5. Kebohongan Viola

2337 Words
Awal perdekatan memang agak sulit. Tetapi percayalah bahwa kerja keras tidak akan pernah mengkhianati hasilnya. ***** Saat ini Arven dan Meisie sudah ada di dalam mobil. Ya, awalnya Arven menolak untuk pulang karena pria kecil itu ingin menunggu Jasmine hingga pulang sekolah. Sama halnya Jasmine yang juga menunggu dirinya tadi. Tetapi. Sayangnya ia harus pulang setelah dibujuk oleh kedua wanita berbeda usia itu. "Oma. Euhm, Menikah itu apa sih?" Tanya Arven yang baru mengingat tujuannya tadi. Meisie sempat menoleh pada Arven dan kembali fokus pada jalan raya. "Menikah itu semacam. Jika Mommy-mu menikah dengan Daddy, maka otomatis Mommy Jasmine akan tinggal selamanya bersama Arven. Dan tentunya bisa bobo bersama Arven dan juga Daddy," Jelas Meisie membuat kedua mata Arven seketika berbinar. "Beneran Oma? Kalau misalnya Mommy menikah sama Daddy. Mommy akan tinggal sama kita?" Tanya Arven sekali lagi untuk memastikan bahwa pendengarannya tidaklah salah. "Euhm iya. Jadi, mulai hari ini Arven memiliki tugas dari Oma. Kira - kira Arven mau membantu Oma tidak? Buat menyatukan Mommy Arven dengan Daddy Arven?" Tanya Meisie setelah ia berpikir cukup panjang. Jika dirinya yang bekerja mungkin akan ada sedikit kendala mengingat putra semata wayangnya itu sangatlah keras kepala. "Mau Oma. Asalkan Mommy tinggal sama kita," Kata Arven bisa Meisie lihat bahwa ada banyak harapan dari kedua mata cucunya itu. Membuat Meisie menghentikan laju mobilnya sambil membawa Arven kedalam pelukannya. "Oma juga berharap begitu sayang. Jadi mulai hari ini kita harus bekerja sama, Arven mau kan?" Tanya Meisie Membuat pria kecil itu mengangguk dengan senyuman lucunya. **** "DADDY," Teriak Arven yang langsung menghambur kedalam pelukan Vino. "Hei. Pangeran kecil, Daddy. Sudah pulang ternyata," Ujar Vino dengan senyuman tipisnya. "Daddy. Arven Kangen Daddy, Arven pengen di jemput sama Daddy. Arven juga pengen berangkat sekolah di antar sama Daddy," Kata Arven dengan wajah sedihnya membuat Vino menatap ke arah Meisie yang juga tengah menatap dirinya. "Sayang. Bukannya Daddy gak mau antar jemput Arven, cuman. Daddy sangat sibuk di kantor maka dari itu Arven hanya bisa di jemput dan di antar oleh Oma dan bibi Viola. Jadi Daddy harap Arven mau mengerti ya, jika Daddy ini sangatlah sibuk," Jelas Vino. Ia, dia memang sangat sibuk apalagi semua tanggung jawab Kavin hampir semuanya diberikan olehnya membuat semua waktu Vino tersita oleh pekerjaan. "Arven pamit ke kamar dulu Oma," Pamit Arven sambil berlari menjauhi Vino yang seketika terdiam menatap punggung kecil itu yang semakin menjauhinya. "Vino. Apa salahnya kau mengabulkan keinginan Arven, dia masih sangat kecil butuh sosok orang tua yang bisa memberikan semua waktunya untuk dirinya seorang. Setidaknya, kau bisa mengabulkan keinginannya itu," Kata Meisie membuat Vino sempat menundukkan kepalanya. Jujur, Vino tengah berpikir keras bagaimana caranya ia berbagi waktu untuk putranya. Sedangkan kesibukannya di kantor sangatlah banyak. "Akan Vino pikirkan nanti Mom. Mommy, Vino mau pamit ke kantor dulu ada beberapa pekerjaan yang belum Vino selesaikan," Pamit Vino sambil melangkah pergi membuat Meisie menghela nafas beratnya. "Sampai kapan keras kepalamu itu akan hilang. Mommy hanya ingin melihat kebahagiaanmu saja dan Mommy akan melakukan berbagai cara untuk mendekatkanmu pada Jasmine. Gadis muda itu, Ya. Mommy yakin ia akan mengubahmu dengan cinta tulusnya," Pikir Meisie. ***** Sesampainya di kantor. Vino menghempaskan tubuhnya di kursi kebesarannya. Bayangan sosok Lisa hinggap dihatinya. Membuat air mata Vino tanpa sadar mengalir. "Lisa. Aku merindukan dirimu? Bahkan Arven juga merindukan sosok seorang Mommy. Kenapa? Kenapa kau pergi meninggalkan kami, kenapa Lisa? Taukah kau bahwa putra kecil kita sangatlah sedih. Taukah kau bahwa malaikat kecil kita sangat merindukan sosok seorang Mommy dan sampai sekarang aku belum bisa menemukan pengganti dirimu. Karena bagiku, hanya kaulah yang aku inginkan di dunia ini," Air mata Vino menjadi saksi atas kesedihan yang pria itu rasakan. Vino menghembuskan nafas beratnya. Mungkin permintaan Arven harus ia kabulkan karena ia sadar bahwa selama Arven kecil perhatiannya terasa begitu kurang. Dan mungkin sudah saatnya Vino memberikan sedikit waktunya untuk Arven dari pada menyibukkan diri dengan setumpuk file. "Sebaiknya aku kerjakan semuanya. Untuk pagi hingga siang aku akan menemani Arven dan setelah mengantar Arven pulang. Baru aku akan mengerjakan pekerjaanku lagi, Ya. Kurasa ini adalah yang paling benar," Pikir Vino jari - jarinya mulai sibuk di layar laptop miliknya. Pikirannya terpusat pada Arven, Vino yakin saat ini putra kecilnya pasti sangat sedih membuat gerakan dan konsentrasi Vino terasa hambar. Vino bangkit dari posisi duduknya. laptop yang sempat ia nyalakan kini ia matikan kembali. "Sebaiknya aku pulang dan memberikan kabar pada Arven. Bahwa mulai sekarang aku akan menemani dirinya Hingga pulang sekolah," Seulas senyuman terbit di wajah Vino. Pria itu langsung menyambar jas yang sempat ia letaknya di samping kursi kerjanya. Vino segera melangkah untuk pulang ke kediamannya. ***** Saat perjalanan pulang. Vino menghentikan laju mobilnya saat dirinya melihat sesosok gadis kecil yang sangat ia kenali tengah menangis terisak di luar mobil merahnya. "Viola," Lirih Vino. Pria itu langsung turun dari dalam mobil saat kedua matanya benar - benar melihat keberadaan adik perempuannya itu." VIOLA," Panggil Vino dengan nada sedikit tinggi membuat gadis yang panggil itu sampai tersentak kaget. Viola segera menghapus air matanya, tentunya. Ia harus menyembunyikan apa yang baru saja ia alami. "Viola, kau kenapa? Kenapa kau menangis Sayang. Jawab kakak, lihat kakak. Viola," Pinta Vino membuat Viola berusaha untuk terlihat biasa saja di depan kakak kesayangannya itu. "Kak Vino. Kakak kenapa bisa disini?" Tanya Viola dengan seulas senyuman yang gadis itu paksakan agar ia tetap tersenyum di depan kakak tetuanya. "Seharusnya pertanyaan itu kakak berikan padamu Viola. Apa yang kau lakukan di tempat sepi ini? Dan kenapa kau menangis? Siapa yang berani melukai dirimu. Beritahu kakak, Viola?" Tanya Vino saat ia membawa Viola kedalam pelukannya. "Aku tidak apa - apa kak. Kakak jangan khawatir, Viola gak apa - apa kok," Jawab Viola. "Jangan pernah berbohong pada kakakmu ini. Kakak sangat mengenal dirimu bahkan kakak tahu bahwa saat ini kau tengah berusaha untuk menyembunyikan sesuatu yang tidak kakak ketahui. Sekarang beritahu kakak. Viola, kakak mohon," Tergambar jelas wajah khawatir Vino membuat Viola mengutuk dirinya sendiri. Andai saja sejak awal nasenat Vino ia dengar. Mungkin keadaan ini tidak akan pernah terjadi pada dirinya. "Maafkan Viola kak. Untuk satu ini Viola tidak bisa mengatakannya, Karena Viola takut terjadi sesuatu pada kakak jika sampai Viola membocorkannya," Batin Viola saat silent seseorang yang sampai saat ini tidak diketahui oleh Viola. Entah siapa pria itu, kenapa dirinya bisa berurusan dengan pria yang sama sekali tidak ia kenal. Bahkan wajah pria itu pun tidak pernah Viola lihat. "Kakak. Percayalah, tidak ada apa pun. Viola menangis karena pasien yang Viola tangani telah meninggal itulah sebabnya Viola merasa telah gagal menolongnya," Ujar Viola dengan isakan tangisnya. Meskipun saat ini ucapannya itu hanyalah sebuah kebohongan yang sebisa mungkin gadis itu sembunyikan. "Kau yakin hanya itu. Vio?" Tanya Vino yang merasa kurang yakin. "Tentu saja hanya itu kak. Lalu apa lagi yang harus Viola katakan," Kata Viola. "Syukurlah jika hanya karena hal itu. Kakak kira ada seseorang yang menganggumu Hingga kau jadi menangis dan ketakutan seperti ini," Ujar Vino tersenyum tipis. Sekilas Viola terdiam karena semua ucapan kakaknya memang benar adanya. "Kak Vino benar. Saat ini Viola memang tengah di ganggu oleh orang jahat dan itu sangatlah menakutkan bagi Viola. Ingin sekali Viola mengatakan semuanya, tapi. Viola takut itu justru akan membahayakan keselamatan kakak. Maafkan Viola yang harus berbohong pada kakak," Batin Viola dengan rasa takut yang amat begitu besar." Jika ada seseorang yang menganggu Viola. Orang pertama yang akan Viola hubungi adalah kakak," Kata Viola dengan senyuman termanisnya membuat Vino bisa bernafas lega saat ini. Setidaknya dugaannya tentang adik perempuannya tidaklah benar, Vino berdoa agar adik perempuannya selalu bahagia dan terlindungi dari mahal bahaya. "Sekarang kita pulang yuk. Biar orang - orang kakak yang datang mengambilnya nanti. Tinggalkan saja kunci mobinya," Kata Vino dibalas anggukan patuh dari Viola. Viola pada akhirnya pulang bersama kakak tersayangnya itu. Diperjalanan pulang ponsel Viola kembali berdering, Viola yang terlanjur penasaran langsung membuka isi pesan peneror itu. *** "Kau kira kau bisa lari dariku? Jangan harap kau bisa lari dari masalahmu sendiri. Viola, dan perlu kau ingat. Hidupmu ada di tanganku sekarang bahkan jika kau berani melawanku. Kakak tersayangmu tidak akan pernah selamat dan juga orang - orang yang kau sayangi." **** Setelah membaca isi pesan chat itu. Viola meremas ponsel miliknya dengan kemarahan yang berusaha gadis itu rendam. Ia tidak boleh menangis atau marah di depan Vino. Jika ia menunjukkan hal ini, bisa - bisa kakak satu - satunya itu akan tahu masalahnya. Mengingat Vino yang paling dekat padanya, tidak mudah membohongi kakaknya. Apalagi Vino dapat membaca kebohongannya jika sampai ia menunjukkan kesedihannya itu. "Dek?" Panggil Vino membuat tubuh Viola sempat menegang tapi berusaha gadis itu tutupi. "Iya kak. Ada apa?" Tanya Viola dengan senyuman manisnya. "Menurutmu apa selama ini sikap kakak terlalu berlebihan? Maksudnya, apakah kasih sayang kakak pada Arven masih saja kurang. Sehingga pria kecil kakak sampai menginginkan seorang Mommy baru untuk menemani hari - harinya?" Tanya Vino ragu. Membuat Viola tersenyum saat dirinya menyadari kegelisahan kakaknya itu. Tidak jauh berbeda dari Vino yang bisa membaca raut wajah Viola, bahkan Viola juga bisa membaca kegelisahan kakak tersayangnya itu. "Bukan kasih sayang kakak yang kurang. Tetapi piguran seorang Mommy yang kurang di dalam hidup keponakanku kak. Kakak lupa bahwa Mommy pernah bercerita bahwa saat kakak kecil. Kakak pernah memanggil Mommy Meisie sebagai Mommy kakak sendiri, Hingga Mommy sampai ketakutan pada saat itu. Mommy sampai takut di anggap telah membuang anak, padahal ucapan Mommy itu memang benar adanya. Bahkan Mommy sama sekali tidak mengenal kakak sedikit pun," Kata Viola dengan kekehan gelinya. Saat ia mengingat cerita yang sesungguhnya yang ia ketahui dari Meisie, bahwa Vino sempat menangis bahkan sempat mengatakan bahwa Meisie akan membuang dirinya. Lucu sekali saat mendengar cerita dari Meisie. Senyuman Vino tanpa sadar terbit saat ia mengingat dengan jelas saat pertemuan pertamanya dengan Meisie. "Hahaha. Bahkan kakak tidak akan pernah bisa melupakan pertemuan indah itu Vio," Terdengar kekehan geli Vino membuat Viola tersenyum saat tawa kebahagian kakaknya kembali terdengar setelah sekian lama. Bayangkan saja, 3 tahun yang lalu senyuman itu sempat menghilang dari wajah tampan Vino. Saat kepergian Lisa yang membuat senyuman seorang Vino hilang tergantikan dengan wajah kesedihannya." Dan perlu kau tahu. Andai kau berada disana waktu itu Vio, kau bahkan bisa melihat wajah pucat Mommy pada saat itu. Lucu sekali, hahaha," Tambah Vino saat bayangan dirinya dan Meisie kembali terngiang di dalam benaknya. **** Flashback On "Huh.. huh... Mommy, hiks... hiks... Mommy," isak tangis seorang bocah laki - laki membuat Meisie menghentikan langkah kakinya. Kedua mata Meisie membulat saat melihat seorang bocah laki - laki tengah menangis tidak jauh dari halte bus. Membuat Meisie dengan cepat melangkah untuk mendekati bocah laki - laki itu. "Hiks... hiks Mommy, huh.. huh," Isak tangis bocah itu semakin menyedihkan membuat banyak masyrakat menatap iba pada bocah kecil itu. "Hei, Sayang kau kenapa? Kenapa kau menangis?" Tanya Meisie lembut membuat bocah laki - laki itu mendongak dengan kedua mata berbinar miliknya saat ini. "Mommy," Teriak anak kecil itu yang langsung bangkit dan berlari memeluk kedua kaki mungil Meisie, membuat Meisie hampir saja terjungkal kebelakang jika tidak segera menahan tubuh mungilnya saat ini. "Hei sayang lepaskan aku, Aku bukan Mommy-mu," Panik Meisie saat dirinya menatap sekeliling. Yang tengah melihat dirinya, banyak pasang mata menatap dirinya tajam membuat Meisie panik bukan main. "Huaa... huaa... Mommy jangan buang Vino, Vino takut sendirian di sini Mom, hiks... hiks," Ujar bocah laki - laki yang menyebut dirinya Vino membuat Meisie panik bukan main. "Sa... Sayang ayo lepaskan kaki tante, tante bu.. bukan Mo..!!! "Huaa Mommy, Jangan tinggalkan Vino. Vino janji gak bakal nakal lagi hiks.. hiks, tapi Vino mohon bawa Vino pulang bersama Mommy," Lirih Vino semakin sesenggukan membuat tubuh Meisie menegang. "Di.. dia bu.. bukan anakku. Aku ti... Tidak men..!!! "Dasar wanita jaman sekarang, kalau sudah hamil diluar nikah. Ya, seperti itu, membuang anaknya tanpa belas kasihan," Sinis beberapa ibu - ibu membuat Meisie melongok tidak percaya. Bisa - bisanya ia di katai hamil diluar nikah. Bagaimana mungkin Meisie bukan gadis seperti itu, hamil saja tidak pernah. "Bu, saya bisa jelaskan aku tidak mengenal anak kecil ini. Aku tidak hamil diluar nikah," Jujur Meisie yang mencoba memperbaiki pemikiran orang pada dirinya. "Huaa... huaa Mommy, Vino sayang MOMMY. Vino mau pulang sama Mommy hiks... hiks," Ujar Vino sambil duduk di bawah kaki Meisie, membuat orang - orang semakin menatap Meisie dengan tatapan benci dan sinisnya. "Kau sangat tidak punya hati ya. Anak sekecil itu yang tidak punya dosa kau buang seperti itu, padahal ia sudah meminta maaf padamu," Ujar seorang ibu - ibu semakin tidak terima saat melihat sifat Meisie yang terlalu tega pada seorang anak kecil. "Ta... Tapi dia bukan anak ku bu, aku saja belum me..!!! "Huaaa Mommy, Vino sayang MOMMY jangan buang Vino MOMMY..?" Ujar bocah cilik itu, bahkan bocah itu sampai bangun dari duduknya untuk sekedar menatap wajah Meisie dengan kedua mata bulatnya, membuat hati Meisie tersentuh. "Ayo di bawa pulang putranya. Kasihan pasti belum makan dari siang, soalnya sudah nangis sejak siang," Ujar seorang bapak - bapak membuat Meisie mengusap sayang puncak kepala Vino dengan sayangnya. "Baiklah, namamu Vino kan?" Tanya Meisie lembut dibalas anggukan patut dari bocah cilik itu." Baiklah Vino mau ikut ta...!!! "Mau Mommy, Vino mau ikut Mommy. Vino sayang banget sayang Mommy muach," Ujar Vino saat ia mengecup pipi memerah milik Meisie, membuat Meisie tersenyum kecil. Meisie segera menggendong tubuh Vino yang lumayan berat, tapi Meisie tidak mau jika menyuruh anak kecil itu berjalan, melihat anak kecil itu menangis sejak siang yang Meisie dengar dari bapak - bapak tadi. "Hapus air matamu ya," Ujar Meisie menghapus dengan lembutnya air mata yang berada di wajah tampan bocah bernama Vino itu. (BACA KISAH MASA KECIL VINO DI CERITA BERJUDUL MOMMY) Flashback Off ***** Hahaha! HAHAHA! "Kakak keterlaluan. Bisa - bisanya kakak melakukan hal ini. Viola yakin Mommy pasti sangat ketakutan pada saat itu. Hahaha, lalu jika Viola boleh tahu kenapa kakak bisa memilih Mommy. Dan kenapa kakak bisa berada di tempat itu. Bagaimana caranya? Kakak kabur atau karena kakak baru saja dimarahi oleh Daddy?" Tanya Viola dengan raut penasarannya membuat Vino terdiam sejenak sambil mulai mengingat - ingat sesuatu yang sempat ia lupakan. Sedangkan Viola menunggu jawaban dari Vino dengan setianya. Tbc,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD