Surprise

2779 Words
Macau. “Selamat siang Tuan.” Semua orang menyapa kedatangan Alfred Xavier D Brighton. Ratusan anak buah yang berjajar di sepanjang jalan sisi kanan dan kiri pun menunduk kepala hormat pada pria berusia tiga puluh dua tahun itu yang berjalan gontai memasuki gedung tua nan gelap. Wajah tampan nan rupawannya terlihat sangat dingin bahkan nampak begitu jelas aura kegelapan yang menakutkan. “Bagaimana?” suara dingin ciri khasnya membuat pria di depannya membalikan badan lalu mengatur napas. “Mereka masih tutup mulut.” Alfred hela napas sejenak matanya menatap tajam beberapa orang yang tergelantung dengan tubuh bersimbah darah. “Jangan buang-buang waktu hanya untuk mendengarkan jawaban mereka, Mateo. Sebaiknya kau bunuh mereka tanpa meninggalkan jejak,” kata Alfred terdengar santai. Namun, tidak dengan kelima pria yang bergelantung bergeridik ngeri. Sudah tubuh penuh luka mereka pun terancam mati. “Tuan… Tolong lepaskan kami. Kami tidak tahu apa-apa. Kami mohon maaf Tuan,” teriak beberapa orang. Alfred berdecih lidah lalu membalikan badan untuk pergi dari gudang tua tersebut. Lagi lagi pengampunan. Alfed benci dengan kata pengampunan. Tidak ada kata maaf untuk orang yang berani bermain-main dan mengusik seorang The Black King. Alfred berdiri di depan mobil di mana Kimberly membukakan pintu untuknya. “Sebaiknya kamu cari siapa pelaku yang sudah mengambil barangku. Aku ingin lekas urusan ini selesai aku tidak punya waktu banyak untuk meladeni permianan mereka.” “Baik Tuan,” jawab Kimberly seraya membungkuk hormat. Di sana, Bandara Internasional Makau. Thea dan Dante telah tiba dan sudah di sambut oleh kekasih tercinta dan juga dua sahabatnya. “Thea…” panggilanya membuat pandangan Thea langsung teralihkan. “Jeny…” jawab Thea setengah berteriak. Jeny setengah berlari menghampiri Thea dengan perutnya yang besar. “Stop di situ Jeny. Jangan berlari mengahampiriku biar aku yang berjalan ke sana,” pinta Thea yang dianggukan Jeny dengan seulas senyuman ceria. Thea memeluk Jenny erat saking lama tak bertemu dengan Jeny. Di tepuknya pelan punggung Thea, pelukan Thea membuat perutnya tertekan karena tubuh Thea sekalipun temennya itu kurus. “Keponakanmu ketekan Thea.” “Ah. Maaf.” Thea buru-buru melepaskan pelukannya lalu berjongkok di depan perut Jeny yang besar. “Maafkan Onty yang sayang. Duh Onty saking senangnya Onty ketemu sama mommymu jadi seperti ini deh, lupa sama kamu,” ucap Thea seraya mengusap perut besar Jeny. “Aku maafkan Onty,” jawab Jeny dengan kekehan. Dante menyerahkan koper Thea pada Kevan yang berdiri tidak jauh. “Babe, kamu melupakan aku,” kata Kevan berikan tatapan sedih. Buru-buru Thea bangun lalu tersenyum lebar. Thea bukan lupa, dia tentu ingat dengan kekasih tercintanya yang sejak tadi berdiri di depannya. Tapi entah kenapa Thea malah ingin memeluk perut Jeny yang besar lebih dulu sebelum menghampiri Kevan. Kevan membentangkan kedua tangannya menyambut pelukan rindu dari kekasih yang teramat dicintainya. Brug. Tubuh Thea menuburuk Kevan. Kedua tangannya melingkar di leher Kevan dengan bibir yang sudah mendarat sempurna pada bibir manis Thea. “I Miss you Babe.” “Miss you too, Kev.” Thea menatap dari dekat wajah tampan Kevan dengan posisi Thea masih berada di dalam gendongan Kevan. Kevan kembali mencium bibir Thea dan keduanya kembali berpanggutan di depan banyak orang. Beberapa teman Kevan dan juga sahabat Thea yang ikut menjemput pun hanya mendesah pelan melihat sepasang Romeo and Juliet yang sudah lama tak berjumpa. “Gue tahu lo berdua itu kangen banget. Cinta banget.” Jerry menatap sepasang kekasih di depannya. Thea buru-buru melepaskan panggutannya, lalu menunduk malu. “Tapi bisa nggak lanjutin di apartement lho kek atau di hotel kek. Biar mata jomblo di sini tidak tersakiti dengan kemesraan lo!” sindir Jerry. “Hah, lo nggak bisa lihat orang seneng,” decak Kevan. Thea bergegas turun dari gendongan Kevan. “Kasihan di Dante masih jomblo ngenes belum laku-laku,” decak Jerry dengan kekehan. Dante pun menyikut perut Jerry. “Temen gue juga yang satu jomblo nih,” sahut Mita menunjukan pada Laura. “Tuh Dan, jomblo,” tunjuk Kevan pada Luara sahabat Thea dan juga anak buahnya di kantor. “Gue lagi nggak minat cari pacar sayangnya.” Ketiga wanita itu menjulurkan lidahnya menatap kesal jawaban Dante. “Oh ya. Lo mau kemana sama Jeny?” Kevan mengalihkan pembicaraan beralih menatap Jerry. “Gue mau ngajak Jeny balik ke Jepang. Buat sementara waktu sampai anak kita lahir. Pindah ke rumah mertua tua buat sejenak,” kata Jerry pada ketiga temannya. Dante menatap Jerry, dari ekspresi Jerry yang nampak beda seolah kepergiannya ke Jepang ada sesuatu yang terjadi. “Si James kemana?” tanya Dante penasaran karena satu sahabatnya tidak ikut datang ke bandara. “Nggak tahu kemana. Gue sudah dua minggu ini cari dia ke rumah nggak ketemu juga. Ponselnya nggak aktif,” jawab Jerry yang dianggukan Kevan. Keduanya pun kini tengah mencari keberadaan sahabatnya yang ikut mendadak aneh. “Kev. Aku boleh ngobrol dulu nggak sama Jenny, Laura dan Mita?” “Iya Babe.” Kebetulan Kevan pun ingin bicara dengan Jerry yang sudah lama tak jumpa. Dilihat dari wajah Jerry yang tenang. Kevan tahu kalau Jerry sedang tidak baik-baik saja, apa lagi ke pergiannya ke rumah mertuannya di Jepang membuat Kevan curiga. “Sebenarnya lo ada apa?” bisik Kevan. Dante ikut merapat sedangkan Jerry menatap sejenak pada Jeny yang tengah asik berbicara dengan ketiga wanita. “Feeling gue dari kemarin nggak enak Kev, Dan,” bisik Jerry. “Cerita Bro, sebenarnya ada apa?” tanya Dante ikut penasaran. Dante lebih menyibukan diri di Jakarta walau sesekali datang ke Macau bertemu dengan Kevan masalah kerjaan. “Gue nggak bisa bahas di sini.” Dante dan Kevan menatap kecewa, hal penting apa yang membuat seorang Jarry Wang sampai ketakutan seperti ini. “Setelah gue nganterin Jeny dan ibu, gue langsung ke markas.” “Oke.” “Jangan lama-lama lo.” Jerry berikan anggukan pasti. Ia pun menghampiri Thea dan pamit untuk pergi ke Jepang. “Babe. Ayo kita pulang.” “Pulang kemana woy?” teriak Mita. “Iya ke apartement gue lah, emangnya mau kemana?” Kevan menatap kesal pada dua sahabat Thea yang mulai menguasai pacarnya. Niat hati meminta Thea kesini karena Kevan rindu dan ingin kangen-kengenan dengan sang kekasih tercinta. Tapi melihat dua wanita itu perasaan Kevan mendadak buruk. Sepertinya dua wanita itu akan rajin mengganggunya. “Oh ya Kev.” Melihat Thea yang berjalan mendekat, Kevan menebak apa yang di pikirkannya benar. “Aku lupa bilang sama kamu. Aku nginep di apartement Luara saja yah?” Nah, benarkan. Apa yang baru saja di gumamkan di dalam hati akhirnya terjawab sudah. “Aku sudah boking hotel Babe kalau tadinya kamu nggak mau tinggal di apartementku. Terus hotelnya gimana nasibnya?” Kevan kembali berikan ekspresi sedih. Sumpahnya Kevan ingin berduaan dengan Thea melepas kerinduan tak berjumpa dua tahun lamanya. Tapi kenapa masih saja ada dua makhluk yang selalu mengganggunya setelah Kevan semalam berperang dengan makhluk jadi-jadian yang amat menyebalkan di Indonesia yang tidak lain Disa. “Batalin saja sudah. Gampang kok, Ceo seperti kamu yang banyak duit pasti gampang, iya nggak Lau?” kata Mita dengan mengangkat dua alisnya. Kevan menarik napas dalam-dalam dengan mata menatap Thea lalu berganti pada Dante yang langsung mengkendikan bahu tidak tahu. Dante tidak mau lagi pusing masalah Kevan dan sahabat-sahabat Thea. “Jadi kamu mau menginap di apartement Laura saja, Babe?” tanya Kevan yang cepat di anggukan kekasihnya. Hati Kevan mendadak sedih. Rela tak rela tapi Kevan harus merelakan Thea untuk ikut bersama dengan kedua sahabatnya dari pada Kevan kena amuk dua sahabatnya. “Good Thea. Disa sudah bawel ngomong terus sama kita berdua jangan kasih kendor buat ngawal lo sama Kevan.” Kevan tergelak. Kenapa wanita menyebalkan itu meracuni otak kedua sahabatnya Thea. Salahnya dia apa sampai Disa mengatur kehidupan Thea sampai seperti ini. ‘Apa wanita itu masih dendam padaku?’ batin Kevan. Thea menghembuskan napas berat. “Nggak diizin buat berduaan terus karena takutnya ketiganya ada setan yang ikut nemenin kalian,” sindir Mita keras pada Kevan bersamaan lidahnya menjulur tepat di depan Kevan. “Cus, cabut.” “Tapi—” “Pak Kevan boleh kok ikut ke apartement saya kalau mau ngobrol sama Thea tapi Pak Kevan harus pesenin makanan siang buat kita yang banyak plus cemilan. Saya lagi males masak.” “Masalah itu beres yang penting saya di izinin buat lepas rindu sama Thea.” Akhirnya Kevan menyerah dan mengikuti keinginan dua wanita itu. Laura berikan jempolnya dan mengajak Thea lekas masuk ke dalam mobil mewah milik Kevan. Mata Kevan langsung melirik tajam pada PA nya. “Tolong pesenin makan siang buat mereka dan jangan lupa cemilannya yang banyak,” perintah Kevan seraya menepuk bahu Daniel dan berlalu pergi. “Lo mau ikut ke apartement Laura atau balik?” “Sepertinya gue balik saja ke rumah deh dari pada nanti di sana gue jadi nyamuk. Tugas gue ngawal kekasih lo sudah beres jadi sekarang nggak usah mengganggu gue lagi,” kata Dante sebelum pergi. “Tunggu…” “Apa lagi sih, Kev?” “Lo cari si James sana. Dua minggu ini dia ngilang nggak jelas. Feeling gue juga mendadak nggak enak setelah gue lihat si Jerry ada yang nggak beres.” “Harus gue banget yah Kev?” Kevan pergi begitu saja tanpa menjawab, membuat Dante mendengus kesal. Apa sahabatnya tidak tahu kalau empat belas jam di pesawat itu melelahkan. Di seberang sana Alfred masih menunggu laporan dari anak buahnya yang masih mencari dalang dibalik masalah kerugiannya puluhan millyar dollar. Mau tidak mau Alfred pun harus berada di Macau memantau anak buahnya sendiri. Bunyi ketukan pintu membuat Alfred menoleh dan muncullah wanita cantik dengan wajah dingin sama seperti dirinya berjalan menghampirinya. “Apa kau akan mengatakan kabar baik untukku? Menangkap orang yang sudah merugikan aku puluhan millyar dollar?” Berharap Alfred mendapatkan secepat mungkin orang tersebut. “Saya tidak tahu apa ini kabar baik atau tidak karena saya masih penyelidikan lebih lanjut.” Alfred membalikan tubuhnya menatap Kimberly yang berdiri menghadapnya. “Saya datang kesini hanya ingin melaporkan beberapa bisnis anda yang berada di Macau.” Alfred diam, ia tidak tertarik akan beberapa bisnis yang ia punya di benua asia ini. Fokus Alfred hanya pada barang tersebut hingga membuat kedua tangannya rasanya gatal ingin menghabisi orang-orang yang sudah mengusiknya. “Saya baru menemukan kalau orang yang mencuri barang anda adalah salah satu anggota terpenting di 13k Bloods.” Alfred menaikan satu alisnya, ia merasa baru mendengar nama tersebut. “13k Bloods salah satu gangster yang cukup terkenal dan juga di takuti di Macau.” “Really?” Kimberly mengangguk pelan. “Ah, sepertinya permainan ini akan menarik bila duganmu ini benar.” “Saya akan akan secepatnya mendapatkan pelakunya.” Alfred mengangguk pelan, ia tahu bagaimaan kerja seorang Kimberly Raider salah satu kaki tangannya setelah Mateo. Wanita itu pamit undur diri setelah meletakan beberapa map penting di atas meja sofa tuannya. “Aku mau di bawa kemana sih, Kev. Harus ya pakai acara kaya ginih segala, mataku di tutup?” protes Thea. Kevan menghela pelan, Thea kalau sudah di satukan dengan dua makhluk menyebalkan itu jadi selalu banyak protes padanya. “Aku mau kasih surprise buatmu, Babe. Pasti kamu suka,” bisik Kevan di telinga Thea seraya kedua tangannya memegang bahu Thea. “Baiklah. Kita sudah sampai di tempatnya. Tapi tunggu aba-aba dariku setelah itu kamu boleh melepaskan penutupnya ya Babe?” Thea berikan anggukan, ya. Kevan pun perlahan menjauh dan memposisikan dirinya tepat di hadapan Thea yang terlihat gelisah. Kevan meraih benda kecil berwarna biru dari saku jasnya. “Oke dalam hitungan ketiga kamu buka scaftnya ya, Babe.” Thea manggut-manggut dengan degupan jantung yang berdebar kencang. Di pegangnya tali tersebut dan menunggu aba-aba dari Kevan yang sudah mulai menghitung. “Tiga…” ucap Kevan. Mata Thea membulat lebar saat kain merah itu terlepas menutupi matanya. Kevan berlutut ambil menunjukkan cincin yang mengkilau di depannya. “Will you marry me, Arthea Maharani?” “Kev… ini.” Thea membekap mulutnya, matanya menatap tak percaya akan apa yang ada di lihatnya ini. “Babe…. Say it…. Kakiku sudah tidak tahan lagi.” Thea tertawa pelan. “Yes, Kevan.” “Apa Babe, aku nggak dengar,” goda Kevan. Wajah nambah merah menahan malu bercampur bahagia. “Yes. I do,” jawab Thea diiringi senyuman bahagia. Kevan bangung dari belututnya lalu menyematkan cincin berlian bermata satu di jari manis Thea. Dipeluknya erat tubuh Thea setelah keduanya berciuman. Lamaran Kevan ini di saksikan oleh Daniel dan juga Dante sekalipun ya keduanya menjadi nyamuk bagi sepasang kekasih yang tengah mabuk cinta. “Aku ingin menikahimu secepatnya Babe.” Thea masih diam menatap jemari manisnya yang tersemat cincin lamaran Kevan. “Bagaimana kalau awal tahun kita menikah?” Thea menaikan pandangannya lalu berikan anggukan. Kevan bangun dari duduknya lalu duduk di samping Thea dengan sebelah tangan yang merangkul pundak Thea. “Apa kamu senang dengan surprise kecilku ini?” “Sangat Kevan. Aku sangat senang.” “Bersabarlah, tahun depan kita akan bersama-sama di sini. Aku ingin lekas mempersuntingmu menjadi istriku.” Bibir Thea melengkung senyuman cantik, entah sejak kapan sebulir air mata pun jatuh di pipinya saking bahagia malam ini Kevan melamarnya. Kevan mengecup bibir Thea setelah menghapus air mata Thea. “Maaf kalau modelnya kuno.” Thea lekas menatap Kevan, ia tidak mengerti maksud tunangannya itu. “Cincin ini peninggalan dari ibu meski ukurannya agak besar.” Mata Thea kembali membuka lebar, apa telinganya tidak salah mendengar. Kevan memberikan benda berharga ini padanya. “Kamu nggak bercanda kan Kev?” Thea tahu kalau dua orang tua Kevan sudah meninggal semenjak Kevan berusia empat tahun. “Apa kamu nggak suka?” “Ah, bukan itu. Tapi ini barang berharga keluargamu.” “Dan kamu pantas mendapatkannya, Babe.” Kevan kembali mengecup bibir Thea. “Terima kasih Kevan,” kata Thea dengan helaan napas lega. Kevan menaikan satu alisnya ke atas. “Untuk?” tanya Kevan tak mengerti. “Melamarku.” Thea menarik napas panjang sebelum melanjutkan pembicaraanya. “Di saat aku mulai ragu dengan hubungan kita yang selama ini karena penantianku tak kunjung ada kejelasaan.” Thea menatap sejenak wajah tampan Kevan. “Rasanya aku ingin menyerah. Menyerah di saat banyak orang yang mengatakan hal negative tentang kamu. Lima tahun aku menutup telinga dan hati hanya pria yang mendekatikut.” Thea menjeda mengecup bibir Kevan cukup lama. “Akhirnya penantian lima tahunku terbayar sudah dengan cincin cantik ini sebagai tanda kamu mengikatku. Melamarku sebagai istrimu.” Jatuh sudah air mata Thea. Ia tidak bisa lagi membendung rasa haru akan kebahagian yang ia rasa saat ini. “Kamu pantas mendapatkannya, Babe. Lima tahun ini bukan waktu yang sebentar untuk menungguku sampai aku bisa sesukses ini. "Akulah yang berterima kasih banyak padamu karena selama ini sudah mendukungku dalam karirku dan kamu masih setia padaku sekalipun aku tahu pria di luaran sana banyak yang mengajakmu menikah. "Aku berterima kasih karena kamu mau menerima lamaranku. Aku berjanji akan membahagiakanmu Babe,” ungkap Kevan. Di belainya lembut pipi Thea, Kevan pun kembali menghapus air mata Thea. “Sudah jangan nangis kaya ginih,” goda Kevan lagi. Thea terkekeh seraya menepuk pelan d**a Kevan. “Aku menangsi karena bahagia.” “Iya aku tahu. Oke aku ingin dengar pesta apa kamu mimpikan setelah kamu pulang liburan di Macau?” tanya Kevan. Ia harus tahu bukan dengan rencana calon istrinya prihal acara pertunangannya dan juga pernikahannya. “Maksudmu?” balik Thea bertanya, tidak mengerti apa yang di tanyakan Kevan. “Setelah kita liburan di Macau, rencananya aku ingin pulang bersamamu. Aku ingin bertemu dengan Bunda dan membicarakan acara pertunangan kita dan juga pernikahan kita. Aku ingin lekas menghalalinmu. Heheh…” Wajah Kevan mendadak cengengean di depan Thea. “Aku nggak sabar ingin ibadah bareng kamu,” goda Kevan lagi lagi membuat wajah Thea bersemu merah karena malu. “Mulai deh mesumnya.” “Ish. Tidak Babe. Aku ini pria normal tentunya setelah menikah aku ingin mengajak ibadan bareng sama kamu. "Aku ingin punya anak yang cantik-cantik dan tampan kaya aku. Aku ingin hidup sampai menua besamamu,” ungkap Kevan tulus dalam lubuk hati yang paling dalam. “Apa kita nikah besok saja gitu yah, biar aku cepet-cepet proses anak kaya Jerry dan Jenny yang menunggu kelahiran anaknya.” “Ish. Kamu ya, sabar dulu kenapa.” Kevan kembali menggoda Thea dan membawa wanita yang amat dicintainya itu ke dalam pelukan. Namun Kevan dan Thea tak sadar kalau moment bahagianya pertunangan mereka harus di dengar dan di saksikan oleh seseorang yang tak di undang di belakang sana. Seseorang itu berapi-apai menatap sepasang kekasih yang nampak begitu mesra. Bahkan selama ini dia sendiri tidak pernah melihat Kevan begitu lepas tersenyum. “Bermimpilah Kevan. Aku akan menjadi saksi kehancuranmu. Aku tidak sudi melihat kamu bahagia dengan wanita kampung seperti dia. Kau hanya milikku seorang Kevan William Abraham. Camkan itu!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD