dua

1140 Words
Radha memarkirkan mobilnya di halaman parkir café milik sahabatnya, Viona. Radha memasuki café yang menyambutnya dengan aroma pekat biji kopi dan melemparkan senyum ke sahabatnya yang tengah berbincang melalui ponselnya. "Nanti saya telefon lagi." KLIK. Viona menghampiri Radha dan memeluknya erat. "Hey congrats ya akhirnya lo lulus juga! Kapan wisudanya? Rencana mau kerja dimana?" Tanya Viona bertubi-tubi. Viona menarik tangan Radha lembut dan duduk di salah satu tempat duduk café yang agak memojok ke dalam. "Well gue bakal wisuda sekitar 2 bulan lagi dan... entahlah, gue juga bingung mau kerja dimana," jawab Radha jujur. "Lo udah ngelamar di kantor apa Ra? Apa mau lanjutin usaha bokap lo?" Tanya Viona, ia melambaikan tangan kearah pegawainya untuk membawakan buku menu. "Mau minum apa? Gue mau traktir yang baru selesai sidang nih." Radha mencibir pelan yang disambut gelak tawa Viona. "Kita cuma beda beberapa bulan ini lulusnya dan wisudanya barengan lagi." Radha meraih buku menu dan menyerahkan kembali ke Viona. "Green tea latte sounds great." "Eh jawab pertanyaan gue dong," seru Viona tiba-tiba. Radha menghela nafas panjang dan menggelengkan kepalanya. "Entahlah Na, gue nggak yakin bisa kerja di perusahaan papa." "Lho kenapa?" Radha membasahi bibir bagian bawahnya dan menjawab. "Perusahaan papa terancam bangkrut." "Ya ampun!" seru Viona spontan, ia menggenggam jemari Radha kuat. "Yang sabar ya Ra, gue yakin perusahaan papa lo pasti bakal baik-baik aja. Percayain semuanya ke Tuhan." "Makasih banyak ya Na." Radha membalasnya dengan senyuman. "By the way... Lo tahu Dexter Group tidak?" Viona yang sedang memainkan smartphone-nya segera mendongak. "Ya tahu lah. Why?" "Emang itu perusahaan besar banget ya?" Tanya Radha was-was. "Of course! Dexter Group atau bisa disebut Dexter Company itu perusahaan yang bergerak di bidang mining dan mereka udah ngelebarin sayapnya ke bidang perminyakan. Nggak tahu lagi deh mau perbesar ke sektor apa, denger-denger sih agraris dan yang harus lo tahu, CEO mereka itu masih muda dan ganteeeng banget!" cerocos Viona. Radha mangut-mangut mendengar penjelasan Viona. "Memangnya kenapa? Tumben lo nanya-nanya kayak gini. Biasanya lo'kan nggak tertarik mengenai perusahaan-perusahaan gitu." "Yaah cuma kalau misalnya gue bisa kerja di perusahaan bokap 'kan biar nggak kelihatan bodoh banget gitu lho Na," bohong Radha yang dibalas gelak tawa oleh Viona. "Yaelaah Ra! Siapa sih yang mau ngatain lo? 'Kan lo anak pemilik gitu loh dan juga punya abang super cakep yang jadi direktur keuangan disana." Memang, Viona pernah menyukai Kris tetapi mereka tidak pernah berpacaran dan Radha bersyukur karena hal itu, meskipun Radha menyayangi Kris tetapi Radha tidak bisa membantah kalau kakaknya itu benar-benar b******k jika berpacaran dan pria itu dicap playboy seantero SMA dulu. Kakaknya juga bukanlah tipe laki-laki yang mau berkomitmen, itulah penyebabnya kenapa Kris sampai sekarang belum menikah padahal usia kakaknya sudah menginjak kepala 3. Radha berharap Viona masih tidak mengharapkan kakaknya, sungguh. "Hoi, hoi, hoi!" Radha dan Viona menoleh mendapati Layla dan Reagan yang datang. "Kalian darimana aja? Lama banget! Gue sama Radha udah nungguin daritadi loh," keluh Viona. Layla tertawa dan mencubit pipi Viona. "Yeuu ngambek." Lalu duduk disamping gadis itu sementara Reagan memilih duduk disamping Radha. Mereka pun terlibat dalam pembicaraan yang cukup membuat Radha lupa sejenak akan permasalahan yang menimpa keluarganya. *** "Jadi bagaimana Kris? Apakah pihak dari Dexter Group mau memberi kita kesempatan untuk membayar setelah tenggat waktu yang diusulkan?" Tanya Eva dengan was-was. Radha sendiri turut mendengarkan pertanyaan Ibunya ke kakaknya dengan raut khawatir, Kris mendesah pasrah dan menggeleng. "Sepertinya tidak, ma. Aku sudah berusaha tetapi CEO mereka tampak tidak akan mengubah keputusannya." Eva mulai menangis sesenggukan, Kris menarik Eva perlahan kedalam pelukannya. "Maafin Kris ya ma... Kris benar-benar nyesal... Kris janji, setelah kita keluar dari masalah ini. Kris tidak akan melakukan hal bodoh seperti ini untuk kedua kalinya." Radha beranjak dari sofa yang ia duduki menuju kamarnya, ia menyalakan laptopnya dan mencaritahu tentang Dexter Group. Bagaimana bisa CEO perusahaan itu tidak memiliki belas kasihan terhadap keluarganya? Bukankah kalau tidak salah, perusahaan Ayahnya dengan Dexter Group pernah menjalin kerjasama? Radha benar-benar tidak habis pikir. Berbagai artikel dan foto bermunculan menyajikan mengenai kesuksesan Dexter Company dan tak lupa, ketampanan CEO-nya. Radha membuka foto tersebut, ia penasaran memangnya setampan apa sih CEO Dexter Group. Dan yah tidak munafik, Radha memandangi foto itu lama, 'Tampan juga,' batinnya mau tak mau mengakui ketampanan pria itu. Radha membaca caption foto itu. "Maximilian Archangelo Dexter, CEO Dexter Company dengan Presiden RI." Rahang pria itu tajam, alisnya tebal, dan bibirnya benar-benar sexy. Dengan cepat Radha menepuk-nepuk pipinya, 'Yaampun Radha! Dia itu pria yang nggak mau ngebantuin perusahaan papa kamu! Kamu nggak boleh muji dia ganteng, oke?!' Radha akhirnya menutup tab internetnya dan mematikan laptopnya. Kalau memang Dexter Group serius menagih utang keluarga mereka, apa yang harus Radha lakukan? Dimana keluarganya akan tinggal? Kakek dan nenek dari pihak Ayahnya sudah meninggal dan Radha yakin saudara Ayahnya yang lain tidak akan mau membantu, para saudara dan sepupu Ayahnya merupakan orang yang licik dan rela melakukan apapun demi uang. Sedangkan kakek dan nenek dari pihak ibunya juga bukanlah orang yang kaya dan tidak akan mampu membantu memberikan sumbangan dana bagi perusahaan mereka, begitu pula dengan para saudara ibunya yang hanya mendatangi Ibunya kalau membutuhkan uang. Radha meremas rambutnya frustasi. 'Ya Tuhan tolong beri aku kekuatan agar bisa melewati badai ini...' *** Dengan hati yang masih dipenuhi kebimbangan, Radha memutuskan untuk membulatkan tekadnya. Sebenarnya ia tidak tahu apa yang ia lakukan ini benar atau salah, tetapi setidaknya ia ingin membantu kedua orang tuanya. Selama ini orang tuanya mengerti keinginannya untuk tidak terjun dalam dunia bisnis, orang tuanya juga memaklumi segala sikap Radha yang anti-sosial terhadap lingkaran sosialita maupun keluarga besarnya. Radha sendiri tidak dekat dengan sepupu, om, maupun tantenya, tetapi orang tuanya tidak pernah memarahinya ataupun memaksanya. Mengingat segala perbuatan orang tuanya membuat Radha sedih sendiri. Andai saja Adam dan Eva mau memaksa Radha untuk terjun dalam dunia bisnis membantu Kris, setidaknya ia bisa mencegah hal ini terjadi. Tapi, apa boleh buat? Tidak ada yang tahu Kris bisa khilaf seperti ini. Radha keluar dari kamarnya dan melihat kedua orang tuanya tengah berada di meja makan, Eva tengah membuat sarapan sementara Adam meminum teh. Sebagian besar asisten rumah tangga mereka telah mereka rumahkan terlebih dahulu dan mereka mengerti bahwa kondisi keuangan majikannya tengah memburuk. Hanya tersisa dua asisten rumah tangga yang membantu mengurus rumah dan membantu Adam apabila penyakit pria itu kambuh. "Ma, pa, Radha akan menemui CEO Dexter Group." Perkataan Radha membuat kedua orang tuanya berhenti mengiris roti yang menjadi sarapan mereka. "Kenapa, nak?" Tanya Eva bingung. "Radha akan coba berbicara dengan CEO Dexter Group. Kak Kris dan Kak Mimi sudah berupaya untuk menyelamatkan perusahaan dan keuangan keluarga kita, hanya aku yang tidak melakukan apa-apa. Aku harap CEO Dexter Group bisa mendengarkan perkataanku kali ini untuk memberi waktu lebih lama dalam membayar hutang perusahaan kita." Hati Adam dan Eva terenyuh mendengar perkataan jujur Radha. "Terima kasih banyak, anakku," ujar Adam dengan sungguh-sungguh. "Terima kasih banyak."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD