2

1572 Words
Fatimah sudah sampai didepan perusahaan Karisma Corp. Ia tersenyum tidak menyangka. Ia bahkan lupa akan perusahaan ini. “Bismillah semoga ada.” Ia melangkahkan kakinya menuju pintu masuk. Disana ada seorang satpam. Fatimah menghampirinya. “Permisi pak.” “Ya mbak ada yang bisa saya bantu?” “Em.. pak saya mau tanya deh, ada lowongan pekerjaan gak ya?” “Lowongan?”satpam itu tampak berpikir, kemudian mengangguk. “Kebetuan banget mbaknya datang. Ayo ikut saya.” Fatimah mengangguk, jantung nya berdebar tidak karuan saat kakinya pertama kali melangkah kedalam perusahaan ternama. “Ma syaa Allah…”gumamnya. Matanya menjelajah bebas pada lobby yang menampilkan kesan mewah. Para karyaman berjalan dengan tergeda-gesa disertakan dokumen ditangan mereka. “Ayu, ada yang mau melamar kerja.” Wanita yang dipanggil satpam dengan nama Ayu itu mendongak dan tersenyum, “Wah kebetulan sekali. Makasih mas Sapto.” Satpam itu undur diri. Fatimah menyapa Ayu dengan ramah. “Mbaknya tepat banget datang nya. Bos saya dari kemarin marah-marah karna kelimpungan.” “Kenapa?” “Kami sedang membuka lowongan pekerjaan disini, sebagai sekretaris dari bos kami.” “Bisa? Tapi saya hanya tamatan SMA.” “Itu udah mbak, nanti mbak bakalan lngsung berhadapan dengan boss saya. Gak ke HRD lagi. Soalnya kalau masalah sekretaris, boss saya gak mau di cariin HRD.” Fatimah hanya mengangguk, kemudian Ayu menyerahkan sebuah formulir data diri untuk Fatimah isi. “Mbak nya isi ini ya. Sertakan nomor ponsel yang aktif. Nanti agar mudah kami menghubungi nya.” “Iya mbak.” Fatimah mengisi formulir itu dengan seksama. Dalam hatinya, ia berharap dapat ditermia disini. Dan bisa membawa ibu berobat kerumah sakit. “Ini mbak sudah.”Fatimah menyerahkan formulir itu. “Makasih mbak, nanti saya akan hubungi jika akan melakukan interview. Semoga berhasil mbak.” “Terimakasih. Permisi.” Fatimah menyukai sosok Ayu. Ramah, baik bahkan mereka baru bertemu tetapi sudah seperti teman lama, wanita itu bahkan curhat tentang boss nya. Fatimah terkekeh kemudian menggelengkan kepala. Ia pamit untuk pulang kerumah sembari menunggu ia diterima.   ⚫⚫⚫ Rumah terlihat sepi, sepertinya ibunya tengah tidur siang. Fatimah membuka pintu dengan kunci cadangan yang ia bawa. “Assalamualaikum.”ucap Fatimah dengan kecil. Ia berjalan menuju kamar ibunya dan membuka pintu. Dilihat ibunya tengah tertidur membelakangi pintu. Fatimah tersenyum kemudian menutup kembali pintu nya. Ia memasuki kamarnya, mengganti pakaian dan membersihkan diri. Walau masih siang, ia dari luar rumah cuaca yang panas membuatnya untuk membersihkan diri. ⚫⚫⚫ Pagi ini Fatimah telah barkutat didapur, memasak sarapan pagi mereka sebelum membersihkan rumah. Fatimah mengiris bawang merah dan putih kemudian ia memasukan dalam kuali untuk ditumis. “Kamu masak apa?” “Eh ibu,kaget. Fatimah masak nasi goreng aja ya. bahan makanan yang lain belum di beli.” Fatma mengangguk, “Iya gak apa. Apapun makanan nya gak masalah asal perut terisi.” Fatimah mengangguk, membenarkan ucapan Fatma. Wanita paruh baya itu membuat Fatimah harus lebih giat lagi dalam bekerja. “Makanan siap.” Fatimah membawa nasi goreng it uke atas meja makan, kemudian membagi untuk dirinya dan Fatma. “Ibu makan sampai habis, terus minum obat. Sebentar Fatimah ambil dulu.” Fatimah langsung kekamar Fatma untuk mengambil obat kemudian kembali ke meja makan. “Makan dulu bu.” Keduanya makan dengan tenang sebelum dering ponsel Fatimah membuat keduanya mengalihkan perhatian. “Siapa?” “Enggak tahu bu. Nomornya gak aku kenal.” “Angkat saja.” Fatimah mengangguk, “Halo?” “Selamat pagi, dengan ibu Fatimah Zahrah?” “Iya saya sendiri?” “Begini, saya dari perusahaan Karisma Corp, ingin ibu datang ke kantor kami pukul 10 pagi. Bisa bu?” “Saya diterima pak?” “Kami akan melakukan interview dulu.” Fatimah mengangguk. “Baik, terimakasih banyak, saya akan kesana.” Panggilan terputus, Fatimah tersenyum sangat lebar. “Ada apa?”tanya Fatma. “Bu, kemarin Fatimah sempat kerja di restoran, tapi hanya beberapa jam.” “Kok bisa?” Fatimah mengheikan bahunya, “Enggak tahu, tapi katanya, karna lagi ramai jadi butuh tenaga kerja untuk cuci piring.” “Kamu terima?” Fatimah mengangguk, “Lalu?” “Ya setelahnya Fatimah gak di butuhkan lagi.” Fatma hanya menghela nafas, “lalu yang tadi?” “Kemarin Fatimah sempat kewarung kecil untuk beli minum, terus Fatimah tanya biasanya dimana orang bida dapat lowongan kerja.” Fata terus mendengar ucapan Fatimah dengan seksama, “Ibunya bilang biasanya perusahaan butuh tenaga kerja. Jadi Fatimah inget perusahaan yang Fatimah pingin kerja disana.” “Dan kamu sudah melamarkerja disana. Berarti yang menelfon tadi orang perusahaan?” Fatimah mengangguk, “Iya. Jam 10, Fatimah harus kesana.” “Semoga masuk kesana ya nak, Ibu jujur gak mau kamu kesulitan.” “Aamiin bu. Ya sudah habiskan sarapan setelahnya Fatimah mau beres rumah sebelum kesana.”   ⚫⚫⚫   Pukul sembilan lewat empat puluh lima menit, Fatimah sampai didepan perusahaan Karisma Corp. Jantungnya berbedar tak karuan. “Bismillah.” Kakinya melangkah perlahan, disana ada satpam yang kemarin. Ia menyapanya kemudian berjalan kearah resepsionis. “Permisi.” “Ya.” Ayu mendongak, “Eh, mbak Fatimah. Tunggu sebentar ya, atasan saya masih diruang rapat.” Fatimah mengangguk, “Iya gak apa.” “Eh mbak, temani saya disini aja ya. saya bosan.” Fatimah terkekeh, “Entar kena marah atasan kamu bagaimana?” Ayu tampak berpikir, “Kayaknya enggak deh.” “Yakin?” “Iya, lagian kan atasan saya…” “Sedang apa kalian?” Keduanya terlonjak kaget, kemudian langsung menoleh. “Ba…bapak.” Ayu tampak gugup, “Eh ya, ini yang melamar pekerjaan kemarin pak.” Fatimah memperhatikan laki-laki itu. Wajah yang tampan, butuh tegap, bahu lebar bahkan bisa dikatakan sandarable. Tapi, matanya ketika bertemu dengan mata Fatimah. Tampak tegas dan tajam. Mungkin jika tidak mengingat dia adalah atasan di perusahaan ini, mungkin Fatimah akan menjerit tertahan. Fatimah menggelengkan kepalanya dengan kuat sesekali memukulnya. Menghempaskan pemikiran aneh yang berkeliaran di otak nya. Ayu dan sang atasan tampak menatap Fatimah dengan bingung, laki-laki itu menatap Ayu dengan tanda tanya yang dibalas gelengan kepala. “Kamu.. sehat kan?” Fatimah tersentak kaget, kemudian menatap laki-laki itu. “Sehat, sangat sehat.”jawab Fatimah dengan cepat. “Ikut saya keruangan.” Setelah mengatakan itu, laki-laki itu berjalan meninggalkana mereka dengan langkah lebar menuju lift yang bisa Fatimah duga adalah petinggi perusahaan. “Mbak nya langsung naik lift yang disana.”Ayu menunjuk lift yang tengah digunakan karyawan. “Ruangan nya ada dilantai paling tinggi. 40.” Fatimah membelalak kaget. “Oh, iya. Terimakasih.” “Ingat mbak, jangan aneh-aneh lagi kayak tadi.” Fatimah mengangguk, “Terima kasih.” Setelah nya, Fatimah langsung berjalan kearah lift yang akan membawa nya ke lantai paling atas. Bahkan ia tidak pernah menduga, perusahaan ini jika dilihat dari luar mungkin memiliki lantai hanya 30. Tetapi ia baru tahu sekarang.   ⚫⚫⚫   “Masuk.” Fatimah membuka pintu dengan lebar kemudian kembali menutup nya. Ia berjalan mendekat pada laki-laki itu yang tengah sibuk pada sebuah dokumen yang ia yain adalah dati dririnya. “Duduk.” Fatimah kembali mengangguk kemudian duduk didepan laki-laki itu. Suasana hening, keduanya saling diam tanpa sepatah kata. Hanya detik jam yang berbunyi. “Fatimah Zahrah.” “Saya pak.” Laki-laki itu mengangguk, “Tamatan SMA?” Fatimah mengangguk, “Iya pak.” “Sejujurnya, disini sebagai sekretaris harus tamatan S1…” Wajah Fatimah langsung murung saat mendengar ucapan itu. “Tapi saya membuat sebuah kesepakatan.” Kepala Fatimah langsung tegak menatap laki-laki itu, “Kesepakatan maksudnya?” “Saya akan menguji coba kinerja kamu bekerja. Itu berlaku setiap yang akan melamar pekerjaan sebagai sekretaris saya.” Fatimah menatap laki-laki itu dengan bingung. “Kamu akan saya pekerjakan dulu untuk menguji seberapa bagsunya pekerjaan kamu, tidak lama. Hanya satu hari.” Fatimah mengangguk, “Kamu bisa langsung bekerja sekarang.” “Baik pak.” “Saya belum memperkenalkan diri. Saya Karisma.” Fatimah suda menduga. “Saya…” “Fatimah. Ya, kamu bisa langsung ke meja mu. Diluar sana.” “Baik pak, saya permisi.” Fatimah keluar dari ruangan Karisma, setelah nya, Fatimah langsung mendial nomor seseorang melalui telefon kantor. “Ke atas sekarang dan bantu sekretaris saya yang baru.”   ⚫⚫⚫   "Yaampun, ini apa? bagaimana cara menggunakannya sih."gerutu Fatimah. “Selamat pagi.” Fatmah terlonjak kaget. “Eh..” “Ah, maaf mbak saya mengagetkan.” Fatimah menggeleng, “Tidak, aku saja yang tadi tengah melamun.” Wanita itu tersenyum, “Saya akan membantu mbak nya, apa saja yang akan dilakukan jika menjadi sekretaris perusahaan.” Fatimah menatap wanita itu dengan tada tanya, “Maaf?” “Eh, iya nama saya Rahayu. Saya tadi dipanggil pak Karisma untuk membantu mbak nya.” “Tapi, katanya saya diberikan waktu satu hari untuk dinilai kinerja saya.” “Saya tidak tahu soal itu, tapi langsung saja saya bantu ya.” Fatimah akhirnya pasrah dan mengangguk, wanita bernama Rahayu ini sangat lembut. Dalam tutur katanya terluhat sekali. “Mbak, kita mulai dengan… jadwal pak Karisma.” “Jadwal bagaimana maksudmu?” “Jadwal kerja, temu, rapat dan lain-lain.” “Apa yang harus aku lakukan lebih dulu?” Rahayu mengajarkan semua yang ia tahu pada Fatimah. Rahayu adalah mantan sekretaris Karisma, yang bisa dibilang hanya dua bulan. Setelahnya, ia meminta Karisma untuk memindahkan jabatan pada bagian karyawan saja. “Mengerti?” Fatimah masih tampak bingung, “Saya akan ajarkan sedikit demi sedikit dulu.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD