Minta air susunya mama

545 Words
Plis, Ma, minta air susunya mama! SIAPA YANG tidak kenal Ayap di SMA YPBS Cowok dengan perangai tinggi 175 cm, berat badan 67 kg, berwajah ganteng, rambutnya lurus, tidak lepek, dan selalu berpenampilan menarik ini membuat banyak cewek terpesona lantas jatuh hati. Jika dia berjalan di koridor, nyaris semua pandangan tertuju padanya. Bukan hanya karena ketampanannya mereka terpaku, tapi karena tubuhnya yang selalu wangi minyak kayu putih khas bayi. Di sekolah Ayap disegani. Dia sering bergaul dengan anak-anak berandal dan ikut geng motor. Dia paling malas kalau disuruh mengerjakan tugas, apalagi PR. Kadang-kadang dia juga sengaja membolos. Namun entah kenapa itu justru menjadi daya tarik tersendiri buatnya. Mereka tak tahu kalau rambut hitam kemilau Ayap itu berasal dari polesan minyak kemiri yang biasa digunakan untuk bayi. Mereka juga tak tahu kalau di balik seragam sekolahnya penuh dengan bedak bayi. Tak lain mamanyalah yang punya karya. Mamanya selalu melakukan ritual ala bayi kepada Ayap sebelum turun sekolah. Namun kali ini, karena ada urusan mendadak yang benar-benar tak bisa ditunda, mamanya terpaksa meninggalkan Ayap yang masih tertidur pulas. Mamanya berharap anak laki-lakinya yang sekarang sudah berusia enam belas tahun itu bisa melakukan ritual ala bayi sendiri. Ayap pun terbangun. Seperti biasa, kasurnya selalu basah. Jarang sekali Ayap tidak ngompol di waktu pagi. Namun dia tidak merengek dan tidak pula terganggu dengan bau pesing. Dia cepat-cepat pergi ke dapur dan berteriak memanggil mamanya. "Ma, jemurin kasur Ayap lagi. Ayap mau turun sekolah, nih." Oh iya, kasur lipat itu sendiri sebenarnya kasur ala bayi yang sengaja dipesan mamanya dalam ukuran besar. Gambarnya botol-botol s**u, peniti pengikat baju bayi, topi bayi, pokoknya peralatan-peralatan bayi pada umumnya. Menyadari tak ada sahutan dari mamanya, Ayap gelisah. Dia teriak berulang kali, tapi tetap tak ada respon. Dia cari ke segala penjuru rumah, tetap tak ia temukan sosok perempuan yang telah melahirkannya itu. Ayap kalut karena kalau pagi hari begini, dia paling tidak bisa tanpa s**u mamanya. Kalau ritual perawatan bayi yang lain masih bisa ditundanya. s**u mama bagaikan darah yang mengalir dalam badannya, sangat penting. "Aduh Mama kemana, sih? Mana gue belum nyusu lagi. Mamaaa!!!" Teriaknya lagi. Dia langsung mengambil ponsel di kamar dan menelepon mamanya. Tak terlalu lama berdering, diangkat. "Halo, Ma! Mama dimana, sih? Masa Ayap bangun-bangun Mama nggak ada. Mama kemana?" "Maaf, Sayang, Mama ada urusan kerja ini. Penting. Ayap bisa, kan, perawatan bayi sendiri! Minyak kayu putih, bedak bayi sama shampo kemirinya sudah Mama taruh di kamar mandi. Ayap bisa, kan, Sayang! Mama sibuk pagi ini." "Trus tilamnya Ayap ini gimana? Bau pesing, Ma! Ayap ngompol lagi. Tadi malam kebanyakan minum susunya Mama." "Ayap siram-siram aja pake air, terus jemur di samping rumah." "Ma, tapi Ayap, kan, nggak bisa turun sekolah kalau nggak minum susunya Mama dulu. Mama lupa, ya!" "Astaga, maaf, Sayang, Mama lupa. Tadi Mama buru-buru." "Pokoknya Ayap nggak mau tahu. Mama pulang sekarang. Plis, Ma, Ayap mau minum susunya Mama! Cepat pulang." "Tapi, Yap-" "Kalo Mama nggak pulang, Ayap nggak mau turun sekolah. Ayap nggak bisa kalo nggak minum susunya Mama." "Iya, iya, lima belas menit lagi Mama pulang. Nanti Mama izin dulu." Telepon langsung dimatikan. Bukannya mengerjakan apa yang mamanya perintahkan tadi, Ayap malah memain-mainkan peralatan bayi yang berhamburan di sekujur lantai kamarnya. Sekali lagi, dia sama sekali tidak terganggu dengan bau pesing ngompolnya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD