Episode 3

1060 Words
Aksara untuk Elea Makan malam di kediaman rumah Elea tampak begitu sepi, hanya suara dentingan sendok yang menjadi musik pengiring makan malam mereka. Elea tampak tidak bersemangat sama sekali, terlebih ia harus berada satu meja dengan seluruh anggota keluarganya. "Bagaimana pertemuan hari ini? Apa kamu setuju dengan perjodohan yang sudah diatur ibumu?" "Aku setuju." Jawab Elea singkat, namun matanya memandang lekat lelaki yang duduk di sebelah sang adik. Tidak ada yang bicara selain Elea dan juga lelaki yang menjadi kepala keluarga di sana. "Baguslah kalau begitu, besok kita undang mereka untuk makan malam bersama, sekalian kita pilih tanggal pernikahan yang cocok." Lanjutnya lagi. "Aku sudah selesai," Elea segera menggeser kursi dan memilih untuk mengakhiri acara makan malam keluarga yang terasa begitu mencekik tenggorokannya. Sementara itu, Kanaya yang merasa ada yang tidak beres dengan anak sulung nya, segera ia pun menyudahi makan malamnya dan segera menyusul Elea, meninggalkan suami, anak bungsu dan juga menantunya. Kanya membuka pintu secara perlahan, ia masuk kedalam kamar Elea. Tampak anak gadisnya itu tengah merapikan tas, ia tahu Elea hendak pulang ke apartemen miliknya. Semenjak kejadian dua tahun lalu, Elea memang memutuskan untuk tinggal seorang diri, dengan membeli sebuah apartemen di daerah Sudirman. Kanaya tidak bisa mencegah, meski sebenarnya ia tidak ingin putrinya pergi, namun Kanaya mencoba menjadi orang tua yang pengertian dan membiarkan putrinya memilih jalan hidupnya sendiri. "Mau pulang, El?" Tanya Kanaya, sambil menghampiri sang anak yang masih tidak menghiraukan kedatangannya. "El, kalau kamu tidak setuju dengan perjodohan ini, kamu bisa menolak. Ibu tidak akan memaksa lagi." "Apa aku punya pilihan lain, selain menyetujui perjodohan ini? Apa Daddy dan juga ibu pernah bertanya apa aku bahagia atau tidak? Dari dulu kalian selalu membela Danisa, dan selalu Danisa. Bukan aku!" Elea akhirnya buka suara, meski ia tidak memandang sang ibu yang masih berdiri di belakangnya. "Ibu minta maaf, kalau selama ini kamu lebih banyak menderita dan berkorban untuk adikmu. Tapi kamu tetap anak ibu, dan juga Daddy. Kalian berdua sama berharganya." "Lalu, kenapa ibu membiarkan kak Daren menikahi Danisa, sedangkan kalian tahu aku sudah menjalin hubungan dengannya sejak lama. Kenapa kalian justru menjodohkannya dengan Danisa?" "El,,, masalahnya tidak sesederhana yang kamu kira. Ibu juga tidak tega melakukan perjodohan antara adikmu dan juga Daren, tapi kita tidak punya pilihan lain." "Dan kalian memilih mengorbankan aku?" Elea mendengus tidak percaya. "Ibu tidak bermaksud seperti itu nak." Kanaya mencoba meraih tangan Elea, namun Elea segera menepisnya. "Dad, dan juga Ibu selalu membela Danisa, bahkan semenjak ia masih kecil. Apa ibu lupa, aku lebih dulu menderita dibandingkan dengan Danisa. Aku lahir dan tumbuh tanpa orang tua lengkap, sedangkan Danisa hadir di saat kalian sudah bersama. Lalu, kenapa kalian selalu membela Danisa?" "El, dengarkan dulu penjelasan ibu, sayang. Ibu tahu kamu sangat kecewa, tapi ibu dan juga Daddy tidak pernah membedakan atau memilih siapa yang lebih kami sayangi," "Kalian terlalu egois!" Elea menyela kalimat ibunya, sebelum Kanaya menyelesaikan ucapannya. "Ibu dan juga Daddy minta maaf, kalau kamu banyak menderita. Tapi kami selalu berharap dan ingin yang terbaik untukmu. Kalau kamu merasa keberatan dengan perjodohan ini, ibu bisa batalkan. Dan ibu tidak akan mencampuri urusan pribadi kamu lagi." "Aku mau pulang. Pernikahan aku dengan anak teman ibu akan tetap berlanjut. Sampai ketemu besok." Elea segera meraih tas, yang sudah ia susun dengan rapi. Ia segera meninggalkan Kanaya yang hanya diam menatap sedih kepergiannya. Sementara itu ia mengendarai mobilnya sendiri menuju apartemennya dengan perasaan tidak menentu. Rasa sesak dan sakit masih begitu terasa di hatinya, ketika ia harus merelakan Daren, kekasih sekaligus kakak sepupunya menikah dengan Danisa, adiknya. Awalnya hubungan Elea dan Daren berjalan normal, namun ketika kedua orang tua mereka menentang hubungan mereka dengan alasan mereka berdua masih ada ikatan saudara, karena Daren anak dari ayah Ramzi, kakak ibunya. Elea dan Daren tidak pernah menghiraukan larangan kedua orang tuanya, karena mereka tahu jika Daren bukan anak kandung Ramzi, tidak ada hubungan sedarah yang menghalangi hubungan mereka, namun tetap saja kedua orang tua mereka menentang dengan alasan mereka adalah keluarga. Elea dan Daren akhirnya memutuskan untuk berpisah setelah menjalin hubungan cukup lama, saat itu Daren ditugaskan untuk mengurus cabang perusahaan yang ada di Kalimantan. Namun, tiba-tiba saja Elea menerima kabar ternyata Daren dan Danisa akan menikah, hanya berselang enam bulan setelah mereka berpisah. Saat itu Elea sangat terpukul dan merasa sudah dibohongi keluarganya. Hubungannya ditentang, sedangkan mereka justru menikahkan Danisa dan Daren tanpa persetujuan darinya. Merasa sikap orang tuanya tidak adil, akhirnya Elea memilih pergi dari rumah, dan memilih hidup sendiri dengan membeli sebuah apartemen. Dadanya terasa sakit, tatkala ia kembali teringat kejadian itu. Meski sudah lama berlalu, tapi rasa sakit masih terasa begitu nyeri di hatinya. Dan hari ini, ia kembali harus melihat lelaki yang masih dicintai berada satu meja dengannya tapi, dengan status yang berbeda, yaitu sebagai adik ipar. Hubungannya dengan Danisa ataupun Daren sudah sangat renggang, semenjak mereka berdua memutuskan menikah, bahkan mereka kini memiliki seorang anak kecil perempuan sebagai pelengkap rumah tangga mereka, membuat hati Elea semakin meradang. Mereka tidak pernah bertegur sapa, meski mereka berada di dalam satu ruangan yang sama, bahkan yang lebih menyakitkan bagi Elea yaitu, sampai hari ini Daren ataupun Danisa, tidak ada satupun dari mereka yang mau menjelaskan ataupun memberi alasan mengapa mereka memilih menikah. Sedangkan Danisa tahu jika dirinya dan juga Daren, memiliki hubungan. Danisa, gadis cantik yang berprofesi sebagai model yang sangat terkenal di ibu kota, tiba-tiba saja menikah dengan salah satu pengusaha muda, sempat menjadi berita paling heboh di seluruh penjuru negeri. Apalagi ketika identitas Daren terkuak awak media, dan masih berstatus sebagai salah satu kerabat dekat, menjadi hot gosip yang paling dinanti di setiap acara. Namun, baik Danisa ataupun Daren, seolah tidak peduli dengan gunjingan dan komentar-komentar miring tentang pernikahannya. Bahkan mereka tetap melangsungkan pernikahan, meski harus menyakiti Elea. Elea tahu dengan menerima perjodohan konyol yang direncanakan orang tuanya, tidak akan memberikan perubahan apapun pada kehidupannya, namun itu lebih baik, daripada ia harus terus menerus menjadi bahan gunjingan karena tidak juga kunjung menikah. Elea tidak berharap banyak untuk pernikahannya, mungkin bisa bertahan sampai satu tahun saja sudah menjadi sebuah keajaiban, karena dari pertemuan pertama pun Aksa sudah menunjukan ketidak tertarikannya untuk membina rumah tangga. Namun, sama halnya dengan dirinya yang tidak memiliki minat untuk membina rumah tangga normal seperti orang lainnya, Elea pun tidak akan menuntut apapun dari Aksa. Baginya pernikahan hanya sebatas stempel di atas kertas, dan mengubah status di kartu identitasnya, dari lajang menjadi ibu rumah tangga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD