Lelaki baik hati dan lelaki misterius

1028 Words
“Benarkah?” sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh lelaki itu membuat Woojin menganggukkan kepalanya menjawab lelaki tersebut, “Itu adalah apartemenku, kita bisa segera ke sana dan aku juga akan memberimu baju ganti, ayo!” ajak Woojin lagi setelah dirinya menunjuk ke arah gedung apartemen yang tepat berada di dekat taman tempat mereka berdiri saat ini. Lelaki itu tampak ragu, namun ketika kembali menatap Woojin yang menunggu keputusan darinya, lelaki itu pun akhirnya menganggukkan kepala dan ikut bersama dengan Woojin menuju apartemen milik Woojin yang tidak jauh dari taman itu. “Baiklah, terima kasih sebelumnya.” ucap lelaki itu kepada Woojin yang mengangguk dan mengajaknya untuk berjalan bersama-sama. Sepanjang perjalanan, Woojin terdiam untuk beberapa saat. Namun karenadirinya tidak menyukai keheningan, pada akhirnya Woojin pun menoleh menatap lelaki yang kala itu berjalan beriringan dengannya dan kemudian bertanya, “Sebenarnya kamu mau pergi ke mana?” pertanyaan yang dilontarkan oleh Woojin, membuat lelaki itu kini menoleh menatapnya dan terawa garis seraya berpikir sejenak untuk akhirnya membalas menjawab pertanyaan dari Woojin. “Aku sedang mencari tempat tinggal, aku … adalah orang yang baru saja pindah dari Amerika.”  jawaban yang diberikan oleh lelaki itu membuat Woojin ber’a’ria dan menganggukkan kepalanya seraya kembali bertanya, “Kau seorang pelajar?” pertanyaan yang dilontarkan oleh Woojin, membuat lelaki itu dengan ragu menganggukkan kepalanya, dan Woojin pun teringat jika mereka belum berkenalan sebelumnya. “Ah, benar … namaku Woojin, siapa namamu?” ucap Woojin seraya mengulurkan tangannya kepada lelaki yang kini menoleh menatap lengan Woojin yang terulur dan kemuidan ia menjabat tangan tersebut seraya berucap, “Mark.” ucap lelaki itu memperkenalkan diri dengan nama Mark, mendengar nama itu membuat Woojin menganggukkan kepala dan kemudian mengajak Mark untuk berbelok dan masuk ke dalam gedung apartemen miliknya. “Senang berkenalan denganmu, Mark … ayo, apartemenku di sini!” ucap Woojin kepada Mark yang menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan itu dan ikut berbelok dan masuk ke dalam sana.   * * * Pip … pip … pip … Cklek! Sebuah ruangan apartemen yang terlihat sangat rapih pun dimasuki oleh dua orang lelaki yang baru saja datang dari luar apartemen tersebut, pandangan Mark kini mengedar ke seluruh penjuru ruangan, seolah dia baru melihat hal yang seperti itu saat ini. Melihat reaksi dari Mark yang seperti itu, membuat Woojin merasa sedikit aneh dan merasa jika kondisi apartemennya tidak bagus. “Maaf, aku belum membereskan dengan rapi.” ucap Woojin kepada mark yang dengan cepat menoleh menatap Woojin dan menggelengkan kepalanya dengan cepat menanggapi hal itu. “Tidak … Tidak … ini rapi, aku suka ini. Tempatmu nyaman!” itulah yang dikatakan oleh Mark yang akhirnya membuat Woojin mengangguk dan tersenyum menanggapi ucapan tersebut, “Duduklah dan hangatkan dulu tubuhmu, aku akan membawakan bajunya, pakailah handuk ini terlebih dahulu!” ucap Woojin yang baru saja menunjuki ke arah sofa, dan berjalan untuk menyalakan penghangat ruangan dan meraih handuk kering lainnya yang tergantung di rak jemuran miliknya. Mark tersenyum dengan canggung dan mengangguk ketika Woojin memberikan handuk tersebut lalu dengan cepat melangkah pergi dari hadapannya, dan Mark meyakini jika Woojin tengah mengambil baju yang dijanjikan oleh Woojin kepada dirinya. Woojin berjalan dengan cepat menuju kamar lemarinya, ia menoleh menatap baju atasan yang setidaknya jarang ia kenakan dan masih terlihat bagus. Ia berkali-kali melihat-lihat dan pada akhirnya ia memutuskan untuk memberikan kaos putih, sweater coklat serta celana hitam yang sudah jarang digunakan oleh dirinya. Setelah merasa bahwa ia benar-benar akan memberikan baju itu, Woojin pun berjalan menuju ruang tengah untuk memberikan baju tersebut kepada lelaki bernama Mark yang baru saja ia bantu di tengah taman pinggir apartemennya. Langkah Woojin pun berhenti ketika dirinya menyadari bahwa mark kini terlelap di atas sofa panjang miliknya. Melihat bahwa Mark sangat pulas tertidur, membuat Woojin menjadi tidak tega untuk sekedar membangunkan dirinya dan akhirnya memutuskan untuk membiarkan lelaki blasteran itu tidur di sofa itu untuk beberapa jam, setidaknya hingga ia terbangun kembali. Diletakannya baju, sweater dan celana itu di dekat Mark yang tengah terlelap. Dan Woojin pun melangkah mundur untuk membiarkan dirinya beristirahat dengan tenang di dalam ruangan itu, “Hmm … baiklah, sepertinya aku akan mandi saja.” gumam Woojin dengan pelan, dan ia pun memutuskan untuk membersihan tubuhnya setelah seharian melaksanakan lomba dan menjuarai tae kwon do di sekolahnya. Woojin masuk ke dalam kamar mandi dan akhirnya ia mandi. Ring … Ring … Ring … Suara nyaring dari handphone milik Woojin yang terletak di atas meja dapur yang berdekatan dengan ruang tengah pun membuat Mark merasa terganggu dan terbangun dengan spontan. Ia terkejut dengan suara nyaring yang baru saja menembus masuk ke dalam indra pendengarannya. Pandagan Mark kini menoleh menatap ke arah handpone yang kini bergetar serta berdering, yang pada akhirnya membuat Mark beranjak dari sofa dan berjalan menghampiri Handphone milik Woojin yang tergeletak di atas meja itu. Pandangan Mark kini menoleh ke arah kanan dan ke arah kiri, namun ia tidak mendapati bahwa Woojin ada di sekitarnya, yang pada akhirnya membuat Mark meraih handphone itu dan menatap layar yang kini tertuliskan sebuah nama. ‘KimDongDong Call you’ Dahu Mark praktis mengerut menatap nama dan juga handphone yang ia pegang saat ini, seolah ia baru saja melihat gadget seperti itu. “Siapa itu KimDongDong??” gumam Mark kepada dirinya sendiri seraya terus menatap layar ponsel tersebut, dan di saat yang bersamaan Woojin keluar dari kamar mandi dengan keadaan setengah terlanjang, yang membuat Mark yang kini menoleh ke arahnya pun berteriak cukup keras dan dengan cepat berbalik membelakangi Woojin yang saat itu pun ikut berteriak karena terkejut mendengar teriakan dari Mark yang nyaring. “AAAKK!!” itulah teriakan yang dilontarkan oleh Mark, yang membuat Woojin pun berteriak dan mengumpat karena terkejut. “Yaish! Kkamjagiya! (oh! Aku terkejut!)” ucap Woojin berusaha untuk mestabilkan jantungnya yang sempat melompat karena teriakan Mark yang mengejutkan. “Wae (Kenapa) ?? kenapa kau bereaksi terlalu berlebihan, Mark-ssi?!” tanya Woojin kepada Mark yang kini menunduk meminta maaf kepada Woojin seraya kembali meletakan handphone milik Woojin di atas meja dapur, “M … Maaf, aku tidak terbiasa melihat lelaki terlanjang di hadapanku.” ucap Mark kepada Woojin yang kini menghembuskan napasnya seraya mengedikkan kepalanya ke samping dan kemudian menggelengkan kepala untuk menanggapi hal itu.  To be Continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD