4. Status

2104 Words
Cinta pandangan pertama memang terasa indah. Apalagi jika ia membalas perasaanmu, mungkin akan terasa lebih indah ketika ia juga ikut menatap wajahmu. **** Jasmine menyentuh dadanya. Ada debaran dan detak jantungnya yang saat ini tidaklah stabil, bahkan Jasmine tidak mendengar bahwa suara bel istirahat untuk sekolah kanak - kanak telah tiba. "Mommy," Panggil Arven saat pria kecil itu berlari ke arahnya. "Hei. Pangeran kecil Mommy sudah istirahat lupanya," Ucap Jasmine sambil memberikan sebuah kecupan sayang di hidung mungil Arven membuat pria kecil itu tersenyum senang. "Mommy tahu gak? Hari ini nilai pelajaran Arven dapat nilai 100 loh. Nih buktinya," Kata Arven sambil memperlihatkan nilai matematikanya membuat Jasmine tersenyum dengan bangganya. "Wow. Putra kecil Mommy memang sangat pintar tidak salah jika Mommy sangat menyayangi dirimu. Uhh, Pangeran kecil Mommy," Karena gemas. Jasmine mencubit wajah gembul Arven membuat pria kecil itu tersenyum senang. "Mommy. Arven lapar," Adu Arven dengan wajah manjanya membuat Jasmine tersenyum sambil mendudukkan Arven di kursi panjang tepatnya di sampingnya. "Kalau begitu. Biar Mommy suapi Arven ya," Ujar Jasmine sambil membuka kotak bekal Arven dengan hati - hati membuat Arven tersenyum senang karena melihat wajah cantik Jasmine. "Aaaa. Dulu sayang." Pinta Jasmine membuat Arven segera membuka mulutnya untuk menerima suapa dari Jasmine. "Arven," Suara serak yang baru - baru ini mencuri perhatian Jasmine membuat gadis itu membeku seketika. "DADDY." Teriak Arven sambil turun dari kursi yang ia duduki. Tidak lupa, pria kecil itu bahkan langsung menubruk tubuh besar Vino. Membuat Vino menangkap tubuh kecil Arven dalam gendongannya. Mendengar panggilan Arven membuat Jasmine dengan cepat menoleh, kedua mata bulat Jasmine semakin membulat saat ia melihat Arven sudah berada di dalam gendongan pria berparas tampan itu. "Daddy. Arven kangen Daddy, Daddy kapan kesini kok Arven gak tahu ya?" Tanya Arven saat ia memberi sebuah kecupan diwajah tampan Vino. "Daddy baru saja datang sayang. Kira - kira 15 menit yang lalu, Daddy juga merindukan pangeran kecil Daddy. Padahal hampir setiap hari kita ketemu kok Daddy selalu merindukan dirimu ya. Boy," Kata Vino dengan senyuman manisnya, membuat jantung Jasmine lagi - lagi berdetak gila - gilaan membuat tubuh Jasmine lemas seketika. "Daddy. Arven mau turun," Pinta Arven membuat Vino langsung menurunkan pria kecil itu." Daddy sini. Ikut Arven, Arven mau kenali Mommy Arven sama Daddy," Ucapan polos Arven membuat Vino terdiam seketika bahkan tarikan Arven pada dirinya tidak berasa membuat pria itu hanya mampu melangkah mengikuti langkah kaki Arven yang terlihat begitu ceria." Mommy. Perkenalkan ini Daddy Arven. Daddy-nya Arven juga Daddy-nya. Mommy," Ujar Arven tanpa menyadari bahwa wajah Jasmine semakin merona ditambah wajah shock Vino. "Arven. Bicara apa kau ini," Cukup lama Vino terdiam hingga ia kembali bersuara. "Daddy. Ada apa? Apa yang salah dari ucapan Arven. Bukankah Mommy-nya Arven sudah dikirim sama tuhan dan ini adalah Mommy-nya Arven," Balas Arven tanpa menyadari perubahan wajah Vino. "Siapa yang mengatakan bahwa Mommy Arven akan dikirim sama tuhan?" Tanya Vino saat ia menatap tajam sosok Jasmine yang tengah menundukkan kepalanya. "Oma yang bilang Dad," Jawab Arven jujur membuat Vino mendesak pasrah. Jika menyangkut Meisie tentu Vino tidak akan bisa mengucapkan apapun. "Ya sudah. Daddy mau kembali bekerja dulu, Arven belajar yang rajin ya," Pesan Vino. "Daddy tunggu. Daddy mau kemana? Daddy kan belum kenalan sama Mommy-nya Arven," Vino yang ingin segera pergi dari situasi yang membuat ia merasa tidak tenang. Tapi keinginan Vino harus kandas saat putra kecilnya menghentikan niatnya. "Tapi Vino. Daddy ada u...!!! "Daddy ayo kenalan sama Mommy. Daddy, minta Mommy tinggal sama kita Dad. Soalnya Arven pengen bobo sama Daddy dan Mommy. Daddy ayo," Pinta Arven sambil menarik gemas tangan besar Vino membuat Vino harus bisa mengontrol dirinya saat ini. "Daddy. Ayo," Perintah Arven saat Vino hanya berdiri kaku di sana saja. "Hai," Sapa Vino dengan nada kakunya. Membuat Jasmine semakin menunduk malu bahkan jantungnya tidak mau berhenti berdetak. "Daddy. Iihhh, ayo." Arven terus mendorong - dorong tubuh Vino yang sama sekali tidak bergerak dari tempatnya membuat Arven tersenyum jahil. Pria kecil itu melangkah ke belakang punggung Jasmine, dengan sekuat tenaga Arven segera mendorong tubuh Jasmine membuat tubuh Jasmine respek terjatuh jika saja tangan kekar Vino tidak menahan tubuhnya. Seperti adegan novel pada umumnya. Kini kedua sepasang mata saling bertemu hingga wajah keduanya hanya berjarak beberapa senti saja. Dengan tubuh mungil Jasmine yang berada di dalam pelukan Vino, wajah Jasmine semakin merona saat dadaa bidan Vino menempel sepenuhnya pada dirinya. "Yheee. Mommy sama Daddy mesra, sama kayak Oma dan Opa. Yheee, Mommy dipeluk Daddy," Pria kecil itu bahkan sampai meloncat kegirangan saat melihat adegan yang mampu membuat ia bahagia. Suara Arven membuat Vino dan Jasmine kembali ke alam bawah sadarnya. "Ma... maaf," Gugup Jasmine saat ia bisa merasa bahwa wajahnya sudah sangat matang saat ini. "Tidak apa," Jawaban singkat Vino setidaknya membuat rasa bahagia Jasmine semakin memuncak. Meskipun respon Vino terdengar begitu singkat tetapi Jasmine cukup bahagia saat mendengar. Vino berbalik menatap putra semata wayangnya, wajah dan tatapan tajam Vino membuat Arven menundukkan kepalanya karena takut jika sang Daddy akan memarahi dirinya. "Arven. Jangan melakukan hal ini lagi, jika saja Daddy tidak menangkap tubuhnya maka gadis ini akan celaka. Arven mengerti kan? Maksud dari ucapan Daddy?" Kata Vino membuat Arven mengangguk bersalah. "Maaf Dad. Sebenarnya Arven gak mau melakukan hal itu? Cuman Daddy gak melakukan apa yang Arven bilang. Maka-nya Arven jadi kesal dan sengaja mendorong Mommy. Biar Mommy sama Daddy jadi dekat, karena Arven ingin memiliki Mommy baru Dad," Ucapan Arven membuat wajah Jasmine semakin merona berbeda balik dengan Vino yang kini hanya mampu terdiam. "Daddy harus pergi sekarang. Ada urusan kantor yang perlu Daddy selesaikan. Nanti, Oma yang akan menjemput Arven. Daddy pergi dulu," Tanpa menunggu jawaban dari Arven. Vino segera melangkah menjauhi Arven dan Jasmine karena ia takut lepas kendali. Mengingat di hadapannya ada seorang gadis kecil yang mungkin akan takut jika melihat amarahnya. Melihat kepergian Vino ada rasa kehilangan di hati seorang Jasmine. "Kenapa dia tidak ingin mengenalku. Padahal ucapan Arven sudah beberapa kali ia dengar dan lihat ia malah meninggalkan aku seperti ini. Huh, sebal. Apa aku kurang cantik baginya? Apa dadaku terlalu kecil baginya?" Tanya Jasmine dengan wajah cemberutnya, membuat Arven mengernyit bingung akan perubahan wajah Jasmine yang nampak begitu kusut saat ini. "Mommy kenapa? Kok wajah Mommy terlihat begitu kesal?" Tanya Arven ingin tahu. "Arven. Apa benar pria tadi itu Daddy-mu Sayang?" Tanya Jasmine yang seakan mengabaikan pertanyaan Arven pada dirinya. "Iya benar. Mom, itu Daddy-nya Arven." Jawab Arven tanpa menyadari raut wajah Jasmine yang nampak berbinar kali ini. "Apa. Mommy kurang cantik untuk Daddy-mu? Apa Daddy-mu tidak menyukai kehadiran Mommy. Soalnya, Arven bisa melihat sendiri bahwa Daddy sama sekali tidak ingin berkenalan dengan Mommy," Ujar Jasmine dengan raut sedihnya, membuat Arven segera menggeleng karena tidak terima akan jawaban Mommy kesayangannya itu. "Mommy jangan berpikir seperti itu. Kata siapa, Daddy gak suka sama Mommy. Daddy itu hanya malu saja tadi, Daddy itu belum pernah melihat gadis secantik Mommy. Makanya tadi Daddy sedikit gugup," Kata Arven membuat wajah Jasmine seketika berbinar. "Beneran? Arven gak sedang berbohong kan. Soalnya, Mommy itu pengen jadi Mommy Arven seutuhnya. Kira - kira Arven setuju gak jika Mommy beneran menikah dengan Daddy?" Tanya Jasmine entah apa yang ia pikirkan. Sejak bertemu Vino, bayangan Vino selalu melintas di dalam hati dan kepalanya membuat Jasmine tidak dapat melupakan seorang Vino. Pria berparas tampan itu. "Setuju Mom." Jawab Arven meskipun kata pernikahan masih tidak dimengerti oleh pria kecil itu," Nanti Arven harus tanya Oma. Soalnya kalau Arven bila menikah itu apa, bisa - bisa Mommy menganggap Arven masih terlalu bodoh. Huh. Gak boleh, Mommy harus tetap anggap Arven pintar biar Mommy makin sayang sama Arven," Batin Arven dengan senyuman manisnya. Mendengar ucapan Arven membuat wajah Jasmine seketika semakin merona. Bayangan Jasmine kini kembali hinggap dihatinya. Jasmine membayangkan jika ia sedang berdiri di pelaminan bersama Vino membuat senyuman bahagia Jasmine semakin bersinar. Bayangan jika ia akan memiliki banyak anak bersama Vino membuat Jasmine semakin tersenyum apa lagi saat ia memiliki Vino dan Arven seutuhnya. "Oh astaga. Kapan itu terjadi?" Pikir Jasmine tanpa menyadari raut bingung di wajah Arven. "Apanya yang terjadi Mom?" Tanya Arven membuat Jasmine tersadar dari bayangannya tentang Vino. "Tidak ada sayang. Oh iya, jika boleh Mommy tahu siapa nama Daddy-mu itu. Ven?" Tanya Jasmine sebab ia belum mengetahui siapa nama Daddy dari Arven. "Nama Daddy, Arven itu. Vino Ardana Abiputra. Mom," Ujar Arven dengan bangganya saat pria kecil itu menyebut nama sang Daddy. "Vino Ardana Abiputra? Apa Daddy Arven ini pemilik sekolah swasta ini sayang?" Tanya Jasmine, sebab ia juga sempat mendengar nama Vino Ardana Abiputra yang merupakan pemilik sekolah tempat ia mencari pendidikan. "Iya Mom. Sekolah ini memang milik Daddy, lebih tepatnya punya Daddy dan Opa," Ujar Arven membuat Jasmine mengangguk mengerti. "Pantas saja. Jika ia begitu di hormati, sungguh dia adalah pria yang paling sempurna di dunia ini. Aku harus bisa mendekatinya, bagaimana pun caranya. Duda? Aku rasa status Duda. Tidak akan jadi masalah, bukankah seorang Duda lebih hot. Uhh, ingin sekali aku memeluk si tampan itu," Pekik Jasmine saat ia mengingat sosok Vino yang nampak begitu tampan dengan balutan jas kantor. "Mommy kenapa senyum - senyum begitu?" Tanya Arven membuat Jasmine tersenyum ke arah Arven dengan senyuman semanis madunya. "Gak apa - apa, Sayang. Oh iya, jam istirahat Arven sudah habis tuh. Ayo, sana, Arven masuk kelas lagi," Perintah Jasmine dibalas anggukan patuh dari Arven. Pria kecil itu langsung berlari ke dalam kelas. "Tapi bagaimana caranya? Oh ayolah, Jasmine. Seharusnya kau sadar siapa dirimu dan siapa Arven dan keluarganya," Lirih Jasmine dengan raut sedihnya. "Jangan berpikir tentang status keluarga. Karena pada dasarnya semua manusia itu sama." Suara seseorang membuat Jasmine tersentak kaget sambil bangkit dari posisi duduknya. Jasmine menelan ludahnya secara susah payah, saat ia mengetahui siapa pemilik suara itu. Siapa lagi jika bukan Oma-nya Arven. Ya, Meisie, lah. Yang kini tengah berdiri di hadapannya. Jasmine menundukkan kepalanya membuat Meisie tersenyum sambil melangkah ke arah Jasmine.. "Ayo duduk. Aku ingin berbicara sesuatu pada dirimu," Kata Meisie dengan tatapan keibuannya. Membuat Jasmine pada akhirnya kembali duduk di kursi panjang itu." Siapa namaku, nak? Kau tidak perlu menyembunyikan wajah cantikmu itu," Kata Meisie saat ia membawa dagu Jasmine untuk menatap dirinya. "Namaku Jasmine. Tante," Ujar Jasmine gugup. "Nama yang indah. Oh iya Jasmine, apa kamu bersungguh - sungguh menyukai putraku?" Tanya Meisie saat kedua matanya menangkap wajah memerah Jasmine. "Ma.. maksud Tante?" Tanya Jasmine meskipun ia tahu apa yang tengah wanita paru itu tanyakan pada dirinya. "Tante tahu bahwa kamu cukup paham akan pertanyaan tante ini. Jasmine, jika kau benar - benar menyukai putraku dan kau benar - benar tulus mencintai dirinya. Maka tante, bersedia untuk membantu dirimu. Tentunya membantu dirimu untuk berdekatan dengan Vino," Jelas Meisie, karena ia sangat tahu bahwa gadis yang ada di hadapannya saat ini memang menaruh hati pada putra semata wayangnya itu. "Tapi tante. Jasmine hanyalah gadis biasa dan Jasmine bukanlah gadis yang pantas untuk putra tante." Ungkap Jasmine membuat Meisie tersenyum tipis. "Jasmine. Derajat dan status tidak ada sangkut pautnya. Jika cinta sudah ada di depan mata kita, maka apapun yang terjadi. Cinta itu akan tetap ada, dengar? Vino bukanlah putra kandung tante. Dia adalah putra tiri tante, Tante menikah dengan Opa-nya. Arven, kau pasti tahu apa status dari Opa-nya Arven." Jelas Meisie membuat Jasmine membuka mulutnya karena dirinya mulai memahami apa yang tengah dikatakan oleh wanita paru baya itu. "Maksud tante. Tante dulu juga menikah dengan seorang Duda dan itu adalah Opa-nya Arven?" Tanya Jasmine dibalas anggukan kepala dari Meisie. "Jadi. Tante harap kamu tidak menganggap, bahwa status Duda itu buruk. Karena menikahi seorang Duda bukan berarti kita tidak akan bahagia. Justru kebahagiaan itu pasti ada," Ujar Meisie yang berharap bahwa Jasmine tidak memandang status putranya itu. "Tante. Sebenarnya bukan status yang menjadi permasalahan Jasmine. Jasmine tidak memandang status dari putra tante, justru Jasmine merasa malu karena berani mencintai putra tante yang sangatlah terhormat. Tidak seperti aku yang hanya seorang gadis biasa yang sama sekali tidak memiliki apa pun yang bisa dibanggakan," Ujar Jasmine karena jujur ia malu dengan keadaannya. Mendengar ucapan tulus dari Jasmine membuat rasa bahagia Meisie semakin memuncak. "Jasmine. Kau tidak perlu merendahkan dirimu sendiri. Karena bagi keluarga kami derajat tidak akan jadi masalah. Asalkan cintamu pada putraku tulus maka itu sudah lebih dari cukup. Denger, tante akan membantu dirimu untuk mendekati putra keras kepala tante dan tante harap kau tidak akan pernah menyerah untuk mendapatkannya. Kau mau berjanji pada tante kan?" Tanya Meisie dibalas anggukan patuh dari Jasmine. Membuat Meisie ikut tersenyum saat mendengar jawaban dari Jasmine pada dirinya. Wajah Jasmine semakin merona saat ia mendengar setiap perkataan Meisie yang akan membantu dirinya untuk berdekatan dengan seorang Vino. Coba bayangkan, siapa yang akan menolak kesempatan emas ini. Apalagi menolak pesona seorang Abiputra, tentu saja Jasmine tidak akan bisa menolak pesona seorang Vino. Tbc,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD