PROLOG

268 Words
Dunia Naura tidak lagi sama setelah tragedi besar yang menimpanya. Matanya memang kehilangan fungsi melihat, namun tak kehilangan kemampuan untuk menangis. Malah hidup Naura jadi lebih banyak menumpahkan air mata. Dia benci dikasihani, dia benci gelap, dan benci akan kenyataan jika semua itu jadi bagian dari hidupnya sampai Leo Chandra kembali dari perjalanan jauh lalu terus berusaha meruntuhkan batu es yang ada di hati Naura. Leo menahan sesak setiap kali Naura menyebut dirinya Buta. Nada yang asa dan benci itu membuat Leo merasa luka dan kecewanya begitu dalam. “Kalau begitu, kita pergi bersama-“ “Leo, berhenti!” Naura malah tiba-tiba mengangkat tangan, menggeleng. “Naura, aku hanya akan membantu.” “Aku tahu apa yang kamu pikirkan setiap melihatku.” “Apa?” Leo benar-benar tidak mengerti maksud Naura dan perubahannya yang terbilang cepat. “Nau, aku—” “Aku benci dikasihani, Leo!” ucapnya lirih, ia menggeleng pelan. “Jangan lakukan itu, atau aku akan merasa kian mengenaskan!” Leo menarik napas lebih dalam lagi, meski begitu tetap mendekat. Berdiri tepat di depan Naura. Ia menatap lekat pada mata Naura meski gadis itu tidak bisa melakukan yang sama terhadapnya. “Aku tidak melihatmu seperti itu—” “Lalu Apa? Gadis buta sepertiku, hanya akan mendapatkan rasa kasihan!” “Naura, stop mengatakan kalimat yang hanya membuatmu sakit!” Leo menghentikan. Bibir Naura lurus, ia menggeleng pelan bersamaan air mata yang jatuh. Masih saja kepedihan melandanya. Leo mendekat, menyentuh pipi dingin Naura, menyeka air matanya dengan amat lembut sampai jantung Naura berdebar tak biasa. “Leo-“ “Bagaimana bila aku menatapmu berbeda?”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD