Sepupu yang Protektif

1038 Words
“Araseo, jamkkan (aku mengerti, tunggu dulu) … aku akan berpakaian dulu.” ucap Woojin kepada Mark yang kini mengangguk menanggapi ucapan Woojin yang kini berjalan menuju kamar ganti. Setelah Woojin meninggalkannya sendiri di ruangan tersebut, Mark pun menghembuskan napasnya dan mengusap-ucap jantungnya berusaha untuk menenangkan diri. “Huft … Syukurlah aku tidak merusak VDnya.” gumam Mark seraya menekan-nekan sebuah tombol yang tak terlihat yang menempel di bagian leher kanannya, pandangan Mark kini menoleh menatap kamar Woojin sebentar untuk akhirnya secara diam-diam ia menghubungi seseorang yang berada jauh darinya menggunakan sebuah hologram yang muncul secara tiba-tiba dari dalam lengannya dan timbul ke permukaan kulit tangan Mark. “Yuna, aku sudah berada dalam lokasi yang kau katakan. Dan aku secara tidak langsung bertemu dengan target kita.” suatra seorang wanita yang dikeluarkan oleh Mark tentu saja tidak membuat dirinya sendiri terkejut, karena pada pasalnya suara itu adalah suara asli dari dirinya. Ia merekam ucapannya dan segera mengirimkan pesan suara itu kepada temannya yang baru saja ia panggil dengan sebutan Yuna. Hanya membutuhkan waktu tiga detik bagi Mark mengirim pesan itu, detik selanjutnya ia mendapatkan pesan balasan, dan itu juga merupakan sebuah voice note. “Good job Marta, tetaplah dalam mode penyamaranmu!” itulah balasan yang diberikan oleh Yuna kepada Mark, Aka Marta. Seorang wanita yang menyamatr menjadi seorang lelaki untuk mendekati target yang tidak lain adalah Woojin. Lelaki yang beberapa saat yang lalu memberikan bantuan kepada dirinya. “Ok.” itulah pesan terakhir yang dikirimkan Marta kepada Yuna, sebelum akhinya ia kembali menyembunyikan hologram tersebut dan kembali menekan-nekan tombol transparan yang menempel di lehernya sendiri. (p.s : VD adalah Voice Disguiser atau penyamar suara. Yang memiliki fungsi untuk menyamarkan suara dan juga rupa dari seseorang yang memakainya. Bentuk dari VD ini adalah tombol transparant yang tidak bisa dilihat oleh lawan bicaranya dan ini sangat menguntungkan bagi orang-orang yang tidak ingin diketahui kesejatiannya atau dirinya yang sesungguhnya.) * * * Selama berganti pakaian, Woojin merasa bahwa Mark adalah orang yang aneh. Bukan hanya karena dirinya berteriak ketika melihat Woojin yang setengah telanjang, namun ia juga merasa aneh karena setelah hal itu Mark enggan untuk melirik ke arah dirinya. “Ck … aneh, seharusnya tidak sampai seperti itu kan?” gumam Woojin bertanya kepada dirinya sendiri, namun pada akhirnya ia tidak menghiraukan itu dan memutuskan untuk segera menemui dirinya. Woojin berjalan keluar dari kamar ganti dan menatap ke arah Mark yang kini tengah meraih baju-baju yang sempat disimpan oleh Woojin untuknya di dekat sofa itu. “Ah … itu adalah baju mu … kau bisa memakainya.” ucap Woojin kepada Mark yang kini tersenyum dan mengangguk menanggapi ucapan Woojin, “Te … terima kasih, Woojin-ssi.” ucap Mark kepada Woojin yang kini menganggukkan kepalanya dan kemudian Woojin menunjuk ke arah kamar gantinya dan juga kamar mandi seraya berucap, “Kau bisa berganti pakaianmu di dalam kamar ganti atau kamar mandi.” penjelasan yang dilontarkan oleh Woojin kembali membuat Mark menganggukkan kepala dan kini berjalan menuju ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Woojin menoleh menatapnya yang kini masuk ke dalam kamar mandi, dan kemudian Woojin pun menghelakan napasnya dan memegangi perutnya yang kini terasa keroncongan. “Ahh … kurasa mie ramen akan lezat jika aku makan saat ini.” gumam Woojin kepada dirinya sendiri, dan ia pun memutuskan untuk memasak mie ramen untuk dirinya dan juga untuk Mark, karena ia meyakini jika Mark pun akan merasa lapar setelah dirinya masuk ke dalam kolam ikan yang beku. Woojin melangkah masuk ke dalam dapur dan meraih dua bungkus mie instan yang ia simpan di dalam rak lemari, dan baru saja ia hendak menyalakan kompor, pandangannya kini tertuju pada ponselnya yang berdering. Ring … Ring … Ring … Dengan malas Woojin berjalan mendekati meja dapur itu dan menatap layar ponsel yang kini bertuliskan ‘KimDongDong Calling you’, yang membuat Woojin pun segera mengangkat sambungan telfonnya lagi. “Mwo??? (Apa??)” tanya Woojin dengan malas, “Buka pintunya, aku sudah membeku dan berdiri selama lima belas menit di sini, bodoh!” ucapan yang dilontarkan oleh Donghyun sang sepupu, membuat Woojin terkejut dan segera berjalan menuju pintu apartemennya seraya berucap, “Kau datang?!” tanya Woojin seolah ia tidak pernah menyangka jika Donghyun akan datang menghampirinya, Woojin mengintip lubang pintu tersebut dan akhirnya ia membuka pintu itu setelah benar saja Donghyun tengah berdiri tepat di depan pintu tersebut. Cklek! “Lama sekali!!” ucap Donghyun seraya masuk ke dalam apartemen Woojin dengan membawakan Chikken dan beberapa kaleng soda. “Wae yeogi watni? (kenapa kamu datang kemari?)” pertanyaan yang diucapkan oleh Woojin membuat sepupunya Donghyun terlihat tidak menyukai pertanyaan itu, “Wae? Naega an ogil barani? (kenapa ?? kamu tidak ingin aku datang?)” pertanyaan bernada ketus dari Donghyun, membuat Woojin segera menggelengkan kepalanya menepis pertanyaan sang sepupu yang ia duga akan menjadi sebuah permasalahan yang besar, “Annia, nan joha. (Tidak, aku menyukainya.)” jawab Woojin dengan singkat seraya menutup pintu apartemennya. Pandangan Donghyun yang baru saja masuk ke dalam apartemen itu kini menoleh menatap sepatu yang aneh yang berada di tempat sepatu milik Woojin, dan hal itu membuat Donghyun pun bertanya, “Kau membawa seseorang kemari?” itulah pertanyaan yang Donghyun tanyakan kepada Woojin yang kini mengangguk seraya berucap, “Ng … aku membantu seseorang, dia masuk ke dalam kolam ikan ketika aku melewat dan sekarang dia tengah berganti pakaian di dalam kamar mandi.” ucap Woojin dengan santai seraya melenggang terlebih dahulu dari Donghyun yang kini terlihat terkejut mendengarnya. “Kau membantu orang asing??? dan membiarkannya masuk ke dalam apartemenmu?” tanya Donghyun kepada Woojin yang kini duduk di atas sofa dan menganggukkan kepalanya dengan santai menjawab pertanyaan Donghyun. “YAA! Park Woojin! Tidakkah itu sangat berbahaya?? apakah kau tidak tahu, menolong orang asing bisa saja membahayakan dirimu! Kita tidak tahu sifat asli manusia!” ucap Donghyun kepada Woojin, dirinya kini menatap sepupu dekatnya yang terlihat santai itu dengan penuh kecemasan, seolah ia berusaha untuk mengingatkan jika banyak sekali orang yang berbahaya yang berkeliaran di luar sana dan mungkin saja salah satunya adalah orang yang ditolong oleh Woojin sepupunya, yang pada dasarnya kecurigaan Donghyun adalah benar, karena Mark yang kala itu di tolong oleh Woojin pun menargetkan Woojin saat itu. * * * To Be Continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD