Red - 83

1948 Words
Saat ini situasi di tengah arena dihebohkan dengan kemunculan puluhan-atau bahkan-ratusan ninja yang berpakaian serba hitam, menutupi seluruh tubuh mereka kecuali daerah sekitar mata. Para ninja itu berdiri secara bergerombol, memenuhi lapangan dengan semua perhatian terfokus pada Paul yang kini sedang ada di tengah-tengah lapangan, mencekik dan mengangkat leher Victor Osvaldo dengan tangan kanannya. Tentu saja, seluruh ninja memandangi Paul dengan tatapan yang sangat tajam sebab saat ini dia sedang menyakiti bos kebanggaan mereka, itulah kenapa masing-masing dari mereka tampak mendesah kesal dan memasang kuda-kuda p*********n, tapi mereka tidak bisa asal menghajar orang lain, karena harus menunggu perintah dari bos mereka, Victor Osvaldo. “Ninja, ya?” Menoleh dan mengamati ninja-ninja yang ada di sekelilingnya, Paul hanya mendengus dengan terkekeh. “Aku baru ingat kalau kau juga punya bawahan sebanyak ini, terakhir kali aku melihat ninja-ninja menjengkelkan ini saat aku digendong dan dibawa pulang dari Kota Sablo ke Kota Swart oleh mereka, setelah menyesaikan masalah Naomi di sana. Aku tidak percaya akan melihat mereka lagi, terlebih sekarang aku menjadi incaran mereka semua,” Paul tersenyum tipis sembari menurunkan tubuh Victor Osvaldo ke permukaan lapangan, kemudian ia melepaskan cekikan tangannya di leher Si Bangsawan Berambut Emas dan membiarkan orang itu beraksi sesukanya. Sebetulnya Paul bisa saja tidak membebaskan Victor dari cekikannya, tapi itu bakal jadi masalah karena saat ini ada banyak ninja yang mengelilinginya, itulah kenapa dia mengambil jalur aman terlebih dahulu dalam menghadapi kejadian ini. Meskipun begitu, Paul tidak melakukan itu karena takut atau merasa terancam oleh kehadiran ratusan ninja tersebut, malah sebaliknya, matanya terbuka lebar dan mulutnya tersenyum lebar. Paul benar-benar gembira menyadari bahwa di sekelilingnya ada banyak bahan untuk dijadikan sebagai tempat pelampiasan kemarahan yang terpendam. Hadirnya ratusan ninja di sekitarnya membuat Paul jadi merasa beruntung, bahkan sangat beruntung, sebab dia tidak bosan lagi karena dia bisa membantai manusia berjumlah banyak di lapangan ini, tanpa harus khawatir dirinnya dimasukkan ke dalam dipenjara. “Hah… Hah… Hah…,” Setelah terbebas sempurna dari cekikan tangan Paul, Victor memegang lehernya dengan terengah-engah, mengambil napas sebanyak mungkin untuk mengisi kesesakan yang sebelumnya dirasakan. Sungguh, dengan ini dia sudah dicekik dua kali oleh Paul, tepatnya setelah kejadian di ruang pembawa acara tempat para gladiator bertanding, di mana pertama kalinya mereka bertemu dan memantik suatu konflik besar. “Aku senang sekali kalau kau masih mengingat mereka, jujur saja, aku terkadang lupa pada keberadaan mereka walau aku tahu, mereka selalu mengintai dan mengikutiku dari kejauhan tiap saat.” “Begitu, kah?” Paul tersenyum miring merendahkan. “Lalu, sekarang kau mau melakukan apa dengan memanggil ninja-ninja setiamu ini?” tanya Paul dengan menaikan sebelah alisnya, tampak tidak peduli dengan kehadiran ninja-ninja hitam itu. “Mengeroyokku? Memburuku? Membunuhku?” Di sisi lapangan, Koko merapatkan dua tangannya, keringat bercucuran di wajah dan tangannya, Si Lelaki Cantik itu terlihat gelisah dan resah, mengkhawatirkan situasi pertandingan yang sedang berlangsung, tepatnya saat ia melihat pasangannya telah memanggil ratusan ninja dan Sang Mentor sama sekali tidak terpengaruh oleh itu, malah sebaliknya, mentornya malah tampak bahagia. Itu aneh. Terlalu aneh. Tapi untuk saat ini, Koko hanya bisa percaya dan berusaha agar ia dan Victor bisa menaklukkan Paul dan lolos ke babak berikutnya, semoga saja begitu, karena akan sangat memalukan jika mereka berdua gagal dalam babak pertama ini, soalnya ini baru permulaan dan tidak mau ketinggalan sesuatu dari teman-temannya yang lain. Menggelengkan kepalanya, Victor memberikan jawaban atas pertanyaan Paul dengan gaya yang santai d an biasa-biasa saja. “Tidak, aku tidak akan langsung memerintahkan mereka untuk membunuhmu, karena aku masih punya perasaan. Aku tahu rasanya dikeroyok oleh banyak orang, apalagi mereka asemua adalah para ninja yang pandai bertarung, itu bisa sangat membahayakan.” “Aku tidak tahu harus kesal atau senang mendengarnya,” kata Paul dengan mengemeletukkan gigi-giginya sekuat mungkin saking gemasnya pada Victor setelah lelaki berambut emas itu mengatakan hal tersebut. “Tapi yang jelas aku tahu kalau sekarang kau sedang meremehkanku,” Paul mengepalkan dua tangannya, keningnya jadi berurat, ia tampak sangat jengkel setelah mendengar perkataan-perkataan Victor barusan. “Jangan kira hanya karena kau punya ‘senjata-senjata hidup’ seperti mereka, aku akan ketakutan dan memilih menyerah, itu sangat mustahil, b******k!” “Apa yang kau bicarakan, Paul?” Victor memiringkan kepalanya, terlihat tidak paham mengapa Paul bisa berkata begitu. “Apakah kau berpikir aku sedang meremehkanmu hanya karena aku punya bawahan-bawahan ninja seperti mereka? Kau salah paham, Paul. Meskipun memang benar aku meminta bantuan pada mereka untuk mengalahkanmu, tapi aku sama sekali tidak berniat untuk meremehkanmu, aku tidak punya waktu untuk sekedar merasa sombong di sini karena situasinya sedang tidak memungkinkan.” “Tidak memungkinan apa? Kau ini terlalu banyak bicara, jika kau memang ingin mengalahkanku, maka perintahkan mereka semua untuk menyerangku sekarang juga! Aku sudah tidak sabar ingin menghantam dan menghajar mereka! Agar kau bisa tahu kalau aku tidak selemah yang kau pikirkan!” “Kau ini kenapa?” Victor menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak paham mengapa Paul jadi terkesan jengkel padanya. “Sudah kubilang, aku tidak meremehkanmu sedikit pun di sini, Paul. Aku malah takut padamu, dan itulah kenapa aku memanggil ninja-ninjaku agar mereka bisa melindungiku dan bertarung melawanmu.” “Jangan banyak omong! Sudah cepat lakukanlah! Perintahkan mereka untuk menyerangku, Bodoh!” Menyeringai kecil, Victor merasa senang. “Serang dia.” Mendengar intruksi dari Victor Osvaldo, sontak semua ninja yang ada di sekeliling arena langsung bergerak dan menyerbu Paul yang berdiri tepat di tengah-tengah lapangan, mereka semua bergerak sangat cepat, layaknya bayangan yang berhembus-hembus secepat kilat. Menyadari bawahan-bawahannya akan memulai sebuah p*********n pada Sang Mentor, Victor dengan menyeringai senang, langsung memundurkan langkahnya santai, sembari menikmati wujud mentornya yang sedang dikerubungi oleh para ninja bawahannya. Tentu saja, Victor juga berharap dengan memanggil mereka semua, dia bisa dapat meraih kemenangan dengan sangat mudah, sebab dia tidak mau buang-buang waktu dan tenaga terlalu banyak, juga dia pun tidak mau melihat Koko, yang merupakan seorang lelaki super cantik, harus kelelahan di pertandingan ini. Itulah kenapa Victor sangat senang saat melihat wujud Koko yang sedang berdiri di tepian arena, memandangi dirinya dengan senyuman tipis. Hanya dengan pasangannya yang tidak terluka saja, Victor sudah sangat bahagia, dia ingin memenangkan pertandingan ini tanpa harus mengorbankan Koko dalam pertarungan sengit melawan mentornya karena dia sadar pasangannya tidak sebanding dengan Paul yang brutal. Membayangkan Paul memukul wajah Koko saja, Victor berang, apalagi kalau itu sampai terjadi, dia mungkin bakal tidak terima dan marah setengah mati. “Hancurkan dia! Buat dia tidak bisa bergerak di pertandingan ini! Jangan beri dia kesempatan sedikit pun! Ingat itu!” seru Victor pada bawahan-bawahannya yang sedang menerjang Paul. Warna hitam kelam yang sekelebat-sekelebat terpampang di depannya, menandakan para ninja sedang serentak bergerak ke arah Paul. Sedangkan Paul, yang saat ini sedang menjadi incaran banyak ninja, terlihat berdiri tegap dengan menatap ke depan dengan hening. Kelihatannya Paul sangat tenang, sampai akhirnya dia langsung memiringkan kepalanya saat ada ninja yang mendekatinya dan berniat menusuk kepala belakangnya dengan pisau tajam. Lalu, Paul melompat tinggi saat menyadari ada tusukan-tusukan lain yang melesat dari berbagai arah, kemudian ketika ninja-ninja itu saling bertubrukkan, dan Paul masih melayang-layang di udara karena sedang melompat, Sang Mentor langsung sengaja mendaratkan dua telapak kakinya tepat di puncak kepala-kepala para ninja yang kebetulan ada di area yang cocok dengan pendaratannya. “Sial! Dia menginjak kepalaku!” “Ini berat sekali!” Dua ninja yang kepalanya terinjak oleh Paul, meringis kesakitan dan kaget saat Paul malah mendaratkan kakinya di puncak kepala mereka. Mengetahui incarannya sedang ada di atas, otomatis ninja-ninja yang lain langsung bersorak kencang dan ikut melompat menuju Paul sambil mengulurkan sebuah pisau tajam. Cepat-cepat Paul mengangkat kakinya dan berjalan-jalan di puncak kepala-kepala ninja yang ada di depannya. Setiap injakannya sangat dipenuhi penekanan dan cukup kuat, sehingga siapa pun ninja yang puncak kepalanya terinjak oleh Paul, sudah dipastikan dia akan meringis. Dan ternyata benar, ringisan-ringisannya jadi menyebar luas saat Paul melangkah dan melangkah di atas, membuat para penonton jadi terkagum-kagum dan beberapa ada yang tertawa melihat tingkah Sang Mentor yang konyol. Sementara Victor dan Koko, tampak kaget dan tidak menyangka bakal berakhir begitu, mereka kira Paul akan langsung dikalahkan, ternyata tidak semudah itu. Ini gawat, jika Paul berhasil mengatasi p*********n ratusan ninja, Victor dan Koko bakal berada di posisi yang membahayakan, karena mereka bisa saja didatangi Sang Mentor dan dihajar habis-habisan. “Apa kau melihatku, Victor b******k!” raung Paul dengan kakinya yang masih melompat-lompat dan menginjak-injak puncak kepala ninja, dia terlihat menyunggingkan sebuah seringaian sombong. “Bagaimana!? Apa kau kaget!? Kau pikir aku akan mati hanya karena dikeroyok oleh ninja-ninja semacam itu!? KAU SALAH! Malah sebaliknya, mereka terlalu mudah untuk kuatasi!” Menggigit bibirnya, Victor kesal melihat upayanya tidak berhasil untuk menumbangkan Sang Mentor, dia bingung harus menggunakan cara apalagi untuk menghentikkan Paul, tapi dia tidak bisa memikirkan apa pun selain kewaspadaan dan ketakutan. Victor harus meminta bantuan, tapi dia bingung harus mencarinya ke siapa? Melengak-lengokkan kepalanya ke segala arah, Victor memandangi ribuan penonton yang sedang menyaksikkan pertandingannya, mereka semua terlihat terhibur dengan aksi-aksi yang ditampilkan di sini, tanpa peduli pada para peserta yang mungkin saja bisa terluka atau bahkan tewas. Seakan-akan mengingatkan Victor pada beban dan penderitaan yang dipikul seorang gladiator yang selalu bertarung melawan rekannya sendiri demi hiburan dan juga uang. Entahlah, Victor jadi resah dan merasa menyesal karena dulu dia selalu membuat para gladiator menderita demi suatu hiburan konyol yang tidak bermakna, seharusnya dia tidak boleh melangsungkan acara pertandingan gladiator karena saat dirinya mengalaminya sendiri, rasanya ternyata sangat mengerikan dan menakutkan. Seolah-olah kau bisa tewas kapan saja di sini tanpa ada yang berempati, karena semua orang yang hadir di sini hanya menganggapmu sebagai hiburan, tidak lebih dari itu. Kalau pun ada yang terluka, para penonton tidak akan panik karena menganggap kalau luka-luka itu bakal langsung sembuh jika para peserta menyelam di kolam penyembuhan. Tapi jika dipikir-pikir, bukan itu masalah utamanya! Ya, memang benar, setiap peserta yang terluka, entah itu Sang Mentor atau Para Pahlawan, bakal langsung disembuhkan di kolam penyembuhan. Tapi memangnya kenapa? Tetap saja saat tubuhmu dilukai, rasanya bakal sangat perih dan menyakitkan walau kau tahu, kau pasti bakal pulih nantinya. Saat Paul sudah benar-benar mendarat di tanah dan menaklukkan nyaris sebagian kecil dari ratusan ninja-ninja itu, ia menolehkan kepalanya ke arah Koko, Si Lelaki Cantik Berambut Ungu Lebat, yang kini sedang berdiri tegap di tepian arena. Paul menajamkan pandangannya dan mulailah dia berbicara, “Hey, Koko! Kau ini sedang apa di sana, hah!?” Tatapan Paul jadi semakin tajam, dia tidak suka melihat keadaan yang ada di hadapannya. “Kenapa kau berdiri diam saja di sana? Apa kau tidak punya kebanggaan dan keberanian sebagai pahlawan untuk bertarung melawanku di pertandingan ini? Atau kau hanya menuruti kemauan si rambut emas tanpa peduli pada perasaaanmu, hah!?” Tentu saja Koko kaget saat Paul bilang begitu, karena itu sama saja Paul sedang merendahkan sekaligus mencurigai dirinya dan juga Victor dengan tuduhan bahwa mereka berdua telah bekerja sama dalam suatu rencana yang mengatur si bangsawan berambut emas lah yang maju bertarung melawan Sang Mentor sedangkan Si Lelaki Cantik dilarang untuk ikut ke dalam sebuah pertarungan. Padahal kenyataannya sama sekali tidak begitu, malah sebaliknya, Koko selalu menegaskan bahwa dia tidak mau dianggap sebagai beban dan ingin ikut bertarung melawan Sang Mentor. Sekarang, Koko sedang berdiri di tepi arena seolah-olah seperti sosok perempuan yang hanya sedang menyemangati kekasihnya yang sedang bertanding, tapi itu bukan kenyataan karena dia sejatinya keras kepala ingin ikut andil ke dalam pertarungan. Cepat-cepat saja Koko menjawabnya dengan lantang, yang juga suaranya didengar oleh seluruh penonton. “Tidak…., asumsi-asumsimu salah, aku di sini bukan untuk menyemangati Victor dan ninja-ninjanya atau tidak punya keberanian dan kebanggaan dalam bertarung denganmu, Paul” Koko seketika tersenyum tipis. “Aku di sini untuk…,” Seketika permukaan tanah jadi bergetar, seperti sedang terjadi gempa bumi ringan. Para penonton menjerit-jerit dan Paul, para ninja, serta Victor juga terkejut. “… memberikan kalian semua, sebuah kejutan.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD