Bab 2

1925 Words
“Yeay!! Akhirnya pulang juga, gue capek banget baru juga hari pertama udah capek banget” ucap Gendis dengan muka melas sekaligus kelelahan “Yaelah Ndis baru juga hari pertama lo udah ngeluh aja semangat dong Ndis” ucap Andin yang menyemangati Gendis “Gimana gue gak ngeluh An, dari pagi udah di hukum di suruh nyanyi lagi, duh malu banget gue” ucap Gendis dengan nada kesal tapi juga malu “Hahahahahaha makanya jadi orang tuh jangan telat salah lo sendiri” ucap Andin yang masih tertawa dan menutup mulutnya “Bisa-bisanya lo ketawa saat gue susah gitu” sungut Gendis kesal saat melihat Andin yang masih terawa “Gimana gue gak ketawa Ndis lo juga salah tapi gue ketawa juga lihat lo nyanyi tadi di depan mahasiswa lainnya. Aduh gak kuat gue Ndis” Ucap Andin yang masih tertawa jika mengingat kejadian tadi pagi “Udahlah An, jangan ketawa mulu lo dari tadi kena. Ntar gentian lu kena baru tau rasa” ucap Gendis kesal “Iya iya Ndis gue gak ketawa lagi abis nya lo juga lucu sih” ucap Andin yang mulai surut tertawanya “Ya udah yuk pulang, pengen mandi rasanya” ujar Gendis beranjak dari duduknya Namun baru saja ia akan beranjak dari duduknya, ia di hampiri oleh beberapa laki-laki yang sepertinya teman satu kelasnya. “Gendis, boleh minta nomor lu gak?” tanya salah satu di antara mereka Andin yang melihat teman barunya di todong, hanya mendengus sebal. Dasar laki-laki buaya, gak bisa lihat cewek bening dikit – batinnya “Weh, ada apaan nih Dis? An?” tanya Bita yang datang menghampiri Gendis yang juga bingung, hanya menggendikkan bahunya tidak tahu. Sedangkan Andin menunjuk dengan dagunya ke segerombolan laki-laki yang masih menghadang Gendis. Bita yang paham segera berdiri di hadapan Gendis. Memandang sengit dan penuh intimidasi. Melirik gerak-gerik mereka “Gak usah sok caper ya, sono balik. Gendis gak mau” jawab Bita sengak “Lah ngapain lu, kita minta nomornya ke Gendis ngapain lu ikut-ikutan” sentak salah satu di antara mereka “Udah buruan bubar sana, ganggu orang mau pulang aja” ucap Andin Baru saja akan di jawab oleh salah satu laki-laki di sana, suara cukup familiar di telinga Gendis terdengar “Ngapain itu masih bergerombol di sana, pulang” ucapnya dengan suara yang menggema Mereka semua menoleh dan mendapati ketua BEM yang berbicara dengan beberapa panitia ospek lainnya. Sontak mereka segera membubarkan diri dan pergi keluar dari kelas. “Huuu dasar buaya lu semua” pekik Bita sengit “Udah lah, yuk pulang udah hampir sore nih” ujar Gendis yang berjalan mendahului Diikuti Andin juga Bita yang menyusul Gendis. Hingga saat mereka sampai di ambang pintu ternyata gerombolan Ketua BEM juga beberapa panitia masih menunggu Gendis dan teman-temannya. Gendis yang kepalang malu hanya bisa menundukkan kepalanya saat melewati Ketua BEM tersebut. Senyum miring tercetak di wajah Ketua BEM. “Tas coklat berhenti lu!” ucapnya Tidak ada tanggapan, karena tidak merasa di panggil Gendis juga yang lainnya terus berjalan tanpa menengok ke belakang. Bita yang sebenarnya paham hanya diam dan berjalan di samping Gendis “Dis, yang di maksud kayaknya elu deh” bisik Bita “Iya deh, kayaknya elu” timpal Andin “Bodo amat, biarin aja nama gue bukan ‘tas coklat’. Udah ayo jalan udah mau gelap nih” ucap Gendis yang terus berjalan tanpa menghiraukan suara panggilan di belakangnya Sedangkan si pemuda yang memanggil Gendis tersenyum miring. Baiklah lu boleh juga – batinnya masih memandang Gendis yang mulai berjalan menjauh. “Ya udah balik aja” ajaknya sambil berbalik pergi diikuti temannya yang lain -- “Lah anak Bapak udah pulang” ucap Bapak begitu melihat putrinya baru saja memasuki rumah dan duduk di sofa dekat dengannya “Iya Pak, ini juga telat pulangnya banyak gangguan” jawab Gendis dengan lesu “Lu baru pulang Dis? Sore amat lu pulangnye” ucap emak begitu Gendis baru masuk setelah melepaskan sepatu yang di gunakannya “Iya Mak, ada gangguan dikit lah tadi” jawab Gendis lagi dengan lesu “Lu kagak bikin masalah pan?” curiga Emak “Kagak Emakku sayang, Gendis mah imut dan polos gini masak buat masalah sih” jawab Gendis dengan wajah di buat-buat “Halah lagak lu, udeh sono mandi keburu magrib nih” perintah emak “Siap Bu Bos” jawab Gendis Bapak yang duduk di depan televisi hanya diam tidak berkomentar saat istri juga putrinya tengah berdialog. Karena pasti ada hal lucu di antara percakapan mereka. “Pak, mau makan sekarang apa abis magrib?” tanya emak yang terdengar sampai telinga Gendis yang baru saja masuk ke dalam kamarnya “Habis magrib aja La, barengan sama kamu sama Gendis” jawab Adi – Bapak “Ye udeh, sana pak siap-siap jamaah” ujar Emak “Iya sayang” “Cie emak di panggil sayang sama Bapak” celetuk Gendis yang baru keluar dari kamarnya dengan handuk di bahu kirinya “Halah, udeh sono mandi. Keburu magrib” sentak emak “Uluh uluh iye sayang” ucap Gendis yang langsung berlari menuju kamar mandi di belakang rumah dekat dapur “Udeh sana pak, ambil wudhu berangkat jamaah” perintah emak lagi bedanya sekarang Bapak langsung berdiri Tapi, tanpa di sangka ia berhenti di dekat Emak dan mencium pipi Emak pelan. Emak terkesip tapi Bapak sudah berlari ke kran di belakang dekat kamar mandi. “Bisa-bisanya nyuri kesempatan dalam kesempitan ya Pak” Ucap Emak dengan ekspresi tersipu malu Sedangkan Gendis yang baru akan masuk ke kamar mandi hanya memutar bola matanya malas melihat interaksi romantis kedua orangtuanya “Dih emak sok malu-malu” celetuk Gendis "Buruan mandi, malah ngledekin emak lu” teriak Emak membahana Dengan terkikik Gendis masuk kembali ke kamar mandi. Kabur dari amukan emak tercinta. -- Adzan magrib yang sudah lewat Bapak yang sudah sedari tadi berangkat masjid, sedangkan Gendis masih di kamar mandi belum keluar. Emak yang memperhatikan jam dinding melihat waktu sholat akan habis sontak Emak bertanya ke Gendis “Eh Ndis dari tadi lu mandi kok gak kelar-kelar ya dari tadi lu mandi apa nanem sayuran lu di dalem “Ucap Emak “Ya kali Mak nanem sayur di kamar mandi” ucap Gendis sambil tertawa “Lah dari tadi lu gak selesai Ndis magrib udah mau selesai cepetan mandinya” “Iya Mak ini pakai baju kok udahaan” ujar Gendis dari dalam “Iya buruan” perintah Emak Tak berapa lama kemudian, setelah Gendis selesai dengan ibadahnya dan keluar dari kamarnya. “Assalamualaikum” Ucap Bapak yang baru pulang dari masjid “Waalaikumsalam” Ucap bersamaan dengan Emak dan Gendis yang duduk di ruang tengah sambil nonton keluarga “Pak makanannya udah di siapin di meja ye” Ucap Emak begitu melirik Bapak yang melihat meja makan sekilas “Iya ntar Bapak makan, loh kok kalian gak ikut makan sekalian?” Tanya Bapak “Bapak duluan aja Gendis gak laper kok Pak” Ucap Gendis “Iya Bapak makan duluan aja Emak bentaran masih lihat sinetron ini” ucap Emak yang sedang fokus lihat tayangan di televisi “Yaudah Bapak makan duluan ya” ujar Bapak yang melepas kopyah dan berganti baju santai “Monggo Bapak” ujar Gendis dengan tertawa kecil, di jawab gelengan kepala oleh Bapak “Dasar lu Ndis, ade-ade aje” gumam Emak “Eh tadi gimana lu ospek hari pertama Ndis, cerita sama Emak sini” Tanya Emak sambil tetap fokus dengan tayangan di televisi “Ya gitu Mak gak ada yang istimewa” Jawab Gendis malas “Masa iya gak punya kenalan teman gitu di kuliahan?” heran Emak “Ya ada Mak temen baru” Jawab Gendis singkat Sebenarnya Gendis sendiri teringat kejadian saat ospek tadi pagi, padahal ia sudah berusaha melupakannya. Nasibnya saja yang sial. Sudah telat, dihukum dengan nyayi di depan semua teman barunya “Trus temen lu cewek apa cowok?” Tanya Emak yang antusias melupakan sejenak sinetron yang ditontonnya “Emak mah, kepo. Udah lah Gendis mau makan sama Bapak aja” jawab Gendis yang beranjak pergi menuju meja makan, menghindari pertanyaan Emaknya “Lah malah ngloyor aje nih anak!?” ucap Emak “Eh lu tadi telat pan?” Tanya Emak yang sudah duduk di dekat Bapak “Udah Mak, makan aja dulu” ujar Bapak melerai -- Malam semakin larut. Suasana sekitar pekat akan kegelapan, hanya beberapa hewan malam yang terlihat beraktivitas. Lampu jalanan juga terlihat seperti cahaya yang satu-satunya bersinar. Bulan juga tidak terlihat, sepertinya tertutup awan di sana. Bintang berkedip beberapa kali. Tiba-tiba angin tertiup pelan, menderakkan ranting dan dedaunan pohon mangga di depan rumahnya. Rio memandang ke depan. Mengamati pekatnya malam dan merasai dinginnya angin yang berhembus. Di temani segelas kopi s**u yang asapnya masih mengepul. Pikirannya berkelana ke beberapa hari sebelumnya. Siang itu selepas ia rapat dengan panitia pengenalan kampus, Rio tergesa kembali ke rumah saat mendengar Mamanya jatuh dari tangga depan rumahnya. Dan Kakeknya dengan panik membawanya ke Unit Gawat Darurat. Setelah sampai rumah sakit, ternyata Mamanya hanya terpelest dan luka kecil. Tidak ada luka serius. “Kakekmu hanya khawatir sama Mama” ucap Mamanya pelan, mengelus lengan Rio “Mamamu kelihatan kesakitan, yah Kakek bawa ke rumah sakit lah” ucap Kakek enteng Rio hanya diam. Tapi di dalam hatinya ia merasa lega, Mamanya tidak apa-apa Dia tidak mau jika sampai Mamanya terluka. Apalagi saat ia akan mengurus administrasi, tidak sengaja ia melihat seseorang yang sedari tadi seperti mengawasinya. Selesai dengan urusan administrasi. Rio segera pergi menemui Mama juga Kakeknya yang sudah menunggu. Sesuai dugaan Rio, orang tersebut mengikutinya. Dengan sedikit trik kecil, Rio mengelabui mereka. Mengantar Mama dan Kakeknya ke rumah, Rio segera keluar rumah kembali. Dan benar saja mereka masih mengikutinya. “Sial!! Siapa yang mengirim mereka?” gumam Rio Gesit Rio memancing mereka untuk menunjukkan seberapa banyak yang menguntit keluarganya. Meliuk-liuk di jalanan, menghindari kendaraan lain yang melintas. Menjebak beberapa diantaranya. Di lapangan dekat pinggir kota. Rio menghentikan laju motornya. Dan benar saja orang yang membuntutinya mengelilingi Rio. Rio bersiap mode siaga. Dia kira akan ada perkelahian atau paling tidak ia bisa berolahraga sedikit hari ini. Tapi, kemudian ada seseorang yang datang dengan setelan santai. Menghampiri Rio yang berdiri di tengah-tengah. “Selamat sore, Tuan Maverick, maaf ada sedikit kesalah pahaman di sini” ucapnya ramah Rio menaikkan satu alisnya. Ada yang mengetahui namanya yang lain. Setelahnya Rio memlihat orang yang berbicara tadi memberikan kode dan orang yang membuntutinya membubarkan diri dan pergi Tak lama hanya tingga Rio sendiri di sana sekejap tadi ia merasa akan sedikit berkeringat, tapi ternyata hanya gertakan selamat datang. “Aneh” ucap Rio sembari naik ke motornya dan melajukannya Derit pintu membuyarkan lamunan Rio, menoleh dan mendapati Kakeknya menghampirinya. Menyerahkan sepiring bolu coklat padanya. Rio menerimanya dengan tangan kanan “Lagi mikiran apa? Hm” Tanya Kakek yang duduk di sebelah Rio Rio menoleh dan tersenyum tipis. “Bukan apa-apa, Kek” jawab Rio pelan “Cerita sama Kakek apa yang mengganggu pikiranmu?” “Gak ada Kek, mungkin nanti” jawab Rio ambigu “Ya sudah lah, Kakek masuk dulu ya. Kamu juga segera masuk. Angin malam kurang baik untuk kesehatan” Rio mengangguk patuh, “Iya Kek” Menepuk pelan bahu Rio, kemudian Kakek berlalu masuk ke dalam rumah. Sepeninggal Kakeknya Rio, melihat bolu yang dibawakan Kakeknya. Mengambil sepotong dan menggigitnya pelan. Rasa manis merasuk ke lidahnya “Enak nih” gumam Rio hingga ia menghabiskan sepiring bolu Di ambang pintu Kakeknya tersenyum tipis. Mengangguk beberapa kali kemudian berbalik pergi masuk ke kamarnya. -- Di ranjangnya Rio kembali memikirkan kembali kejadian aneh sore itu. Bahkan ia tidak begitu mengenali wajah-wajah orang berbaju hitam-hitam tersebut. Yang ia ingat hanya yang memanggilnya dengan ‘Maverick’ “Si*lan!!” “Siapa mereka? Apa harus ku tanyakan ke kakek?” gumamnya Menghela napas pelan Rio mencoba memejamkan kelopak matanya. Tapi, ingatannya membawanya ke kejadian pagi. Gadis yang telat Seketika senyum terbit di wajahnya, gadis yang lucu bahkan suaranya terdengar merdu “Oh namanya siapa ya?” gumamnya mencoba mengingat Seketika kelopak matanya yang sudah akan memasuki mimpi terbuka. “Hah!? Siapa sih? Mana gue gak merhatiin lagi dia kelompok apa?” Menendang selimut yang dipakainnya dengan kasar. Kenapa semua penuh teka-teki seperti ini. Kembali Rio menghela napasnya pelan. Dia paling malas jika harus berpikir terlalu dalam. Menguras pikirannya. . . . Holaaa Balik lagi dengan cerita baruuu Stay tune gengs :D
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD