6. Kotak bekal

2058 Words
Kenangan manis yang tidak akan pernah bisa dilupakan. Apalagi kenangan indah tentang seseorang yang spesial. Tentu tidak mudah untuk dilupakan. ***** "Lebih tepatnya kakak kabur pada saat itu. Daddy, mana mungkin Daddy tega memarahi putra semata wayangnya pada saat itu. Daddy justru melampiaskan amarahnya pada Mommy, hingga Mommy sampai sakit hati akan ucapan Daddy. Pada saat itu, kakak juga tidak paham apa yang Daddy ucapkan. Karena sampai saat ini kakak tidak pernah lagi bertanya tentang masa lalu," Jelas Vino membuat Viola mengangguk mengerti." Lalu, mengenai pertanyaanmu tadi. Kakak juga tidak tahu kenapa kakak bisa bertemu dengan Mommy. Entah ini sebuah keberuntungan atau memang tuhan yang telah mengirimkan Mommy pada saat yang tepat. Saat kakak menatap Mommy untuk pertama kalinya, jujur kakak langsung jatuh cinta pada Mommy. Kecantikan Mommy yang natural membuat kakak seakan jatuh cinta pada gadis secantik Mommy," Kata Vino saat bayangan Meisie seakan melupakan bayangan dari Jasmine. Seakan seperti film - film pada umumnya, ketika kita menilai seseorang seperti ada dua adegan yang hampir sama. Adegan Meisie dan Jasmine seakan menjadi satu paket dalam bayangan seorang Vino. "Jadi kakak mencintai Mommy?" Tanya Viola dengan nada tidak percayalah. Pletok "Aouuuw. KAKAK, Sakit," Ringis Viola saat kepalanya dipukul oleh Vino mengunakan tangan besarnya. "Kalau bicara itu di salin dulu. Bisa - bisanya kamu mengatakan hal seperti itu. Lagian, Mommy itu memang pantas disukai. Cuman saat itu usia kakak masih muda mana mungkin Mommy mau sama kakak. Huh," Kesal Vino saat mendengar ucapan dari adik perempuannya itu. "Iya maaf. Habis kakak bilang sejak pertama kali melihat Mommy. Kakak sudah terlebih dahulu jatuh cinta, jadi siapa yang tidak akan berpikir negatif coba," Gerutu Viola karena kesal pada Vino yang bisa - bisanya memukul kepalanya seperti ini. "Ya ampun Dek. Mencintai bukan berarti mencintai lawan jenisnya. Mencintai ada berbagai jenis. Seperti contohnya mencintai karena kebaikan hatinya lalu mencintai karena kelembutannya. Dan kakak mencintai Mommy karena ketulusan hatinya. Mommy itu seperti bidadari yang jatuh dari langit, bayangkan saja. Mommy bisa - bisanya baik dengan seorang anak kecil yang tidak ia kenal. Bayangkan. Mungkin orang lain tidak akan melakukan hal serupa seperti yang dilakukan oleh Mommy," Ujar Vino. "Kakak benar. Viola beruntung memiliki Mommy di dalam hidup Viola. Viola juga beruntung memiliki kakak dan juga Daddy yang selalu ada disisi Viola. Begitupun keponakan kecil Viola yang tampan itu," Ucap Viola. Membuat Vino mengangguk sambil kembali menjalankan mobilnya. Ada banyak yang ingin Vino katakan tapi nampaknya waktunya tidaklah tepat. "Oh iya kak. Viola denger dulu kakak sempat sakit keras ya?" Tanya Viola dibalas anggukan dari Vino membuat Viola mengerti bahwa mungkin belum saatnya ia membicarakan hal ini. **** "Jasmine." Panggil seorang gadis SMA membuat langkah kaki Jasmine harus terhenti. "Iya. Ada apa Maura? Kenapa kau memanggilku?" Tanya Jasmine yang baru saja menyelesaikan aktivitas olahraga yang diadakan oleh guru olahraganya. "Itu. Kau di panggil sama bu guru kimia. Kayaknya dia butuh bantuanmu," Kata Maura," Sudah ya. Aku duluan, mau ke kantin. Soalnya lapar," Ujar Maura lagi sambil melangkah pergi membuat Jasmine segera menemui guru kimia yang Maura katakan tadi. **** "Arven. Kamu kenapa sayang? Kenapa dengan cucu Opa. Kok cemberut gitu?" Tanya Kavin saat ia membawa Arven untuk duduk di pangkuannya. "Arven sedih Opa." Balas Arven. "Loh. Arven sedih kenapa? Cerita sama Opa. Biar Opa bisa bantu Arven," Bujuk Kavin dengan nada lembut. "Arven sedih Opa. Daddy selalu gak punya waktu buat Arven. Padahal, Arven pengen di antar jemput sama Daddy, bahkan Arven pengen Daddy nungguin Arven hingga pulang sekolah. Seperti yang dirasakan oleh teman - teman Arven," Adu Arven dengan kedua mata yang sudah berkaca - kaca membuat Kavin terdiam saat ia menatap kedatangan Vino dan Viola. "Loh. Kan Arven sering di jemput sama Oma dan bibi Viola apa itu tidak cukup untuk Arven," Ucap Kavin membuat Arven menggeleng. "Arven ingin Daddy. Arven ingin di antar jemput sama Daddy. Arven juga ingin punya Mommy, biar orang tua Arven lengkap. Tapi, Daddy tidak pernah mau mengabulkannya," Ungkap Arven membuat pria kecil itu pada akhirnya terisak membuat Vino mengutuk dirinya yang terlalu sibuk dengan perkerjaan. Sehingga ia lupa waktu dan bahkan ia melupakan tanggung jawabnya pada Arven. "Arven," Panggilan Vino membuat tubuh Arven sempat menegang. "Opa. Arven ke kamar dulu ya, Arven lupa harus kerjain PR," Kata Arven sambil turun dari pangkuan Kavin membuat Vino segera mengejar langkah kecil Arven yang tengah berlari untuk menghindari dirinya. "Arven. Maafin Daddy, tolong jangan mendiamkan Daddy seperti ini. Daddy sayang sama Arven, bahkan pekerjaan Daddy di kantor terasa hambar saat mengingat Arven sama sekali tidak mau menatap Daddy. Daddy sangat sedih. Jika Arven tahu. Daddy, Sayang Arven. Itulah sebabnya Arven selalu ada di dalam pikiran dan hati Daddy. Tolong maafin Daddy yang lupa bahwa Arven juga butuh di perhatikan dan Daddy sempat melupakannya. Tolong, maafkan Daddy. Pangeran kecil," Mohon Vino dengan kedua mata sudah berair membuat Arven segera berbalik badan untuk menatap wajah tampan Daddy-nya yang tengah berlutut di hadapannya. "Daddy. Hiks, Arven sayang sama Daddy. Arven gak mau Daddy bersedih," Kata Arven yang ikut terisak membuat Vino langsung mendekap tubuh pria kecil itu. Membuat Kavin, Viola dan Meisie yang melihat hal itu pun tersenyum bahagia saat Melihat kedekatan anak dan ayah itu. "Daddy juga sayang sama Arven. Mulai hari ini apapun yang Arven mau akan Daddy turuti semua yang Daddy lakukan itu semata - mata Daddy lakukan untuk Arven," Ucap Vino membuat Arven mengangguk hingga pria kecil itu pun tersenyum. ***** Malam hari. Keluarga Abiputra berkumpul untuk makan malam bersama. Arven sedari tadi tidak berhenti tersenyum, pria kecil itu sangat bahagia karena besok Daddy-nya akan ikut bersamanya ke sekolah. "Bibi Vio. Besok bibi gak perlu antar Arven ke sekolah lagi, soalnya Arven mau di antar dan ditemani sama Daddy," Kata Arven yang tengah fokus mengunyah makanan di dalam mulutnya. "Oh begitu. Giliran ada Daddy, Bibi Vio dilupakan. Oh, begitu," Viola sengaja memasang wajah cemberut membuat pria kecil itu melirik - lirik sang Daddy. Vino tahu apa maksud dari lirikan Arven pada dirinya membuat Vino tersenyum. "Bibi Viola yang cantik. Besok dan seterusnya biar aku yang akan mengantar pangeran kecilku. Ini permintaanku bukan keinginan Arven jadi bibi Vio jangan salah paham," Ujar Vino dengan nada sedikit rendahnya membuat Arven terkekeh dengan lucunya. "Huh. Jahat," Viola sengaja membuang muka ke arah lain membuat Arven tersenyum bersalah. "Bibi. Maaf, Arven sebenarnya mau ikut bibi cuman Arven pengen sama Daddy untuk sementara waktu. Mumpung Daddy ada waktu buat Arven," Pria kecil itu memberanikan diri untuk mendekati bibi cantiknya itu. "Bibi," Panggil Arven sedikit cemas, takut jika bibi cantiknya akan marah padanya. Senyuman manis Viola seketika tercetak jelas. "Iya. Bibi izinin kok. Bibi itu cuman bercanda, bibi tahu kok bahwa Arven itu ingin di antar jemput sama Daddy jadi untuk sekarang bibi akan mengerti apa yang keponakan kecil bibi inginkan. Udah, Arven gak perlu memasang wajah sedih. Bibi itu tidak akan marah sama Arven," Kata Viola membuat pria kecil itu pada akhirnya tersenyum. "Terima kasih, Bibi Viola. Arven sayang sekali sama Bibi," Ujar Arven yang langsung menghambur memeluk Viola. "Bibi juga, Sayang sama Arven," Balas Viola. "Sudah pelukannya. Ayo Arven habiskan makan malamnya," Perintah Vino dituruti langsung oleh Arven. Pada akhirnya keluarga besar itu makan sambil membahas pekerjaan kantor. Tentu saja yang membahasnya hanya Kavin dan Vino. **** Pukul 05:47 pagi. Vino yang sedang tertidur terpaksa harus segera membuka matanya saat panggilan putra kecilnya mengusik tidurnya. "Daddy. Cepat bangun, Arven mau cepat ke sekolah. Iihhh, Daddy. Ayo," Desak Arven sambil mengguncang tubuh besar Vino membuat Vino terpaksa membuka kedua matanya. "Arven. Ada apa Sayang? Kenapa kau memanggil Daddy sepagi ini. Daddy kan masih mengantuk," Kata Vino yang seakan tidak rela untuk bangun lebih awal. "Ihhh. Daddy, ayo. Arven gak mau terlambat ke sekolah. Daddy ayo," Kesal Arven. Pria kecil itu bahkan sudah berpakaian rapi dengan seragam kanak - kanaknya. "Ya ampun Arven. Kamu gak akan terlambat masuk sekolah kok. Kan jam sekolah Arven pukul 07:30 pagi. Jadi Arven gak perlu berangkat sepagi ini." Kata Vino saat ia berusaha untuk tetap membuka matanya meskipun ia sangat mengantuk. Bayangkan saja ia baru bisa tidur pukul 2 pagi. Karena ia terlebih dahulu menyelesaikan pekerjaannya agar besok ia tidak perlu repot lagi dan tentunya bisa santai. "Daddy. Iihh, ayo. Kasihan Mommy kalau sendirian di sekolah, Daddy. Ayo," Paksa Arven. "Sayang. Maksud kamu Mommy yang mana sih?" Tanya Vino yang malas untuk berpikir. "Mommy Jasmine. Itu. Mommy yang dikirimkan tuhan pada Arven. Ayo Daddy, daddy cepat bersiap - siap," Desak Arven gemas pada sang Daddy. "Arven. Pangeran kecil Daddy, gadis yang Arven maksud itu adalah gadis SMA. Setahu Daddy. Anak SMA itu masuk siang bukan pagi." Ucap Vino yang sudah terbangun dari alam bawah sadarnya. "Daddy itu gak ngerti. Cuman Arven yang ngerti Mommy. Pokoknya Arven mau berangkat sekarang kalau telah jam 6 pagi Arven gak mau sekolah," Kesal pria kecil itu sambil berlari keluar dari kamar Vino. Membuat Vino mendesak lesu. "Astaga. Sabar Vino. Ini ujian bagi seorang Daddy, Huh. Setahuku dulu aku gak begini. Gak serepot ini," Pikir Vino sambil melangkah masuk kedalam kamar mandi. 10 menit kemudian Vino sudah keluar dari kamar mandi dan segera berpakaian. Karena ia tidak mau mengecewakan putra semata wayangnya itu. Selesai berpakaian, Vino segera melangkah menuruni anak tangga. "Iiihh. Bibi, sudah Arven bilang. Arven mau bawa dua kotak bekal. Kenapa cuman satu?" Protes Arven yang sibuk mengambil kotak bekal satunya dan kembali mengisi sarapan pagi dengan beberapa roti yang sudah ia oles dengan selai. Lain dengan para pelayan yang menatap majikan kecil mereka yang nampak rakus hari ini membuat mereka tersenyum geli. "Bibi. Arven juga mau dua botol minuman ya," Pinta Arven yang berusaha memasukkan roti selai sebanyak yang ia bisa." Uhh. Kenapa kotak bekalnya harus sekecil ini sih? Kan jadi cuman bisa muak dua roti. Iiuhh, bibi. Ada kotak bekal lainnya gak?" Tanya Arven dengan wajah masamnya. "Gak ada tuan kecil. Kotak bekalnya cuman ada dua," Jelas seorang pelayan paru baya membuat Arven semakin cemberut. "Ada apa ini? Kenapa berisik sekali?" Tanya Meisie yang baru saja memasuki dapur. "Ini Nyonya. Anu. Euhm, itu tuan kecil tiba - tiba ingin membawa dua kotak bekal tapi tuan kecil malah mau minta satu kotak bekal lagi. Bibi jadi bingung. Yang satu itu kan punya Non Viola tidak mungkin bibi kasih," Jelas pelayan itu. "Arven. Ada apa? Kenapa Arven pagi ini ingin bawa banyak makanan. Memangnya ada acara apa?" Tanya Meisie membuat wajah Arven semakin cemberut. "Arven pengen bawa sarapan pagi buat Mommy. Oma, tapi kotak bekal Arven terlalu kecil. Jadi roti selai-nya cuman bisa muak dua. Arven kan jadi kesal Oma," Adu Arven saat ia menatap kotak bekalnya. Ingin sekali ia menekan roti selai itu tapi Arven takut roti selai-nya malah akan penyok. Sama saja bohong namanya, kalau sudah di tekan otomatis rotinya gak bagus lagi untuk dilihat. "Memangnya Arven mau bawa berapa banyak. Kok dua kotak bekal saja gak suka?" Tanya Meisie dengan senyuman gelinya saat Melihat wajah lesu Arven. "Arven mau bawa banyak. Biar Mommy bisa makan banyak, kan Oma tahu. Mommy itu sangat kurus, Arven mau buat Mommy sedikit gendut biar tambah cantik," Ucap Arven membuat Meisie tersenyum geli. Sedang Vino merasa geli akan tingkah laku dari putra kecilnya itu. "Arven. Sudah belum? Jika sudah ayo kita berangkat katanya kalau sudah jam 6 pagi gak mau ke sekolah lagi? Kalau begitu cepat," Kata Vino membuat Arven menatap sedih pada kedua kotak bekal miliknya membuat Vino paham apa arti dari tatapan itu. "Hei. Pangeran kecil bibi." Panggil Viola yang sudah rapi dengan pakai dokternya. Membuat pria kecil itu langsung menoleh." Arven mau pinjam kotak bekal bibi tidak? Kalau mau. Arven boleh pinjam nanti siang bibi akan beli kotak bekal baru jadi kotak bekal bibi untuk Arven saja." Kata Viola membuat kedua mata Arven seketika berbinar. "Beneran bibi? Kotak bekal bibi buat Arven?" Tanya Arven sekali lagi dan dibalas anggukan kepala dari Viola membuat pria kecil itu seneng bukan main. "Terima kasih bibi Vio. Arven sayang banget sama bibi," Pria kecil itu berlari memeluk tubuh mungil Viola. Setelah puas memeluk Viola, Pria kecil itu langsung menaiki kursi untuk mengambil beberapa lembar roti yang akan ia olesin dengan selai coklat, stroberi, nanas, kacang dan lainnya. Jujur, Arven tidak tahu apa yang disukai oleh Jasmine. Jadi tentu saja pria kecil itu akan membawa semua rasa roti selai. Melihat kebahagian dan tingkah Arven membuat Vino, Viola dan Meisie merasa sangat bahagia saat melihat keceriaan Arven. Meisie menatap ke arah Vino dengan sebuah anggukan kepala membuat Vino mengangguk karena mengerti arti dari tatapan itu. Tbc,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD