Wife 10

1101 Words
"Lepaskan...lepaskan...!!" sekuat apapun Sekar berontak rasanya akan percuma karena memang sejatinya kekuatan wanita akan berada dibawah kekuatan seorang pria. Evan berniat segera pergi dari sana tentunya dengan membawa Sekar sebelum Hito kembali, ia sudah membayangkan bagaimana nanti dirinya bisa ikut bersenang-senang dengan tubuh Sekar. tiba-tiba saja pria itu sudah berdiri begitu dekat dengan Evan dan Sekar, matanya memerah menahan amarah ketika melihat Evan yang masih menjambak rambut Sekar, Hito berjalan mendekat. Ia langsung mencekik leher Evan tanpa sedikitpun reaksi dan suara, begitu datar seolah bukan hal besar, ia memang begitu ahli dalam menguasai perkelahian, bahkan Evan sama sekali tidak berkutik. tangannya yang dipakai untuk menjambak rambut Sekar lunglai, sehingga kepala Sekar terjatuh ke lantai, karena memang tadi Evan menarik Sekar yang masih duduk mengesot. Mata Hito memandang tubuh Sekar yang lemah tak berdaya bahkan untuk sekedar berdiri dari jatuhnya, seperti sinyal bagi Hito, ia kembali menatap Evan seolah mampu membunuh pria itu saat ini juga. Hito melepaskan cengkramannya dileher Evan.. ooh bukan.. bukan untuk memaafkan perbuatan pria b******k itu. Ia justru secara membabi buta memukul wajah Evan. satu kesalahan Evan, ia telah membangunkan serigala liar didalam diri Hito. Bahkan dengan santainya ia memukuli Evan seolah hanya debu yang menghalangi jalannya. "Hito...jangan Hito!" Teriak Sekar, wanita itu begitu takut terjadi sesuatu dengan Hito, tapi bukan berarti ia ingin memaafkan Evan. secara nalurih saat mendapatkan celah Evan mencoba berjalan mundur, seiring Hito yang ikut mengejar langkah kaki pria itu. Kini Evan sudah tidak bisa lagi pergi karena Hito sudah menguncinya, tubuh Evan yang merapat ditembok sudah tidak bisa lagi bergerak sama sekali. "Bisa-bisayah lo dateng kesini dan nyakitin Sekar!!" Teriak Hito tepat diwajah Evan yang sudah berlumuran darah. "Ampun-ampunin gue.. gue mohon kasihanin gue..." Evan sudah bagai tikus yang memohon diselamatkan dari terkaman singa jantan. "apa kasihan? apa lo pernah kasihan sama Sekar, dia lo nikahin cuma buat dijual. gue emang ba-jingan tapi gue gak pernah berfikir se-b***t yang lo lakuin" Teriaknya kembali seraya menarik kerah Evan, bersamaan dengan Sekar yang tersadar akan perasaannya selama ini. Wanita itu begitu terperangah dengan semua pembelaan Hito padanya, sekarang tak ada alasan lagi bagi Sekar untuk takut, karena ia yakin selamanya ia akan dilindungi oleh Hito, dan semua itu cukup menjadi bukti jika Hito pria yang pantas dicintai, meski terkadang cinta tak perlu pembuktian. Diam-diam Evan mengeluarkan sebuah pisau belati dari kantung celananya. "Hito awas....!!" Teriak Sekar, ia berusaha berdiri untuk mengatensi Hito, tapi sayangnya tangan Evan jauh lebih cepat. Ia berhasil menusuk perut kiri Hito, menancapkan pisau itu begitu dalam. "Hhahaha...." Evan sesaat tersenyum licik karena menganggap telah berhasil meluluhkan Hito. "Mulai sekarang lo gak bisa nghalangin gue buat ngejual cewek itu, dia istri gue! gue berhak atas dia" "bbbuuuggghhh...." sekali lagi Evan menumbuk luka Hito dengan lututnya yang dinaikan keatas. buru-buru Sekar menghampiri Evan ia menarik pria itu cukup kuat dari arah samping. "Dasar cewek sialan!!" Teriaknya saat merasakan tumbuhnya limbung, ia hampir saja ingin menyakiti Sekar kembali, tapi Hito cepat bereaksi, ia menyikut kaki Evan sesaat Evan terjatuh Hito langsung menaiki pria itu, menarik pisau yang tadi tertancap diperutnya dan ingin menghunuskannya tepat kemata Evan. "Jangan.. jangan.. gue gak mau buta" Evan sudah menangis tersedu, ia tahu Hito yang sekarang sangat tidak mungkin di hindari, Evan hanya mendongak menatap Sekar seolah meminta pertolongan. "Tolong aku Sekar.. kamu tidak inginkan punya suami cacat" Mohonnya dengan masih menjengkelkan. Sekar hanya menatap Hito, ia seperti tak mengenali pria yang ada diatas Evan, begitu banyak kebencian yang tersirat diwajahnya, dan entah mengapa Sekar tidak suka. Ia lebih suka menatap Hito yang sedang tersenyum menampilkan lesung pipinya yang membuat pria itu terlihat begitu manis. "Hito jangan. aku mohon!" Lirih Sekar, Hito menatap Sekar dengan pandangan sulit diartikan, tetapi perlahan pisau itu lunglai dari tangannya, ia melempar pisau itu jauh, dan segera memukuli Evan lagi dengan tangan kosong. Evan sudah tidak berkutik, bahkan hanya untuk sekedar menarik nafas, apa yang dilakukan Hito padanya serasa meremukkan tulang bendulangnya. Sedang Hito ia sudah turun dari tubuh Evan, sesekali ia berdesis menahan rasa sakit pada luka tusuknya. "Hito..." Panggil Sekar, ia mendekat ke pria itu sambil ikut memegangi lengan Hito yang sedang meremas lukanya, Sekar bahkan sudah menangis melihat begitu banyak darah segar mengucur deras dari perut pria itu. "Kita ke rumah sakit..." Ajak Sekar dengan suara parau menahan kesedihannya juga kegugupannya. "Jangan..." Hito justru menarik kembali tangan Sekar. "Kenapa? kau bisa kehabisan darah jika seperti ini terus" Sekar menangkup wajah Hito mendekatkan kewajahnya berharap Hito tahu betapa khawatirnya ia dengan keadaan pria itu. "Aku tidak ingin kerumah sakit" Ucap Hito mengeleng, Perkataan Hito bukan sekedar pernyataan pria itu, ia sedang memelas ke Sekar agar wanita itu mengerti jika Hito benar-benar benci ke rumah sakit. "Baiklah.. ayok kita rawat lukamu" Sekar berusaha membopong Hito, ia sama sekali tidak peduli dengan Evan yang juga terkapar dengan luka yang parah. "Takk...ttakk.. taakkk..." Novi wanita yang pernah Sekar lihat waktu itu datang kembali, ia langsung berlari kearah Hito dengan wajah yang sama cemasnya. "Kamu kenapa? pantas saja sejak tadi aku menunggumu, tapi belum juga datang, ternyata kamu disini terluka!" Ucap wanita berambut coklat itu, ia sedikit melirik kearah Sekar seolah wanita itu tak pantas memegangi Hito. bahkan tanpa segan Novi menggubris tangan Sekar dan menggantikan dirinya untuk membopong Hito "Aku yang akan mengobatimu!" Novi terlihat sangat sibuk mencari kotak P3K dirumah itu, dan Sekar tetap setia memperhatikan Hito, dan saat mata Hito terbuka, pria itu hanya menatap kearah Sekar, ia tidak terlihat peduli sama sekali dengan Novi yang sedang berusaha mati-matian menyembuhkan lukanya. "Kau bisa pergi Nov, dan tolong telepon Riski, minta ia untuk membuang pria tengik itu ke jalan" Ucap Hito seraya mendorong lengan Novi yang disebelahnya. Sekarang ia merasa butuh istrirahat dan tentunya tetap ditemani oleh Sekar. "Engga sayang.. aku mau disini nemenin kamu!" Novi sedikit menolak, dan tanpa segan ia bergelayut manja didada Hito. "Novi pergi dari sini!" Ulang Hito yang betul-betul kesal dengan ulah temannya itu. Apalagi wanita itu berlaga seperti kekasihnya Hito. Novi pergi dengan setengah bergerutu, karena ia sangat tidak suka dengan sikap Hito padanya apalagi didepan wanita lainnya. "Kau ingin membuang Evan kejalan?!" Tanya Sekar memastikan, matanya melihat Evan yang belum juga bangun dari pingsannya, tapi justru Hito menganggap wanita itu masih memiliki perasaan pada suaminya. "Hhhaaah... kau masih memperdulikannya?!" Seringai Hito malas, ia sadar wanita seperti Sekar memang akan selalu membela orang lemah, an dengan mudahnya merasa iba saat melihat orang lain terluka. "Tidak..!! aku justru berharap kau membuangnya ke sungai yang dipenuhi banyak piranha!" Balas Sekar spontan berdiri, ia mengepal kuat, ia ingin ikut memukul Evan, tapi Hito langsung menahannya. "Jangan gadis sepertimu tidak baik berbuat kasar" Ucapnya sambil memeluk pinggul Sekar dari arah belakang. Bersambung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD