PROLOGUE

413 Words
Rasanya ribuan paku menusuk pelipis Wanda. Gadis itu meringis. Kepalanya terasa sangat berat. Seolah-olah tiap helai rambutnya melekat kuat pada bantal empuk yang menyangga kepalanya. Wanda mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih terasa sepat. Pandangan matanya agak kabur. Bumi rasanya berputar-putar tak tentu arah. Peningnya semakin melanda. "Uuuhh," keluhnya. Gadis itu mencoba menghapuskan rasa pusingnya. Ia mencoba mengingat-ingat penyebab dirinya menjadi seperti ini. Wanda mengangkat tangan kanannya. Mendaratkannya ke kening dan mulai memijit-mijit keningnya. Namun tiba-tiba gerakannya terhenti saat ia merasakan selimut tebal yang menutupi sebagian tubuhnya bergerak. Dilanjutkan dengan sebuah benda yang menindih tubuhnya. Wanda memaksa matanya untuk terbuka. Dengan segala upaya untuk memfokuskan diri, Wanda mulai mampu menatap langit-langit kamar di depannya. Putih, cerah, dan luas. Wait a sec! Tunggu sebentar! Ini bukanlah kamarnya. Wanda baru saja tersadar bahwa ia tidak sedang tidur di kamarnya. Hidungnya mencium aroma asing. Wewangian chamomile menyeruak masuk ke indra penciumannya. Membuat Wanda menghirup oksigen dengan rakus untuk memenuhi paru-parunya. Akan tetapi, tubuh gadis itu tiba-tiba mematung tatkala merasakan sebuah gerakan benda berat yang menindih tubuhnya. Baiklah, guling atau bantal tak mungkin dapat bergerak sendiri seperti ini. Jelas-jelas ini adalah benda hidup. Dan benar saja. Tak perlu menunggu beberapa detik, Wanda merasakan pergerakan yang membungkus dirinya. Memeluk tubuhnya. Gadis itu mendengar suara gumaman. "Mmmh." Suara yang berat dan agak serak. Suara yang hanya dimiliki kaum adam. Wanda membeku karena suara itu. Matanya membulat sempurna. Terlebih lagi ketika helaian rambut berwarna pirang menyentuh wajahnya. Seseorang tengah tertidur pulas di sampingnya. Seorang laki-laki. Dengan posisi kepala orang itu tepat pada bantal yang sama. Sebuah tangan melingkupi tubuhnya dan sebuah kaki menguncinya. Orang itu memeluknya. Layaknya anak kecil yang merengkuh boneka kesayangannya. Erat. Tak hanya memeluk, orang itu menempelkan hidungnya ke sisi kanan wajah Wanda. Wanda membeku untuk beberapa detik karena ia dapat merasakan terpaan napas dari pria yang tengah memeluknya itu. Membuat gadis itu merinding. Peningnya menghilang seketika karenanya. Dan ketika Wanda menarik napas dalam-dalam, hanya untuk menekan kepanikan yang mulai membendung di kepala dan hatinya. Sebuah pergerakan tiba-tiba terjadi. Orang yang tengah memeluknya itu bangun. Deg! Kepala pria berambut pirang itu terangkat. Mata mereka bertemu. Wanda menatapnya horor. Dan mata pria itu menyiratkan rasa kantuk. Mematung sesaat. "Oh, udah bangun?" That low, deep, raspy and husky voice. Jantung rasanya hampir meledak karena detakannya yang terlalu cepat. Tubuh seketika memanas. Pipi merona. That guy was... breathtaking. "Aku masih ngantuk banget nih. Sepuluh menit lagi ya?" Dan pria itu mengeratkan pelukannya seraya menenggelamkan wajahnya pada leher Wanda. Kembali memejamkan matanya. Dayum!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD