3. Ternodai Tante Girang

1827 Words
"Rimelda …. Dari mana semalam?" Suara serak-serak basah mengagetkan Rimelda yang baru saja masuk ke kamar hotel. Dia yang kaget sampai menempelkan punggungnya ke tembok dengan kedua tangan yang memegang da-da. "Astaga …. Aku bilang semalam kan? Ke klub." Rimelda pun mendekati Gisel yang terlihat seram. Keseraman wanita ini melebihi hantu. Kenapa ibu dan anak mendapatkan asisten yang sama. Chyntia yang memiliki asisten Obel yang gendut, begitu pula dengan Rimelda, dia juga memiliki asisten Gisel yang gendut juga. "Tidur dimana?" tanya Gisel ketus. Semalam dia tidur sendirian di tempat ini. Ingin menyusul Rimelda pun tidak bisa karena sibuk membereskan barang bawaan. "Hotel!" jawab Rimelda santai. Dia tidak merasa bersalah telah meninggalkan Gisel sendirian. "Tidak di tangkap polisi kan?" tanya Gisel curiga. Kenapa pikirannya sampai ke arah sini. "Kenapa?" Rimel merasa aneh, salah apa dia di tangkap polisi. "Wajahmu baby face. Orang Indonesia bisa mengira kamu anak yang masih di bawah umur masuk ke klub malam." Untuk ukuran di Indonesia, wajah Rimelda seperti anak sekolah menengah atas. Jika bukan riasan profesional make up di Paris, pasti dia tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang awet muda. Lebih muda sepuluh tahun dari usianya. "Tidak, kok. Penampilanku seperti orang dewasa." jawabnya sambil memutar badan. "Tetap saja. Wajahmu seperti anak masih di bawah umur jika disini, disana juga." "Ya mau bagaimana lagi. Orang takdir." Rimelda berbaring dan bersiap untuk tidur. Semalaman dia memperhatikan wajah Reginald. Sayang tidak bisa membalik tubuh Reginald untuk memeriksa apakah ada tanda lahir atau tidak. "Kamu suntik botox atau operasi plastik agar selalu muda?" tanya Gisel lagi-lagi ketus. Dia iri dengan wajah Rimelda yang baby face. "Baru dua puluh delapan tahun. Untuk apa suntik botox dan operasi plastik? Wajah baby face ku di turunkan dari Mama Chyntia. Memangnya kamu, sama-sama umur dua puluh delapan tahun tapi wajahnya seperti umur tiga puluhan." Rimelda malah mengejek Gisel. Dia ingin beristirahat tapi Gisel terus saja bertanya. "Kau mulai lagi mengejekku." Gisel kesal sambil melemparkan bantal. Dia sibuk mempersiapkan pemotretan Rimelda. "Kamu yang mengejek duluan. Kamu yang menghina wajahku seperti anak kecil." Orang Gisel tadi yang mulai duluan. "Oh iya. Tidur bersama siapa semalam? Jangan bilang kalau tidur dengan sembarang orang. Apalagi pria Indonesia yang tidak tahu sama sekali identitasnya." Gisel ketakutan modelnya ini akan hamil jika benar tidur dengan sembarang pria. "Kalau iya?" Padahal Rimelda bukan orang yang seperti itu. Dia hanya tidur dengan kekasihnya saja. Tidak dengan pria asing. Rimelda bukan w************n yang mudah tidur dengan pria mana saja. Dia juga harus menjaga imagenya sebagai seorang model terkenal. "Bisa gila aku … bagaimana jika ada haters yang mengikuti sampai kesini dan memberitakanmu yang buruk-buruk." Gisel menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Santai Gisel. Aku bisa mengatasinya." Rimelda padahal berbohong. Dia semalam tidak berbuat apapun bersama Reginald. Orang Reginald tidur kebluk. "Kalian menanam benih?" Gisel semakin menuduh yang tidak-tidak. "Tidak lah! Aku tidak suka bermain dengan pria yang sedang mabuk. Jadi semalam tidak berbuat yang aneh-aneh." Rimelda sampai bangun dari posisi tidurnya. "Ya ampun Rimelda, masa iya sekamar tidak berbuat apa-apa? Awas jika ada berita buruk di majalah dan internet. Kamu yang tanggung jawab ya. Suruh siapa semalam malah pergi tanpa izin." Gisel lepas tangan. Dia bosan mengurus skandal Rimelda. Yang terbaru adalah berita Rimelda di tinggal menikah. "Iya Gisel bawel." Rimelda kembali berbaring dan menutup wajahnya dengan bantal. "Lama-lama aku bisa mati bunuh diri karena stres." Gisel frustasi sampai bilang seperti ini. Bekerja bersama Rimelda memang menyenangkan, ada kalanya tidak enak, ya jika ada kejadian seperti ini. "Stres kenapa?" tanya Rimelda, membuka sedikit bantal yang menutupi wajahnya. "Stres mengurus model yang susah di atur seperti kamu!" Jawab Gisel ketus. "Muah … Gisel baik, jadwalku jam berapa?" tanya Rimelda sambil merayu dengan kecupan jauh. "Dua jam lagi!" "OMG!" Rimelda menepuk-nepuk kasur dengan kakinya. Dia hanya bisa tidur satu jam sebelum acara. * Masih di hotel tempat semalam Reginald menginap. Ponsel Reginald berdering. Dia segera meraihnya karena tidak jauh dari situ. Alkohol semalam membuatnya benar-benar mabuk dan tidak ingat apapun. Yang ia ingat terakhir kali adalah mengobrol bersama wanita cantik yang wajahnya bule. Entah apa yang terjadi semalam. Yang jelas dia bangun tanpa mengenakan pakaian dan menemukan aksesoris milik gadis yang semalam. "Apa semalam melakukan adegan panas? Berarti sudah tidak bujangan? Aiiishhh …. Sial." Reginald memukul kasir dengan ponselnya. Dia kemudian mengangkat telepon dari Reyhan. "Ada apa Reyhan?" "Dimana?" tanya Reyhan yang panik karena semalam Reginald hilang. Belum lagi ayahnya Reginald menelpon Reyhan berkali-kali. Reginald memperhatikan kamar hotel yang mewah ini. Tentu terlihat jelas bahwa dia semalam menginap di hotel bintang lima. "Dari yang gue lihat. Kayanya gue di hotel." "Hah … hotel? Share lokasi biar gue jemput." Reyhan segera meraih kunci mobilnya. "Oke!" Reginald mengirimkan lokasi melalui ponsel pintarnya. Kepala Reginald masih terasa pusing. Pelan-pelan, ia mengenakan celana dalamnya dan meraih kemeja, celana dan jas yang berserakan. Tanpa sadar Reginald berjalan keluar kamar hanya menggunakan celana pendek saja. Dia menyusuri lorong lalu masuk ke dalam lift untuk turun ke lantai satu. Seorang wanita masuk ke dalam lift. Penampilannya sangat menor dan berpakaian sexy. Dia mengerutkan mata melihat penampilan Reginald. Sungguh penampilan yang menggoda dan membangunkan hasrat yang semakin membara. "Hai tampan! Habis ngapain semalam?" tanyanya dengan nada centil. Reginald hanya melirik tanpa menjawab. Wanita itu pun di buat kesal. "Sombong banget gak mau jawab Tante!" Padahal Reginald tidak menjawab karena masih merasa pusing. "Maaf!" Reginald mengangguk sopan sambil memegang kepalanya yang masih terasa berat. "Gemesh deh!" Jemari lentik wanita ini meremas kejantan*n Reginald. Bagaikan bola empuk mainan anak-anak. "Eh …." Reginald spontan kaget. Kedua netra Reginald melirik ke bagian bawah. Pantas saja dia di perlakukan seperti ini. Orang dia berpakaian sangat sexy dan mungkin menggoda Tante hareudang ini. 'Astaga. Dari tadi nenteng-nenteng baju gak di pake. Bego Regi, pantas saja di goda Tante hareudang.' Pintu lift terbuka. Reyhan melihat pemandangan yang luar biasa mengotori matanya yang masih polos. "Astaga …." teriak Reyhan. Tante itupun melepaskan remasannya karena ia terciduk. Bisa-bisa di laporkan ke pihak keamanan hotel kalau begini. Tante itu pun langsung pergi. "Bye dedek emesh! Muacchh …." Dia memberikan kiss bye. Reyhan masuk ke dalam lift dan mendesak Reginald ke pojokan. "Eh lu tidur sama tante itu semalam? Jujur jangan bohong, Re." Reyhan melempar pertanyaan sekaligus sebuah tuduhan. "Gila eh. Enggak, Han. Siapa yang tidur sama tante itu coba?" Reginald langsung menggelengkan kepalanya "Itu tantenya yang pegang-pegang utun punya gue, mungkin karena gue nggak sadar cuma pakai celana pendek doang. Jadi dia tergoda." Reginald mencoba menjelaskan agar Reyhan tidak mencurigainya telah tidur dengan tante-tante girang. "Ya iyalah kalau dia normal dia pasti tertarik lihat anu kalo yang gede dan maju itu." Reyhan menunjuk burung Reginald yang ada di dalam sangkar berwarna hitam. "Gila lo kenapa nggak pakai baju!" Reyhan tidak habis pikir. Reginald berkeliaran tidak malu setengah bugil seperti itu. "Gue masih pusing dan kayaknya masih mabuk jadi gue nggak sadar nggak pakai baju!" Reginald lagi-lagi menjelaskan agar tidak ada kesalahpahaman. "Terus semalam sama siapa? Kenapa bisa ada di hotel ini?" Reyhan pun mengintrogasi. Di harus tahu agar bisa menyampaikan alasan jika orang tua Reginald menelponnya lagi. "Seinget gue, yang terakhir kali pas lo lagi ke toilet, gue ngobrol sama perempuan yang mukanya bule." Reginald berpikir sambil memegang kepalanya. "Terus elu bangun dalam keadaan nggak pakai baju gitu?" Reyhan mengerutkan mata. Dia tahu pasti semalam mengarah ke arah panas-panas hareudang. "Iya bener, Han." "Wah ... gila seh lo, udah nggak perjaka lagi Boy!" Reyhan berpikir Reginald sudah melakukan sesi bercocok tanam dengan gadis bule. Gadis lokal yang menyukai dia saja banyak. Kenapa repot-repot dengan gadis bule. "Apaan lu!" "Keperjak*an lu udah direnggut sama cewek itu onta!" Reyhan sedikit menaikkan nada bicaranya. Reginald pun semakin sadar. "Eh mana tahu kan gue nggak sadar." Reginald sama sekali tidak ingat. Siapa tahu saja memang tidak bercocok tanam. Berarti dia masih perj*ka. "Udah deh lo Mending cari itu cewek, lu habis tebar benih di situ dan gak sadar sama sekali siapa tahu dia hamidun." Bisa berabe punya anak tapi tidak tahu ada dimana. "Eh ... gila, masa gue udah punya anak umur segini halo …." Reginald belum siap menikah muda. "Ya abis lo semalem abis nganu, nggak sadar lagi. Pasti lu keluarin di dalam deh, hamil-hamil dah tuh." Reyhan semakin menakut-nakuti, Reginald semakin terlihat panik. "Gue harus gimana, Han?" Reginald mencengkram kerah baju Reyhan. "Cari cewek itu, pastiin dia hamil atau enggak. Udah mah burung lo diremas-remas tadi sama tante-tante lenjeh ih, gue jijay!" Reyhan bergidik ngeri. Itu tadi termasuk salah satu tindakan pelecehan seksual. "Kampret lu ngejek gue." Reginald menjentik kening Reyhan. "Ya, iya. Udah gak lagi perj*ka ditambah diremas-remas sama tante lenjeh." Reyhan kembali mengejek. "Apes banget gue gara-gara alkohol." Reginald membentur-benturkan kepalanya ke dinding lift. Mereka masih mengobrol sambil bersembunyi di dalam lift, beruntung tidak ada tamu yang mengenakan lift ini lagi. "Lagi, udah gue ingetin gak boleh minum alkohol lu yang maksa, lo sendiri harus tanggung jawab akibatnya, Bro." Reyhan menepuk pundak Reginald. "Bantuin gue Han!" pinta Reginald. Hidupnya serumit ini. "Ada petunjuk itu dari cewek gak? Kayak gimana mukanya atau pakai baju apa dan dari mana asalnya?" "Gue cuma nemu ini aksesoris dia." Reginald memperlihatkan anting berbentuk setengah kupu-kupu. "Lumayan ini, bisa dijadikan bukti, terus bila perlu nanti malam lo datang lagi ke klub itu lalu tanyain tuh ke bartender, kali aja bartender inget muka si cewek itu kayak gimana. Terus si cewek sempet ngobrol sama dia lumayan buat jadi petunjuk baru." Pendapat Reyhan berguna juga. "Sekarang jam berapa?" tanyanya. Reginald tidak ingat bahwa hari ini ayahnya akan melamar Jesica. "Ini udah siang kampret. Buru pakai baju, bukannya sekarang Daddy lo mau ngelamar Jesica?" Reyhan saja ingat. "Oh iya gue lupa mati gue pasti Daddy cariin gue." Reginald segera mengenakan pakaiannya. Sebelum ada tamu hotel yang akan menggunakan lift. "Bruno pakai bajunya, sini gue periksa handphone lo!" Reyhan memeriksa handphone Reginald. Selain dia yang di telepon Biyan, Reginald juga mendapat berpuluh-puluh kali panggilan telepon tidak terjawab. "Wagelaseh … ini panggilan tidak terjawab dari Daddy lo banyak banget!" Reyhan untungnya memberikan alasan bahwa Reginald menginap di rumahnya. Itu juga dia mengangkat telepon Biyan hampir dini hari. "Mati gue, Han. Mati." Reginald menggaruk tengkuknya kasar. "Gue bayar minuman cash atau pakai kartu semalam?" "Mana gue tahu!" "Abis bersih gue kalau pakai kartu. Kalau Daddy gue cek, semalam untuk bayar apa, terus dia tahu gue ke klub, bisa abis bersih gue." Biyan sangat mengawasi keuangan Reginald meski bebas menggunakan untuk apapun. Tapi tidak boleh untuk hal negatif. "Rasain lo, Re. Siapa suruh masuk ke klub terus minum-minum." "Sialan!" Reginald lagi-lagi membenturkan kepalanya. "PR lho Ada dua, satu cari cewek misterius itu, dua cari alasan buat nggak dimarahin Daddy lo. Reyhan menepuk pundak Reginald. Masih untung dia tidak mabuk dan bisa memberikan alasan pada Biyan. "Ini bayar hotel gimana dong? Masa pake kartu gue lagi. Ketahuan abis tidur di hotel dong." Reginald pergi untuk membayar, kartunya pun di tolak. "Sudah di bayar gadis yang tadi, Tuan." jawab petugas hotel. "Boleh saya meminta informasi pribadinya?" Ini kesempatan Reginald mencari gadis itu dengan mudah. Sayangnya petugas ini sudah di bayar. "Maaf! Nona tadi melarang informasi pribadinya bocor!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD