shinichi sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam, canggung atas kemewahan yang diberikan oleh Tomas. Terlebih sejak kematian ibunya, Shinichi tumbuh dalam kesederhanaan. Karenanya ia sempat terkejut ketika mendapatkan berita bahwa keluarga Salazar memintanya untuk menjemput putri tunggal mereka dan membawanya ke Jepang. Benar ia dan Nicole dulunya tidak terpisahkan, tapi sejak kepindahannya ke Jepang, Shinichi bukanlah bocah yang sama dengan yang dulu. Ia tumbuh dalam didikan keras keluarga pamannya yang bukan hanya seorang yakuza di kotanya tapi juga keturunan samurai. Ajaran yang diterimanya menjadikan Shinichi pemuda yang mandiri, selain ahli dalam ilmu bela diri. Tidak kalah dari kemampuan mendiang ayahnya. Jika bukan karena hutang budinya pada keluarga Salazar yang mengirimkan biaya baginya dan keluarganya, sudah pasti ia menolak permintaan Tomas dan Lucia untuk menjadi babysitter bagi putri tunggal mereka yang manja. “Aku menyerahkan putri tunggal ku di tanganmu, Shin. Aku tahu Nicky bukan lah gadis yang mudah untuk diatur, ia adalah anak yang…uhm keras kepala… persis seperti ibunya,” imbuh Tomas. Shinichi tertawa kecil, “Bukankah sudah sejak kecil Nicky keras kepala, Uncle?” Tomas ikut tertawa mendengar celetukan pemuda itu. Bersamaan dengan munculnya Nicole dan Lucia. Bibir gadis itu terlihat makin cemberut kedepan begitu melihat ayahnya sedang beramah tamah dengan Shinichi. “Berapa lama aku harus tinggal bersamanya?” gerutu Nicole. “Aku akan mengabarimu jika keadaan sudah lebih aman, Missy. Sementara ini, menurutlah pada Shinichi.” Tomas berdiri dan memeluk putri tunggalnya erat. Diciumnya ujung kepala gadis itu yang hanya setinggi dadanya. “Aku menyayangimu,” bisiknya pelan. Perlahan Nicole mengalungkan tangannya balas memeluk tubuh ayahnya sambil membalas bisikan Tomas, “Aku menyayangimu juga, Daddy. Jaga dirimu dan Mom baik-baik.” Tomas melonggarkan pelukannya, tidak ingin meneteskan air mata di depan anak nya. Sementara Nicole berpelukan dengan ibunya, pria itu menjulurkan tangannya ke arah Shinichi. Pemuda itu berdiri dari duduknya dan membalas jabatan Tomas. Bahkan masih berusia remaja pun, Shinichi sudah setinggi Tomas. “Jaga putriku, Shin. Aku akan memburumu jika sampai sesuatu terjadi padanya,” ucap Tomas dengan suara rendah. Shinichi bisa merasakan remasan tangan Tomas yang erat. Memberi tahunya bahwa ucapannya tidaklah main-main. Berusaha tidak menampakan rasa sakit, pemuda itu membalas remasan pria itu dengan mengeratkan genggaman tangannya sendiri. “Jangan khawatir, Uncle. Aku akan menjaga Missy dengan nyawaku.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD