Hari yang Panas di Musim Dingin

1200 Words
Viona berlari sambil memegang bibirnya. Masih terasa tekstur leher Xia Kang dan harum tubuhnya masih seolah mengikutinya. Melekat di indra penciumannya. Wajahnya memerah, bahkan tomat kalah merahnya. Viona terus berlari ke arah paviliunnya. Hingga dia sampai di taman paviliunnya dan melihat Jingmi yang berlari ke arahnya. “Ibunda!” seru Jingmi sambil tersenyum cerah menyambut Viona. Viona menjadi salah tingkah. Bagaimana dia harus menghadapi Jingmi saat dia seperti ini? “Ibunda kenapa? Ibunda sakit? Kenapa wajah Ibunda memerah?” “Hmm. Ibunda merasa pusing. Ibunda sedang ingin beristirahat. Bisakah Jingmi mengatakan pada semua orang agar tidak mengganggu Ibunda yang ingin beristirahat sendiri?” “Ah ... apa Ibunda butuh obat? Jingmi akan mencarinya jika Ibunda membutuhkannya!” “Tidak, Jingmi. Ibunda hanya butuh istirahat.” “Baiklah, jika begitu, Jingmi akan melaksanakan tugas dari Ibunda. Jingmi akan mengatakan kepada semua orang untuk tidak mengganggu Ibunda!” seru Jingmi dengan bersemangat. Wajahnya seolah baru saja diberi tugas yang sangat penting dan matanya berbinar dengan kepolosan. Viona tersenyum. Untung saja Jingmi anak yang penurut. “Bagus. Ibunda percaya pada Jingmi. Kalau begitu, Ibunda ke kamar terlebih dahulu.” Setelah mengusap kepala Jingmi, Viona berjalan cepat ke arah kamarnya. Jantungnya masih berdetak cepat tak karuan. ‘Bodoh! Bagaimana bisa aku jatuh dengan posisi itu? Benar-benar!’ Viona menghardik dirinya sendiri. Dia tak percaya dia melakukan pelecehan seksual pada Xia Kang! *** Xia Kang masih membeku di tempatnya dengan napas menderu. Kedua tangannya memegang lehernya tepat di tempat bibir istrinya mendarat tadi. Dia masih belum dapat melupakan sensasinya. Dia berusaha menenangkan detak jantungnya yang kencang dan pikirannya yang sedang dipenuhi hal-hal yang tidak pantas. “Haahhhh ....” Dia menghela napas dan menutup matanya dengan telapak tangannya. Kemudian jatuh terduduk dan bersandar lemas di lemari belakangnya. “Apa yang harus kulakukan padamu, Liu Bai?” bisiknya pada keheningan. Zhang Yi sudah pergi entah kemana. Mungkin dia benar-benar tidak tahan melihat kisah cinta orang lain. Tiba-tiba suara langkah kaki terdengar dan Jingmi memasuki ruangan. Hal pertama yang dilihat Jingmi adalah ayahandanya yang terduduk di lantai dengan wajah memerah dan napas yang tak teratur. Selain itu, ayahandanya terlihat lemas. “Ya ampun, Ayahanda! Ayahanda kenapa? Apa Ayahanda sakit juga seperti Ibunda? Mengapa semua orang jadi sakit bersamaan seperti ini?” Mendengar itu Xia Kang terkejut, “Ibundamu sakit?” “Benar. Baru saja Jingmi berpapasan dengan Ibunda dan Ibunda mengatakan bahwa dia sedang sakit dan ingin beristirahat. Ibunda juga menyuruh Jingmi untuk mengatakan bahwa Ibunda tidak ingin diganggu dan ingin sendirian. Ya ampun! Bagaimana ini jika semua orang sakit? Apakah ini wabah? Jingmi juga melihat Kak Bao dengan wajah memerah!” Mendengar itu, Xia Kang menjadi salah tingkah. Sudah jelas mereka semua bukan sakit. Akar masalahnya sama sekali bukan penyakit. “Ahem ... Jingmi ... ayahanda tidak sedang sakit kok. Kak Bao juga tidak sedang sakit. Hanya ibunda yang sedang sakit. Jadi Jingmi tidak perlu khawatir ya.” “Tetapi, mengapa Ayahanda dan Kak Bao juga memiliki gejala yang sama? Sama-sama berwajah merah!” Bao memandang Xia Kang dengan tidak percaya. “Jadi, masalahnya, Ayahanda dan Kak Bao sedang salah minum! Tadi salah satu pelayan membuat minuman yang membuat tubuh menjadi panas hingga wajah memerah! Ayahanda. Ibunda dan Kak Bao sama-sama meminumnya! Mungkin minuman itu yang membuat Ibunda sakit! Tetapi Ayahanda dan Kak Bao tidak sakit karena kami mungkin lebih tahan terhadap minuman itu!” Well, good job Xia Kang untuk upaya mengarang cerita. “Ah ... jadi begitu rupanya! Syukurlah jika memang bukan wabah penyakit! Jingmi menjadi lebih tenang.” ucap Jingmi dengan tersenyum. ‘Fyuuh’ Dalam hati Xia Kang bersyukur Jingmi mempercayai cerita karangannya. Dia tidak menyangka menjadi orangtua butuh untuk berbohong seperti ini. “Bagaimana kalau kita ke taman? Kita bisa meminum teh di gazebo taman, Nak!” Tak ingin pikirannya dipenuhi hal aneh, Xia Kang mengajak Jingmi ke tempat dimana dia bisa mengalihkan pikirannya. “Baik, Ayahanda! Kemarin, Nenek Besar membawakan anyaman cantik untuk Jingmi. Ayo Jingmi tunjukkan!” Jingmi dengan antusias menarik lengan ayahandanya untuk menunjukkan anyaman berbentuk bunga teratai yang diberikan oleh Ibu Suri. *** Di tempat lain, Bao yang melarikan diri dari tempat kejadian perkara memalukan itu tidak sadar dia tetap menyeret Bi Kwang dengan tangannya. Dia terus mengoceh dengan wajah memerah seperti kepiting rebus, “Apa kau lihat tadi? Posisinya benar-benar! Aku sama sekali tidak menyangka bahwa Yang Mulia Putri Ketiga merupakan pihak yang agresif. Sungguh ... aku juga sama sekali tidak mengira Yang Mulia Pangeran Ketiga menjadi pihak yang menerima. Kau dengar tadi bukan? Teriakan Yang Mulia Pangeran! Entah apa yang dilakukan Yang Mulia Putri hingga Yang Mulia Pangeran berteriak seperti itu. Aku pernah dengar, ada lelaki yang memang suka disiksa. Apa Yang Mulia Pangeran Ketiga orang yang seperti itu. Wah ... aku benar-benar shock!!” Bao menghentikan langkahnya setelah mereka sampai di taman belakang. Dia kemudian menoleh ke arah Bi Kwang yang sejak tadi hanya terdiam. “Hei! Kenapa kau diam saja daritadi? Bi Kwang! Kau—“ ucapannya terhenti saat dia menoleh dan melihat Bi Kwang memerah sambil menatap tangannya yang digenggam erat. Bao yang menyadari itu melepaskan tangannya dengan cepat dan mengambil langkah menjauh. "Jangan berpikir macam-macam. Ada apa dengan wajahmu yang memerah itu?” Mendengar itu Bi Kwang tak terima, “Kau mengatakan itu padahal kau sendiri berwajah memerah!” “Tapi aku memerah karena adegan tadi!” “Kau kira aku karena apa? Aku sama sekali tidak menyangka akan menjadi saksi adegan panas majikanku sendiri! Dan ... aku juga tidak pernah berpikir bahwa Yang Mulia Putri yang memegang kendali di hubungan mereka. Oh Yang Mulia Pangeran! Ternyata kau seperti ini ....” Tepat saat itu, sebuah suara terdengar, “Apa maksudmu, Bi Kwang? Ternyata aku seperti apa? Hm?” Ya, Xia Kang yang baru saja sampai di taman belakang mendengar suara Bi Kwang yang menyebut-nyebut dirinya. Dia merasa firasat tidak enak terhadap apa yang sebenarnya dimaksud oleh Bi Kwang. Bi Kwang terjebak! Kenapa pangeran ketiga harus ada di sini saat dia mengatakan hal itu? Keringat dingin mengalir di punggungnya. “Ah! Itu ... Yang Mulia ....” Xia Kang mengangkat salah satu alisnya seolah menantang Bi Kwang untuk mengatakan pikirannya. Jingmi yang ada di gendongannya memandang bingung orang dewasa di sekitarnya. “Yang Mulia ... ternyata, Yang Mulia suka di bawah?” tanya Bi Kwang. Dia merasa sangat bodoh untuk bertanya seperti itu. Apa dia sedang mencari mati? Tetapi dia benar-benar penasaran! Majikan yang selama ini dikenalnya memiliki preferensi seperti itu? “Huh? Apa maksudnya di bawah, Ayahanda? Maksudnya Ayahanda suka duduk di bawah seperti di ruang baca tadi? Jika seperti itu, maka iya! Ayahanda suka kan di bawah?” Jingmi bertanya dengan kepolosan tingkat tinggi yang membuat wajah Xia Kang menjadi merah. Kali ini bukan karena malu, tetapi karena marah. “Bi Kwang!!!” Suara Xia Kang benar-benar menyeramkan kali ini. “Ampun, Yang Mulia!!” Bi Kwang dengan buru-buru menghilang dari sana. Dia sama sekali tidak ingin mati! Meninggalkan Bao yang menjadi salah tingkah dan ketakutan, Jingmi yang kebingungan dan Xia Kang yang berusaha menahan amarahnya. Zhang Yi yang bersantai di salah satu pohon di taman belakang lagi-lagi menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah semua orang. “Semakin lama orang-orang di rumah ini semakin lucu.” Senyum terbingkai di wajahnya yang tampan. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD