bc

FATIMAH [Bahasa Indonesia]

book_age0+
2.9K
FOLLOW
83.5K
READ
billionaire
possessive
pregnant
arranged marriage
arrogant
CEO
sweet
like
intro-logo
Blurb

Akan aneh rasanya jika orang-orang mengetahui hal ini. Dan bahkan mungkin mereka akan menganggap ini adalah hal yang gila.

Aku bukan wanita yang daat dikatakan layak untuk menjadi pendamping, dengan segala kekurangan ku. Aku bahkan terlalu tinggi berangan.

Menyukai seorang atasan yang telah memiliki kekasih. Seperti nya aku belum menyukainya, masih dalam konteks mengagumi.

Aku mengagumi sosok yang begitu berwibawa dan terlihat sangat keren. Sosok yang membuat aku semangat, bahkan sosok yang membuat jantungku berdekat dua kali lebih cepat dari biasanya.

Dia adalah atasan ku. Karisma. Seperti namanya, laki0-laki itu begitu berkharisma dala segala hal. Aku bahkan tidak dapat berkutik ketika pertemuan awal kami terjadi.

Tapi, apakah perasaan ini akan terus bertahan setelah dia… menghancurkan segalanya. Merenggut sesuatu yang telah aku jaga selama 24 tahun.

chap-preview
Free preview
1
Fatimah POV JIka kalian membayangkan bahwa pemeran utama disini adalah seorang wanita yang kaya raya, tidak maksudku adalah berkecukupan dan tidak kesulitan dalam hal apapun. Kalian salah, aku bukan lah wanita yang ada dalam bayangan kalian. Aku hidup hanya berdua dengan ibuku yang tengah sakit diabetes. Aku yang menjaga dan merawat nya. Kami tidak tahu kemana para keluarga kami yang lainnya setelah Ayah ku meninggal dunia. Dulu sebelum ayahmu meninggal, keluarga kami sering datang berkunjung kerumah. Aku bukan asli orang Jakarta. Aku asli orang Sukabumi. Kami pindah kekontrakan kecil ini karna kami telah menjual rumah yang ayah ku bangun dengan jerih payahnya untuk melanjutkan kehidupan aku dan ibu ku. Sewaktu ayah ku meninggal, semuanya entah pergi kemana. Hingga ayahku dimakam kan, mereka tidak datang sama sekali. Padahal bisa dikatakan dulu, ayahku lah yang membantu mereka jika kesusahan. Tapi kini, aku tahu. Mereka hanya datang jika ayahku masih hidup dan memeiliki uang yang banyak. Bahkan dulu hidup ku tidak seperti ini. Dapat dikatakan aku adalah seorang princess yang hidup dengan nyaman. Pagi ini aku tengah bersiap dengan pakaian untuk melamar pekerjaan. Sudah dua hari aku mencoba mencari pekerjaan tetapi tidak ada yang menerimaku. Aku terus berusaha, demi pengobatan ibuku. Dia mengalami diabetes yang memang harus segera di obati. Aku tidak punya uang lagi. Maka dari itu aku yang harus bekerja. Aku telah siap. Kemudian berjalan menuju meja makan, disana ibuku tengah duduk menungguku dengan senyuman indah nya. “Sudah siap? Makan dulu.” Aku mengangguk. Oh ya, aku belum memperkenalkan diri. Aku Fatimah Zahrah, umurku 24 tahun. Ayahku meninggal disaat aku berumur 18 tahun. Dan kini, aku bersama ibuku tinggal di Jakarta. Rumah kontrakan kecil yang memang sanggup kami bayar. “Ibu kenapa tidak makan?” “Ibu sudah makan.” “Yakin? Fatimah gak mau ibu sakit.” Fatma mengangguk, “Ibu sudah makan.” “Obat?” Fatma kembali mengangguk, “Sudah juga. Sudah lanjutkan dulu makan mu.” Fatimah pun akhirnya hanya mengangguk pasrah kemudian melanjutkan makannya. “Kamu mau ngelamar pekerjaan dimana?” Fatimah menghedikkan bahunya, “Enggak tahu bu. Apa aja yang ada. Sekalipun jadi tukang cuci piring.” “Nak, sungguh ibu tidak apa-apa.” “Ibu, tolong jangan seperti ini. Ibu selalu mengatakan bahwa sakit. Fatimah lakukan ini ikhlas bu.” “Tapi ibu gak tega sama kamu.” “Bu.”Fatimah beranjak kemudian memeluk Fatma dari samping. “Apapun akan Fatimah lakukan. Ini tanda terima kasih Fatimah karna ibu menjaga dan merawat Fatimah hingga saat ini.” Fatma melepaskan pelukannya kemudian menangkup pipi Fatimah. “Hatimu sungguh mulia sayang. Ibu bersyukur memiliki mu.” Mata Fatma berkaca-kaca. Fatimah menggeleng. “Jangan menangis bu. Nanti Fatimah juga ikutan.” Fatma terkekeh kemudian mengusap sudut matanya dan tersenyum. “Sudah habiskan makanmu lalu carilah pekerjaan. Ibu tidak akan melarangmu lagi.”   ⚫⚫⚫ Fatimah telah berhenti di simpang dekat sebuah restoran. Disana ramai pengunjung. Ia mengucapkan Basmallah kemudian melangkah masuk. Berjalan mendekati meja pesanan. “Permisi.” “Oh, ya. ada yang bisa saya bantu?” “Em, begini saya mau tanya. Ada lowongan pekerjaan gak ya? Apapun itu saya bisa.” Karyawan itu melirik teman disamping nya dengan tanda bertanya. “Coba saya tanya atasan saya dulu ya.” Fatimah mengangguk, ia menunggu karyawan itu. tidak lama karyawan itu kembali. “Mbak bisa apapun? Kata atasan saya dia butuh tenaga kerja untuk mencuci piring. Soalnya lagi ramai sekali.” Fatimah dengan cepat mengangguk. “Bisa bisa. Saya bisa.” “Bagus, kalau begitu mari ikut saya kebelakang.” Mereka berjalan kearah dapur. Fatimah tercengang saat melihat tumpukan piring yang lumayan banyak dengan seorang wanita yang tenagh mencuci piring. “Bang, nih yang mau ngelamar kerja.” Fatimah langsung mengalihkan perhatian nya pada sosok laki-laki disampingnya. Fatimah tersenyum yang dibalas oleh atasan dari karyawan tadi. “Bisa cuci piring, mbak nya?” Fatimah mengangguk, “Bisa.” “Langsung aja ya. soal nya pelanggan lagi banyak banget hari ini.” “Eh, lansgung. Baik em…” “Panggil Bayu aja. Jangan terlalu formal.” Fatimah mengangguk, “Saya Fatimah.” “Baik, kamu boleh langsung aja ya. saya mau keruangan dulu. Banyak yang harus dikerjakan.” Fatimah hanya mengangguk, “Melaty, ini teman baru kamu. Jadi pekerjaan kamu gak terlalu berat.” Wanita yang tenagh mencuci piring itu langsung menolah dan tersenyum pada Fatimah. “Saya tinggal dulu.” Fatimah mendekati wanita yang bernama Melaty itu. “Saya Fatimah mbak.” “Jangan formal banget. Kayaknya kita masih seumuran deh.” Fatimah tersenyum maklum, “Aku boleh bantu kan?” “Boleh banget. Aku dari tadi nyuci gak kelar-kelar ada aja piring yang datang. Tangan aku sampai keriput gini.” “Ya sudah, biar aku aja yang lanjut, kamu istirahat aja.” “Gak apa nih?” “Iya gak apa. tangan kamu sampai pucat itu.” “Iya, capek juga. Ya sudah aku duduk disini dulu.” Fatimah hanya mengangguk kemudian menggulung pakainnya hingga ke siku. Kemudian memulai mencuci piring dengan hati-hati. “Kamu dari mana?”tanya Melaty. “Aku dari rumah.” “Ck bukan itu.” Fatimah terkekeh, “Aku sebenarnya asli Sukabumi. Tapi pindah rumah ke Jakarta.” Melaty mengangguk. “Umur berapa?” “Aku?. Baru 24 tahun.” “Aku 25. Wah aku gak nyangka. Kupikir seumuran. Walau Cuma beda setahun.” “Jadi aku pangggil mbak atau kaka?” “Aissh, jangan. Panggil Melaty aja. Kayak jauh aja umur nya.” Fatimah terkekeh. “Kamu asli mana?” “Aku asli Makassar.” “Loh kok bisa nyasar kesini?” “Aku merantau. Mau usaha sendiri cari pekerjaan.” “Emangnya dikota asalmu kenapa?” “Enggak apa-apa sih. Hanya selalu dibandingkan dengan abang ku. Jadi aku malas. Aku merantau deh.” Fatimah hanya terkekeh, tak mau membahas lebih jauh tentang privasi Melaty. Wanita itu adalah sosok yang friendly. Fatimah senang berada disamping wanita itu. “Eh, aku bantu deh. Takut pak bos marah besar.” “Emang gitu?” “Enggak sih. Dia sosok yang santai aja. Cuma ya aku sebagai bawahan masa ia enak-enakan nyantai.” “Ya sudah, ayo bantu aku.” “Nanti waktu istirahat aku minta nomor mu ya. Mana tahu bisa bisa saling chattingan.” Fatimah mengangguk. “Siap.”   ⚫⚫⚫   Istirahat direstoran telah berakhir. Fatimah di panggil keruangan Bayu entah ada hal apa yang ingin dibicarakan. TOK TOK Fatimah membuka pintu setelah terdengar sahutan yang menyuruhnya untuk masuk. “Duduk Fat.” Fatimah mengikkuti intruksi itu dan duduk di hadapan Bayu. “Ada apa Bay?” “Kamu mau bekerja disini berapa lama?” Fatimah mengerutkn dahinya bingung. “Maksudnya bagaimana ya?” Bayu menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal. “Em.. begini. Maaf sebelum nya. Tapi tadi karna mendesak aku menerima lowongan pekerjan.” Fatimah terdiam, mencerna maksud dari perkataan Bayu. “Maksud kamu, aku bekerja hanya sehari?” “Maaf.” Fatimah tidak dapat berkata apapun. Ia akhirnya mengangguk. “Tidak apa. Aku bisa pulang sekarang.” “Maaf Fat. Sungguh aku tidak bermaksud..” “Tidak apa. santai saja.” Bayu membuka laci meja nya kemudian menyodorkan amplop coklat pada Fatimah. “Apa ini?” “Ini gaji kamu yang tadi.” Fatimah menghela nafas. “Terimakasih.”Kemudian mengambil amplop itu. “Maafkan aku sekali lagi.” “Ya tidak apa.” “Oh ya, bisa tinggalkan nomor ponsel mu? Mana tahu aku ada lowongan pekerjaan.” Fatimah hanya mengangguk kemudian memberikan nomornya dengan menuliskan di atas kertas yang diberikan Bayu. “Maaf dan terimakasih Fat.” “Aku yang harusnya berterimakasih. Aku permisi.” “Ya. Terimakasih.” Setelahnya Fatimah benar-benar meninggalkan runagan Bayu. Wanita itu menghela nafas kasar kemudian mendongak. Wanita itu berpikir bahwa ia sudah mendapatkan pekerjaan. Ternyata semua harapan nya sia-sia. Fatimah tersenyum kemudian memasukan amplop itu kedalam sakunya. “Eh mau kemana?” “Aku mau pulang.” “Loh kok cepat banget. Kamu sakit?” Fatimah menggeleng, “Enggak. Aku duluan ya.” Fatimah meninggalkan mereka yang masih ingin bertanya lanjut. Wanita itu berjalan tergesa-gesa dengan menunduk. “Ada apaan ya?” “Entah, gue juga gak tahu.”   ⚫⚫⚫   Setelah meninggalkan restoran tersebut. Fatimah mencari kembali lowongan pekerjaan. Cuaca yang terik membuat dahi Fatimah bercucuran dengan keringat. Asap kendaraan membuatnya merasa pusing. Ia menghampiri tempat toko kecil dipinggir jalan kemudian membeli air minum. “Bu, mau tanya. Biasanya tempat yang banyak membuka lowongan pekerjaan dimana ya bu?” “Kurang tahu juga neng, tapi mungkin biasanya tempat perusahaan gitu.” “Perusahaan?.”gumam Fatmah. Kemudian ia langsung teringat dengan sebuah perusahaan yang ia impikan dapat bekerja disana. “Terima kasih bu. Ini uang nya.” “Sama-sama neng.” Fatimah berjalan dengan cepat kearah halte  dengan senyum lebarnya. Tak lama bus datang membawanya kearah tujuan dimana ia akan bekerja. Karisma Corp.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

A Piece of Pain || Indonesia

read
87.5K
bc

Switch Love

read
112.5K
bc

Skylove (Indonesia)

read
109.4K
bc

Pengantin Pengganti

read
1.4M
bc

The Perfect You (Indonesia)

read
290.2K
bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.2K
bc

A Million Pieces || Indonesia

read
82.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook