Wife 9

1290 Words
Sementara Samuel yang begitu murka dengan Hito, tengah mencari Evan kembali. Ia tak terima karena ulah Evan, Fredy. Customer kelas kakapnya jadi marah besar. Flashback On. Fredy terbangun dengan rasa sakit disekitar tulang lehernya, dan saat ia mencoba berdiri kakinya seakan lunglai tak berdaya. Ia tahu seseorang yang tadi memukulnya bukan orang sembarangan, segera lelaki tua itu berteriak. "Heii... penjaga! Penjaga cepat masuk!" Geramnya, dengan cepat datanglah para penjaga yang Fredy maksudkan. "Segera temui lelaki bre-ngsek itu aku tidak akan pernah terima dengan perlakuannya padaku!" Fredy langsung berniat menelpon Samuel memberitahu pria itu tentang sikap bawahannya. Sam menatap layar ponselnya dengan senyum miring, ia pikir Fredy akan menceritakan rasa puasnya ia dengan mangsa yang Sam antar. Tapi saat lelaki itu mengangkat telepon dan mendapati Fredy yang marah-marah membuat Sam menggeram kesal. Ia sangat tidak menyangka jika Hito berani menghianatinya, seakan menusuk lelaki itu dari belakang. Flashback Off "Temukan Hito kalau tidak bisa seret Evan, buat ia bisa kembali menemukan gadis itu!" Titahnya ke Baim. Ia sangat tidak terima kehilangan Hito. Baru saja Evan bisa bernafas lega, nyatanya kedua orang suruhan Samuel kembali menculiknya. "Tunggu saya sudah memberikan seorang wanita untuk dijual tapi kenapa kalian masih menangkap saya?" Herannya. "Ini karena wanita itu kabur sebelum dinikmati oleh Fredy." Mendengarnya membuat Evan mendelik gusar. Ia kembali membayangkan bagaimana nasibnya nanti. "Kasih aku waktu untuk mencari wanita itu lagi.. ak.. aku janji akan menemukan gadis itu lagi" janji Evan tapi rasanya percuma, karena Sam yang sedang dilanda rasa kesal luar biasa. Langsung meninju wajah Evan dengan tangannya sendiri. --- Sekar sedang memandang dunia luar dari jendela kecil yang ada diatas genteng, ia sedang menunggu Hito pulang. Entah sejak kapan Sekar tanpa sadar selalu menunggu pria itu meski ia tak tahu apa yang dilakukan pria itu diluar sana. Sekar memandangi kemeja Hito, ia mengelusnya seolah tengah mengelus d**a pria itu, tadi sebelum pergi Hito dengan santainya membantu Sekar mengguntingi ujung rambutnya karena sebagian terbakar api saat kebakaran kemarin. Mereka juga gantian memakaikan salep ke luka bakar masing-masing. Sekar merasa lucu sendiri dengan sikap Hito, ia sama sekali tidak terlihat se-so sweet itu. tapi nyatanya pria itu mampu melakukan hal-hal yang bisa membuat Sekar bahagia. suara derit pintu terbuka, Sekar langsung tersenyum senang karena artinya Hito sudah pulang. "Hito..." Panggilnya, tapi Hito justru cuek, ia bahkan langsung tidur. "Kamu dari mana saja dari tadi?" Sekar berusaha ramah, ia sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya apalagi pria itu kini tercium bau alkohol, tertidur dengan masih memakai sepatunya. Dulu Sekar begitu benci dengan orang-orang seperti itu, tapi entah mengapa dengan Hito ia rela membukakan sepatu Hito agar tidurnya lebih nyaman. "Jangan..." Hito terperanjat saat Sekar berusaha membukakan sepatunya, ia tak enak dengan Sekar. Tapi justru Sekar dapat melihat banyak kissmark disekitar leher Hito. "Eemmm...kamu abis minum-minum lagi sama wanita yang kemarin?" Tanyanya dengan nada sedikit curiga. "Kenapa?!" Hito justru balik menanyakannya dengan mimik wajah jahil. "Enggapapa..." Jawab Sekar cepat seraya tertunduk. "Aku menyukai saat para wanita itu mencumbui diriku" Jujur Hito, ia tahu Sekar telah melihat tanda yang sengaja ia buat, agar Sekar masih berfikir ia lelaki b******n, setidaknya Hito tahu jika kini Sekar mulai tidak takut padanya. "Hhaaah... apa kamu gak malu mengakuinya?" "Kenapa harus malu? aku lelaki dewasa jadi normal untuk ku bercumbu." "Hhhaaah.. kenapa tidak menikah saja?!" "Tidak aku tidak suka pernikahan...!" Pria itu menolaknya dengan sangat santai, seperti hanya sedang berpura-pura tidak suka. "Seorang istri bisa terus berada disisimu saat senang ataupun sedih" Jelas Sekar dengan perasaan berdebar, tiba-tiba saja hatinya berharap Hitolah yang menjadi suaminya kelak. "Tapi nyatanya kamu bahkan tidak bersama suamimu sekarang, kamu justru bersamaku" Mendengarnya membuat Sekar melotot kearah Hito tidak terima, ia tak suka dikaitkan dengan Evan lagi. "Dia bukan suamiku, ia hanya pria b***t yang berhasil membohongi aku dan ibuku" "Lagipula bermain dengan wanita malam, bukankah bisa menimbulkan penyakit, seharusnya kau juga tahu itu" tambahnya berniat meledek Hito. "Ya..tapi aku tidak bisa berhenti. kecuali jika kau mau menjadi jal*ngku" Desis Hito mendekat ke wajah Sekar, sebenarnya wanita itu ingin sekali marah dan menampar pipi pria yang didepannya, tapi apa yang dikatakan selanjutnya oleh Hito membuat Sekar merasa terombang-ambing oleh perasaannya sendiri. "Jika kamu mau, aku berjanji tidak akan bermain-main dengan wanita lainnya, selamanya hanya denganmu, selamanya menjagamu, aku berjanji tidak akan pernah membuatmu menangis" ia mengatakannya sambil membelai pipi Sekar, Sekar sendiri hanya menatap Hito dalam diam. meski hatinya bergerak ingin menyetujui semua kata-kata pria itu, tapi ia tak akan mungkin melakukannya. "Aku hanya bercanda.. kau tidak perlu memikirkannya!" Sahut Hito santai seraya mengacak rambut Sekar. Ia Meninggalkan Sekar naik kelantai atas, tertidur dengan menutupi wajahnya. Pagi-pagi sekali seperti biasa Hito pergi sebelum Sekar bangun, ia memang tak ingin bertemu Sekar. dan seperti biasa pula Sekar diliputi rasa kesepiaan yang dalam. Ia selalu, dan selalu berharap bisa mengerti Hito seutuhnya. Tanpa sengaja Evan bertemu Hito yang baru saja keluar, ia yakin Sekar ada bersama pria itu, senyum licik menghiasi wajahnya saat ia yakin Sekar sendiri didalam rumah megah itu. Setelah cukup yakin Hito tidak akan kembali ia mulai menjalankan rencananya berjalan mengendap-endap memasuki pelataran rumah, dan dengan cepat ia membuka pintu rumah yang memang tidak dikunci itu. Evan memperhatikan setiap sudut ruangan, mencari keberadaan Sekar. Saat ia mendengar suara dari atas loteng, ia mulai menaiki anak tangga. Bibirnya tersenyum puas saat melihat Sekar. "Evan...!" Mau apa kau!" Pekik Sekar ketakutan, ia mengambil benda apapun yang ada disampingnya, dan sialnya hanya ada sebuah kemonceng yang tidak akan banyak membantunya. "Tolong jangan mendekat!" Perintahnya seraya berjalan mundur dan Evan yang terus maju. "Hahahhaa.. dasar gadis jal*ng, kau lebih memilih bersama lelaki bajing*n ketimbang suamimu sendiri?!" Sarkasnya. "Kau bukan suamiku! kau hanya penipu!" Teriak Sekar berusaha melempar barang apapun yang bisa ia raih. Sebuah vas bunga mengenai pipi Evan sampai berdarah. Lelaki itu mendekat tangannya dengan enteng menampar pipi Sekar keras. "Plaaakk... dasar cewek gak tahu diuntung! gue udah berbaik hati naikin derajat lo jadi simpenan orang kaya, lo malah mau jadi simpenan cowok gak jelas macam dia!" Sahut Evan kasar. Air mata Sekar keluar begitu saja, tapi kali ini ia tak ingin lemah. "Hito jauh lebih baik dari lelaki sampah macam kau! Desisnya dipenuhi amarah. "Plaaakkk..." satu tamparan lagi menghiasi pipi merah mudanya, dan Sekarang tangan lelaki itu menjambaknya dengan keras. "Aaaawwwwkkk.. lepaskan.. lepas...!" Sekar berusaha mati-matian melepaskan pegangan Evan, ia sampai mengigit tangan lelaki itu keras. "Aaaawwwkkk... sialan, dasar cewek jal*ng!" Gerutunya tidak terima, Sekar ingin kabur dari sana. Tapi tangannya keburu dicekal lelaki itu. Bahkan dengan tega Evan memendang perutnya. "Aaahhh.. aahhhkkk...!" Sekar menatap Evan dengan dipenuhi kebencian yang dalam, ia yang sejak dulu tak pernah sekalipun membenci orang sekarang jadi tahu manusia seperti apa yang layak untuk dibenci. "Hito pasti akan datang menolongku, aku akan balas perlakuanmu terhadapku!" Ancamnya, ia ingat bahkan semut saja bisa mengigit kala diganggu. Dan sebagai manusia, ia tak akan menerimanya begitu saja. "Bbbuuuggghh...!" Evan kembali menendang tubuh Sekar menjadikannya seolah hanya karung beras. Membuat Sekar memuntahkan darah segar dari bibirnya. Tanpa memberikan jeda, Evan kembali menjambak rambut Sekar keras. Ia berniat menyeret wanita itu untuk diberikan ke Samuel lagi, bahkan Evan tidak peduli jika Sekar menuruni anak tangganya sambil terseok. --- Sementara Hito tengah duduk ditaman, ia terus memikirkan pembicaraan antaranya dengan Sekar... akhir-akhr ini hatinya selalu merasa terganggu dengan perhatian Sekar, ia yakin jika dirinya memikili perasaan khusus kepada teman buronannya itu, tapi ia ragu, bisakah lelaki sepertinya membahagiakan Sekar? Tiba-tiba saja kunci rumah yang ada dikantungnya jatuh, Hito mengambilnya. Aahhkk... Hito baru ingat ia bahkan lupa menguncinya sebelum pergi, itu semua karena ia yang selalu kepikiran tentang Sekar. 'Sekar? Tunggu! itu artinya wanita itu sendirian dirumah dengan pintu yang tidak terkunci bagaimana jika ada yang masuk? pasti Sekar gak tahu, karena ia berada diatas loteng.' Pikirnya Buru-buru Hito kembali kerumah, sepanjang jalan ia terus meruntuki kelalaiannya itu. --- bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD