"Bunda cantik banget." Fia menatapku dengan kedua mata bulatnya. "Iya, 'kah?" Aku masih berdiri di depan cermin. "Iya." Fia mengangguk sambil tersenyum lebar. Bisa kulihat dari bayangan di cermin. "Hari ini ada rapat penting. Bunda harus tampil sebaik mungkin di depan para anggota rapat." Kubenahi kembali ikatan rambutku. "Semoga berhasil, Bunda." Fia mengangkat lengan kanannya ke atas. "Oke. Sekarang Bunda antar kamu ke sekolah, habis itu langsung ke kantor," ajakku setelah berbalik ke arahnya. "Oke!" Fia memberi jempolnya. Kuraih tas di atas kasur. Tanpa sengaja kedua mata menyerobok benda di sudut ranjang. Boneka pemberian Pak Arif tempo hari. Masih terbungkus rapi. Karena Fia tidak mau menerimanya. "Ini hadiah ulang tahun dari Om," ucap Pak Arif hari itu. "Enggak usah, Om. Ter

