Chapter 02 - Dalam satu atap

1008 Words
Semua orang terkejut dengan teriakan pria itu, begitu juga dengan Sri. Wanita itu mengerjapkan mata, saat sang pria muda berjalan mendekat kearah mereka, dan berhenti tepat di depan wajahnya. Dia menjadi gugup tiba - tiba, dan tidak tau harus bagaimana.   "Romeo tidak mau dijodohkan dengan wanita kampung seperti dia!" teriaknya sambil menunjuk wajah Sri. "Romeo, kamu boleh menolak semua yang Mamah katakan. Tapi, kamu angkat kaki kamu dari rumah ini, dan jangan bawa sepeserpun harta milik Mamah. Jangan harap!" Pria itu mendengus sebal, "Mah, ayolah. Lihat baik - baik wajah dekil dan kampungannya. Mamah bercanda bukan? Tidak tidak, Romeo tidak akan menikah dengan wanita kampung sepertinya," katanya. Wanita baya itu bersedekap, "Boleh saja kamu tidak menuruti ucapan dari Mamah, Mamah tidak masalah. Warisan Mamah akan jatuh kepada Sri, kalian berdua tidak akan mendapatkan sedikit pun dari harta Mamah.” Hera melongo mendengarnya, “Mah!! Kenapa jadi Hera sih ikut kena, apaan sih nggak lucu tau! Yang nikah juga Kak Rom, bukan Hera,” dengusnya. “Kalian berdua tetap tidak akan mendapat sepeser warisan dari Mamah.” Wanita itu pergi begitu saja setelah mengatakannya. Sedangkan Romeo masih tidak percaya, dia berusaha membujuk Mamahnya supaya merubah keputusannya, “Mah, Mamah!!” Hera yang ikutan kesal menghentakan kakinya. Dia lalu menatap Sri tajam dan melotot, “Ini semua gara – gara lo tau nggak!” Sri yang terkejut dengan bentakan Hera, memundurkan wajahnya dan meneguk ludahnya sendiri. Dia sangat bingung sekali, diseret disini, dan disuruh menikah, dan disalahkan. Dia padahal tidak tau apa – apa sama sekali. Sri hendak membuka bicaranya, tetapi Hera malah terlebih dahulu pergi begitu saja. Sri, yang sendirian berdiri dengan bingungnya menggaruk tengkuknya, “Ini saya disini ngapain? Kenapa jadi bubar begini ceritanya?” Pelayan datang menghampiri Sri, dan menyapanya ramah, “Nona Sri, Ibu bilang bahwa Nona akan tinggal disini. Saya sudah menyiapkan kamar untuk Nona, mari saya antar.” Sri menahan pelayan itu dan bertanya heran, “Aduh Mbak, yang mau tinggal disini juga siapa? Saya juga ndak tau lo Ibu – Ibu tadi nyeret saya kesini, terus pada berantem, dan bubar. Saya pulang aja kalau gitu.” Sri hendak keluar dari rumah tersebut, kakinya akan melangkah dua kali, namun ditahan oleh pelayan itu, “Nona, Ibu sudah memastikan bahwa Nona harus tinggal disini. Ini keputusan Ibu mutlak, dan harus dipatuhi. Mari saya antar.” Sri diseret menuju ruang kamar, dia menjadi gelagapan sendiri ditarik seperti itu dituntun menuju kamar, “Eh eh Mbak, aduh to saya tak pulang saja…” lirihnya. Tapi pelayan itu tak mengidahkan Sri, malah semakin membawanya hingga sampai disebuah kamar yang cukup luas, bahkan sangat luas. Bisa untuk tiga atau lima orang sekaligus tidur. Wanita itu takjub dan menggelengkan kepalanya. “Waduh Mbak, ini kenapa saya malah ditarik ke kamar sebesar ini. Ini kamar sapa to?” tanya Sri penasaran. Pelayan itu hanya tersenyum, “Ini kamar tamu dirumah ini, sekitar dua puluh kamar tamu yang kosong, dan Ibu memerintahkan saya untuk membawa Nona Sri ke kamar yang paling layak diantara satu sama lain.” “Dua puluh? Sebesar ini semua to?” Pelayan itu mengangguk, “Kurang lebih seperti itu. Mari masuk kedalam.” Sri masuk bersama dengan pelayan itu, dia sungguh takjub saat pelayan itu membuka lemari besar yang sudah berisi pakaian yang sangat cantik sekali. “Subhanallah, Mbak, apik tenan lo iki lemarinya ajaib!” seru Sri noraknya. “Kamar ini disediakan dengan sebuah sensor, jadi sebelum mempersiapkan semuanya, kami men-setting dengan sensor tubuh Nonaa. Kalau begitu saya permisi keluar, jika ada yang dibutuhkan bisa menemui saya atau pelayan lainnya.” Pelayan itu keluar dari kamar Sri. Sri masih terperangah dengan kamar yang diberikan untuknya. Dia tak sengaja menduduki kasur, dan dia terkejut, “Ya Allah, kaget aku! Empuk banget kasurnya!” Sri memegang dadanya dan kemudian dia menepuk dahinya, “Ya Allah Sri, norak banget kamu to,” gumamnya. Tapi, wanita itu malah kembali duduk dan memainkan kasur dengan mengenjot – mengenjotnya. Dia tertawa, semenyenangkan itu memiliki kasur seempuk ini dan pastinya mahal sekali. Saat dia masih asik untuk bermain kasur, pintunya terbuka dengan kasar, sehingga Sri terlonjak dari kasurnya. Yang membuka pintu kasar tersebut ternyata Romeo, dia menghampiri Sri dengan menatap tajam, “Apa yang kamu lakukan dengan Mamah saya?!” bentaknya. Sri terkejut, dia tidak menjawab, tiba – tiba dia menjadi terdiam dan bingung harus bagaimana. Memang, Romeo tampan setampan pria campuran dengan western. Tapi tetap saja, galaknya minta ampun hingga Sri tidak berani sekedar menjawabnya. “Jawab, bukan hanya diam saja!!” “A-Anu Mas, sa-sayaa—” “Anu apa?! Jangan membuat saya marah dan melempar kamu ke luar jendela ya!” ancam Romeo. Sri menggelengkan kepalanya, “Yo jangan to Mas!! Saya nggak mau dilempar begitu, saya bukan jemuran,” dengus Sri. Romeo masih menatap tajam kearah Sri. Sri, malah meneguk ludahnya gemetar sendirian, “Tadi pagi, saya itu anu Mas, cari kerjaan. Tapi Ibu Mas ketemu saya, pas udah anu ribut – ribut didepan kantor besar gitu to tiba – tiba Ibu Mas—” “Jangan menggertak atau membuat tamu Mamah menjadi tertekan, sekarang keluar karena Sri akan beristirahat sekarang!” Wanita itu adalah Rosalina, pengusaha hebat yang memilik usaha dibidang properti yang bercabang diseluruh dunia. Dia dipanggil Dewi bisnis oleh dunia, meski seorang single parent, karena suaminya mengalami kecelakaan, dia mampu menghidupi anaknya, dan bahkan menghidupi jutaan karyawannya. Rosa, menggandeng Sri dan menatap putranya sengit, “Pintu keluar berada disana, silahkan keluar, dan jangan lupa tutup pintunya. Karena itu etika sebenarnya.” Romeo geram, dia kemudian keluar dari kamar Sri dan membanting pintunya kasar. Rosa, wanita itu menggelengkan kepala, “Sudah diberi tahu dia masih saja membantah, anak kurang ajar.” Lalu Rosa, menatap kearah Sri datar, “Jangan katakan apapun mengenai tawaran saya, tugas kamu sekarang dekati Romeo dan buat dia luluh. Karena kalian sebentar lagi akan menikah.” “Ha? Menikah? Ya Allah Bu, Mas tadi saja judes banget sama saya, galak. Mana mau dia nikah sama saya, bisa – bisa saya nanti ditindas tiap hari Bu…” “Itu urusan saya, kamu dekatkan diri dengan Romeo saja. Ah, saya kasih tau kamu, Romeo memiliki wanita bernama Nindy, dan kamu harus jauhkan wanita itu dari anak saya. Besok kamu bangun pagi sekali, dan datang ke kantor anak saya, sebagai kekasihnya, ingat, kekasihnya. Saya tidak mau tau, besok saya harus terima hasilnya.” Rosa langsung pergi setelah mengucapkannya, Sri menepuk kepalanya setelah itu. Nasib buruk akan terjadi lagi besok kepadanya, Sri harus siap, mau apapun keadaannya dia harus menjadi tahan banting. "Besok harus bangun pagi buat kekantor Mas Romeo, walah, aku harus pie iki." Sri menggulung tubuhnya kekasur kesana - kemari, dia jadi bingung dan bimbang harus bagaimana lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD