[NADIA POV]Lucu tidak jika kalian tau bahwa aku masih menyimpan rasa untuknya?.Iya nyatanya aku masih mencintai dia meskipun banyak panah yang tertusuk. Aku menyadarinya bahwa rasa sayang itu telah terselimut benci. Meski aku mati rasa tapi setiap perlakuannya padaku mampu menarik kembali hati yang telah aku kubur dalam-dalam.
Dev menjemputku di kost-kostan, "Apa semuanya sudah masuk?" tanya Dev ingin menutup bagasi mobil.
Aku menganggukan kepala, "Bu terima kasih ya udah ngasih saya tinggal disini. Saya senang sekali," kata ku berdiri disamping Ibu pemilik kost-kostan. Aku mengembalikan kunci kamar yang selama ini aku sewa.
"Ya nduk ibu senang kamu bahagia tinggal disini. Lain kali kalau kembali jangan lupa mampir ya nduk."
Aku berpamitan sebelum akhirnya pergi dari kost-kostan, "Aku berangkat dulu ya bu." Aku menundukkan kepalaku berjalan didepan Ibu pemilik kost-kostan.
Ibu kost-kostan menganggukkan kepalanya. Aku masuk kedalam mobil dan melambaikan tanganku pada ibu kost-kostan. Ibu kost-kostan juga melambaikan tangannya membalas lambaian tanganku.
Aku menghembuskan nafas menatap kearah kaca mobil. Aku duduk disamping Dev yang sibuk menyetir.
"Apa kamu udah makan?" tanya Dev.
Astaga ini Dev emang perhatian atau gimana ya kalau diginiin terus baper balik lagi kan repot juga. Aku memejamkan mataku menjernihkan segala genjolak rasa yang hadir. Aku tidak ingin kembali berharap apalagi kalau berlebihan gak baik untuk diriku sendiri. IYA AKU SENDIRI! DIA MAH GAK BAKALAN!! Sakit...
"Udah," jawabku singkat.
Dev menganggukan kepalanya. Tidak ada lagi percakapan diantara kita hingga akhirnya kita sampai di pelabuhan Ketapang. Butuh waktu 3 jam selama diperjalanan dan itu benar-benar membuat mataku berat menatap jalanan lewat kaca mobil.
Aku kira dipelabuhan hanya dihari libur saja yang ramai tapi ternyata tidak, disini lumayan banyak juga yang mengantri untuk berangkat ke Bali tetapi tidak padat.
"Mau beli sesuatu dulu?" tanya Dev saat mobilnya melewati beberapa toko yang ada di pelabuhan.
Aku menggelengkan kepalaku. Lesu? iya aku lesu alasannya adalah aku mabuk perjalanan. Aku tidak terbiasa berjalan-jalan jauh ditambah aroma laut itu membuat perutku mual dan hampir akan muntah namun aku tahan.
Dev sudah mengendarai mobilnya masuk kedalam kapal. Saat mobil Dev benar-benar mati aku keluar dari mobil.
Tin..
Suara bel motor menyuruhku agak menjauh. Dengan spontan aku memajukan langkahku.
"Kamu gapapa?" tanya Dev panik menghampiriku.
Aku menggelengkan kepalaku, "Tidak apa-apa."
"Ayo naik." Dev menggenggam tanganku mengajak naik keatas kapal.
Di lantai dasar kapal tempat memarkirkan kendaraan terlihat begitu sibuk dan terdengar ada beberapa keributan. Aku menaiki tangga yang dituntun oleh Dev. Beberapa orang tampak senang menunjuk kearah laut dan gunung.
Dev terus memegang tanganku hingga kami masuk kedalam ruangan yang ada di kapal, "Duduklah disini aku kesana sebentar." Dev menunjuk kearah kantin yang ada di kapal.
Aku menganggukan kepalaku. Suasana kapal terlihat sedikit ramai banyak suara seperti suara ombak, lagu yang diputar dan juga beberapa orang yang asyik mengobrol. Aku mengedarkan pandanganku kesegala arah melihat mereka yang bersenang-senang.
Dev setelah selesai berbelanja dia datang kearah ku membawa dua cup mie instan yang sudah diseduh, "Makanlah supaya tidak mabuk laut." Dev menyodorkan salah satu cup mie itu padaku. Ternyata dia masih mengerti tentang diriku. Dia masih memberikan perhatiannya. Jika saja aku tidak ingat bahwa dia memang baiknya ke smua orang mungkin aku sekarang sudah salah tangkap mengenai perhatiannya saat ini!
"Makasih," ucap ku dengan senyuman kecil.
Aku melihat Dev tampak senang kemudian duduk disampingku. Sebenarnya aku cukup kelelahan untuk makan didalam kapal, tapi aku tetap menghabiskan mie itu agar perutku terasa lebih hangat. Kasihan juga Dev sudah membelikannya kalau aku menyia-nyiakannya dia pasti nanti kecewa atau sedih.
"Udah habis?" tanya Dev saat aku meneguk habis kuah yang ada dicup.
Aku menganggukan kepalaku sebagai jawabannya.
"Sini." Dev mengambil kupnya kemudian dia masukan kedalam kantong plastik.
Ini suami orang bisa gak jangan bikin tuper ware meleleh. Gerutu ku dalam hati melihat Dev yang begitu perhatian.
Tapi tidak mungkin Dev masih memiliki rasa padaku itu sangat mustahil apalagi dia meminta anak padaku hanya untuk mempertahankan hubungan pernikahan mereka. Dia juga pernah mengatakan kalau kita gak bisa lebih dari sebatas teman. sesak banget apalagi kalau dulu dia pernah bilang tentang istrinya... ahh kenapa sih harus ingat masa lalu terus...
Aku menggelengkan kepalaku sambil memegang kedua lenganku udaranya cukup dingin didalam karena ruangannya terpasang AC. Melihat aku yang terus menggosokkan lenganku Dev memasangkan jaketnya pada tubuhku.
Oh please ini benar-benar macam drama. Batinku.
Aku ingin sekali terpejam beberapa menit sampai akhirnya Dev memegangi kepalaku untuk bisa bersandar dipundaknya.
Bodo amat dengan romantis aku butuh tidur yang penting tidur. Meskipun hati berdebar kencang. Padahal tadi mata ini ingin tidur sesat tetapi langsung menghilangkan bersamaan dengan detak jantung yang bergelonjak kencang.
Kapal mulai bergerak. Aku memutuskan untuk tidur agar mabuk pada diriku hilang. Namun tiba-tiba ada gerakan dalam organ pencernaan ku yang merangsang naik ke tenggorokan. aku berlari menuju kamar mandi.
Hoek... Hoekk..
Aku memuntahkan cairan dalam perutku dikamar mandi. Benar-benar mabuk. Semua mie yang aku makan keluar begitu saja masih utuh pula!!! selesai muntah aku kembali duduk disamping Dev.
Saat kapal telah berhenti aku kembali merasa mual.
Aku cepat-cepat berjalan kekamar mandi karena perutku sudah tidak tahan.
Selesai muntah aku keluar dengan badan sedikit lesu. Benar-benar melelahkan keringat dingin bahkan aku juga tidak membawa minyak telon. Aku berjalan dan Dev terus memegangi tanganku untuk turun dari anak tangga.
"Kamu mau pakai minyak telon?" tanya Dev saat kami sudah berada didalam mobil.Dev mengeluarkan minyak telon dari box mobilnya.
"Tidak, aku ingin makan permen mint saja." Aku mengambil 3 permen yang ada dimobil Dev. Aku buka sekaligus dan memakannya. Setelah itu aku memejamkan mataku.
Dev mulai menghidupkan mesin mobilnya dan bersiap untuk keluar dari kapal.
Tiba lah kami di Pelabuhan Gilimanuk. Bali tempat yang indah saat semua novel menceritakan bulan madu pasangan mereka. Mereka yang mabuk kepayang karena cinta datang kembali untuk menghabiskan malam bersama. Aku tersenyum kecil mengingat aku kembali ke tanah kelahiranku sendiri.
Aku datang ke Bali dalam keadaan mabuk kepayang oleh ombak laut dan mabuk perjalanan. Aku benar-benar terpejam dan tertidur. Entah kemana arah Dev menyetir aku tidak tau sampai 2,5 jam perjalanan kami sampai disebuah rumah tampak seperti village.
"Kamu sudah bangun?" tanya Dev mematikan mesin mobilnya.
Aku menganggukan kepala seraya melepaskan sabuk pengaman. Udaranya benar-benar segar aroma pendesaan sawah dan pantai menyatu.
"Kita ada dimana?" tanyaku melihat pemandangan yang indah dihadapanku.
"Ini namanya desa Canggu, daerah Badung Bali." Dev menurunkan tas-tas yang berisi barang-barang ku.
Aku langsung menghampiri Dev yang berada dibelakang mobil. Aku mengambil tas-tas ku.
"Biar aku saja, kamu pasti lelah kan?"
Aku hanya bisa mengangguk ragu melihat Dev menggendong tasku. Dia sama sekali tidak terlihat lelah padahal dia menyetir hampir 6 jam.
"Ayo masuk," kata Dev saat dia membuka pintu rumahnya.
Aku tidak menyangka kalau Dev bisa memiliki rumah seperti hunian impian. Benar-benar terlihat asri dengan pemandangan hijau didepannya.
"Bersih sekali," ucapku melihat lantai putih tanpa debu.
"Mulai sekarang kamu akan tinggal disini." Dev menaruh barang-barang ku diatas meja.
"Lalu kamu?" tanya ku pada Dev.
"Aku tinggal dengan istriku, tapi mungkin aku akan kemari beberapa hari sekali untuk melihat kondisimu." Dev menatap manik-manik ku secara lekat.
"Jaga diri baik-baik ya, aku akan bicara lebih dulu dengan istriku untuk programnya." Dev memberikan kuncinya padaku dia kemudian berjalan keluar pintu menuju mobilnya.
Aku hanya bisa menatap punggungnya, "Dia suami yang sempurna." Aku menutup pintunya sebelum Dev menatap ke arahku.