Chapter 03 - Kekasih Romeo

1083 Words
Esok harinya, dengan mengenakan pakaian kemeja kotak – kotak berwarna merah marun, dengan rok hijau terang dibawah lutut, Sriani berdiri didepan cermin dan mengikat rambutnya menjadi dua kucir kebawah luruh. Dia merapikan rambutnya tak lupa menggerakan tangannya ke arah belakang kepala supaya untuk membuat rambut – rambutnya kecilnya tak keluar. Terakhir, dia menyemprotkan parfume miliknya yang selalu berada ditasnya. Begitu sekali disemprotkan, aroma dari parfume menyegrak ke seluruh ruangan. Wanita itu tersenyum sudah puas dengan penampilan rapinya, lalu dia melangkahkan turun ke bawah. Saat dia turun, dia berpapasan dengan Hera, anak bungsu dari Rosalina. Hera mengerutkan keningnya, dan menutup hidungnya, “Oh my god, Sri!!!! Lo pake parfume apaan sih baunya bikin kepala gue pusing,” teriak Hera. “Ini parfume dari kampung Mbak, memang kenapa to?” tanya Sri dengan mencium tubuhnya yang tak merasa aneh pun dengan bau wangi ditubuhnya. Hera menatap kesal wanita dihadapannya itu, “Sumpah sumpah, lo itu mandi kembang atau gimana sih!! Sumpah gue pusing banget nyium bau parfume norak punya lo ngerti nggak sih! Ini tuh bukan rumah lo, jadi nggak usah buat darah tinggi gue nggerti nggak sih.” “Ini juga rumah punya kamu Hera, ini rumah Mamah for your information daughter, jadi semua yang tinggal disini, termasuk kamu itu menumpang, bukan cuma Sri aja.” “Terus aja Mamah belain Srintil satu ini, sumpah kepala aku pusing banget sama parfume noraknya ini, oh my god,” kata Hera dengan kesalnya. Dia lalu pergi begitu saja meninggalkan Mamahnya dan juga Sri. Sri, menggaruk tengkuknya dan tersenyum canggung kepada Rosa. Dia menyengir, “Bu, anu, saya tidak tau kantornya Mas Romeo. Kira – kira naik kopaja itu dari mana turun kemana ya?” Rosa menghela nafasnya, “Siapa yang suruh kamu naik kopaja sih Sri, kamu akan diantar supir saya. Bersiap didepan, sebentar lagi dia akan mengeluarkan mobil. Ingat, sebagai kekasih Romeo, kamu paham?” Sri mengangguk canggung, dia kemudian pergi keluar dari kediaman milik Rosalina. Saat dia berjalan, sepatunya malah rusak. Sri berhenti dan melihat kakinya, “Waduh, pie to iki, malah rusak. Uwis kayak buaya aja mangap – mangap gitu sepatunya.” Sri mengambil sepatunya dan mencoba menyatukan, berharap masih bisa digunakan, “Kok masih ndak bisa ya? Udah lah, pakai aja, semoga nggak rusak parah nanti.” Sri nekat dengan menggenakan sepatu miliknya yang rusak. Dia lalu berhenti, saat mobil mewah berhenti dihadapannya, “Neng, ayo masuk. Kata Ibu Rosa, Neng harus diantar ke kantor Den Romeo.” “Makasih ya Pak,” kata Sri sopan.  Lalu, Sri masuk kedalam mobil dan diantar oleh Pak supir menuju kearah kantor Romeo. Didalam mobil dia tersenyum terus sedari tadi, masalahnya dia norak sekali belum pernah naik mobil semewah ini. Selama delapan belas tahun, bisa dihitung dua kali dia naik mobil mewah, kemarin saat Rosa menariknya dan membawanya ke rumahnya dan saat ini. “Kapan aku bisa punya mobil kayak gini, pasti harganya mahal banget ini…” gumamnya. Tak sadar, mobil yang membawa dirinya, telah sampai disebuah gedung pencakar yang ternyata membuat Sri membelakan matanya, dia teringat sesuatu hingga membuat dirinya mengerjapkan matanya, "Sek - sek, ini bukannya kantor yang kemarin aku datangin?" gumam Sri. Sri lalu bertanya kepada Pak supir, "Pak, iki betul kantornya Mas Romeo?" "Benar Non, ada masalah apa?" Sri menggelengkan kepalanya, “Ndak ada Pak, makasih sudah diantar kesini. Saya turun dulu ya Pak.” Sri lalu turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam kantor besar itu. Dia kembali berada didepan resepsionis yang kemarin dia datangi. Sang resepsionis nampak hafal dengan Sri lalu tiba – tiba tersenyum, “Maaf Kak, disini sedang tidak membuka lowongan pekerjaan.” Sri menggeleng cepat – cepat, “Walah Mbak, saya kemari bukan untuk melamar kerja to. Saya ini kemari untuk –” Sri melihat Romeo berjalan keluar dari mobilnya. Dia memelototkan matanya, orang yang sedang dia cari ternyata dekat sekali jarak dengannya. Lalu, dia mengerjapkan matanya, “Itu bukannya Mas Romeo ya?” tanyanya pada diri sendiri. Romeo ternyata masuk ke dalam kantor bersama dengan seorang wanita cantik yang sangat sekali beda dengannya. Pakaiannya yang minim dan rambut bagus ikal yang berwarna coklat. Sri menjadi teringat ucapan dari Rosaline kemarin. ‘Anak saya sudah memiliki wanita bernama Nindy, dan kamu harus bisa memisahkan mereka’ Sri menepuk jidatnya dan melototkan matanya, “Ini ndak bisa dibiarkan, kata Bu Rosa, ini harus dipisahkan. Oh ndak bisa dibiarkan.” Sri langsung masuk begitu saja mengejar Romeo, sementara sang resepsionis bingung karena orang asing masuk begitu saja dikantornya, “Kak, jangan sembarangan masuk Kak! Keamanan!!” teriak resepsionis itu. Sri tidak peduli dia dikejar oleh keamanan sekalipun, dia terus mengejar Romeo yang sedang menaiki lift. Tapi sayang terlambat, pintu lift yang digunakan Romeo tertutup sehingga Sri menjadi kesal. “Walah pie to iki!” Dia melihat ke kanannya, ada tangga menuju naik. Dia menganggukan kepalanya, “Kayaknya ini bisa ngejar Mas Romeo. Iya, aku harus naik tangga saja!” tekat dari Sri. Sri lalu menuju tangga dan menaiki sekuat tenaga. Meski dengan keadaan yang ngos – ngosan, dia tetap menaiki tangga itu untuk mengejar Romeo. Ditangga terakhir, Sri berkacak pinggang dan menggelengkan kepalanya merasa kelelahan, “Kota memang ajib tenan, didesaku saja tangga cuma tiga kalau endak lima naikan, ini kok ada lebih dari dua puluh Ya Allahh gusti…” Dia melihat Romeo berjalan dengan menggandeng seorang wanita membelakanginya. Sri lalu memelotot, dia akan menyusul Romeo, namun tangannya dicekal oleh beberapa orang. Sri menoleh ke belakang, dan ternyata beberapa keamanan mencekal tangan Sri dan menyeret untuk keluar. “Loh loh, aku kok dipegang kayak ayam iki to Pak, aku iku mau ngejar –” “Mbak, peraturan dari kantor ini, orang asing tidak boleh masuk sembarangan. Apalagi area ini hanya untuk bos besar saja.” Sri menghela nafas, dia mencoba menjelaskan dengan keamanan itu bahwa dia adalah calon istri dari Romeo sesuai dengan perintah Rosalina, “Pak, adu… Saya itu kemari untuk nemuin calon suami saya, yaitu Mas Romeo!!” bentak Sri. Para keamanan itu tertawa mendengarnya, dia menatap Sri dari atas dan bawah lalu menghela nafasnya, “Mbak ini salah satu fans Mas Romeo? Fans boleh, lain kali nggak boleh begitu ya, masuk di kantor orang tidak sopan seperti ini, ayo Mbak harus keluar dari sini.” Keamanan menyeret Sri keluar dari situ, Sri yang tidak mau diseret teriak – teriak tidak jelas, “Pak saya calon istrinya tenan to, Mas romeo!! Mass Sri disini, Mas… Tolong lepas to Pak ah!” teriak Sri tidak mau diseret seperti ini. “Lepaskan dia, jangan paksa dia seperti itu.” Tangan Sri dilepaskan, lalu dia menoleh kebelakang dan menaikan kacamatanya dan membenarkannya, lalu dia mengerjap mata melihat seorang wanita yang mendekat kearahnya dan disusul oleh pria disampingnya. Dia tersenyum, “Kamu Sri?” tanyanya. Sri mengangguk dan dia mengerjapkan matanya, “I-Iya Mbak saya S-Sri.” “Romeo sudah menceritakan mengenai kamu dengan saya, perkenalkan saya Nindy, kekasihnya Romeo,” katanya dengan tersenyum sambil mengulurkan tangannya yang lembut. Sri melihat tangan itu yang mengapung diudara, dia meneguk ludahnya sendiri berada dihadapan wanita yang ternyata kekasihnya Romeo. Dia menjadi bingung, “Pie to iki, kok malah salaman kayak begini to…” batinnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD