Arkan masuk ke dalam club dengan ditemani oleh Darma, mereka langsung mencari keberadaan teman-teman mereka yang lainnya.
"Maen belakang ternyata si k*****t" ucap Arkan sambil memperhatikan Arsen yang sedang duduk dan ditemani oleh beberapa orang cewek cantik nan bohay.
"Bisa kita meluncur sekarang calot?" tanya Darma. Arkan menoleh ke arah cowok itu dengan menaikan sebelah alisnya.
"Calot? Calot apa sih? Bahasa lo terlalu gaul buat gue"
"Calot, calot pilot. Tapi bentar deh, lo abis dari mana? Ini pakaian lo kayak orang abis..." Arkan langsung memotong ucapan Arsen.
"Gue abis makan malem bareng keluarga, udah deh jangan banyak bacot. Gue pengen bunuh si uang sen itu" Arkan merangkul bahu Darma di tengah keramaian orang-orang.
Nesya menghela nafas panjang sebelum ia masuk ke dalam cafe, dimana Alex sudah menunggu nya. Saat masuk ke dalam cafe mata Nesya langsung tertuju kepada pria tampan dengan jaket berwarna hitam nya sudah duduk.
Alex berdiri dan tersenyum saat melihat Nesya sudah datang.
"Duduk Nes" ucap Alex seraya tersenyum.
Nesya tersenyum dan mulai duduk di hadapan Alex.
"Kamu apa kabar?" tanya Alex memulai pembicaraan.
"Aku baik kak, kakak apa kabar?"
"Baik juga" Arkan memperhatikan wajah Nesya. Terlihat sangat kelelahan gadis itu, Alex menjadi tidak tega untuk menjalankan rencana yang sudah ia susun.
"Kamu sakit Nes?" tanya Alex khawatir.
"Eng.. Enggak kak, aku gak papa kok. Kakak ngajak ketemuan disini mau ngomong apa?" Alex menghela nafa sebelum membalas ucapan Nesya.
'Oke, rencana ditunda!' batin Alex sambil menatap Nesya.
"Aku cuma kangen aja sama kamu"
Nesya tersenyum kecil, jujur ia juga merindukan laki-laki yang ada dihadapan nya. Tapi Nesya sadar sekarang posisi nya sudah tidak sebebas dulu. Walaupun Arkan tidak ada melarang dirinya mau dekat dengan siapapun, hanya saja Nesya malas jika harus berurusan sama Arkan. Lebih baik ia mencari aman daripada mencari mati!
"Aku tau ini berat untuk kakak, jujur aku juga berat ngelepas kakak. Tapi ini harus aku lakuin karna suatu hal, kakak gak perlu tau apa yang terjadi sama aku sekarang. Intinya aku sekarang baik-baik aja, kita masih bisa jadi temen! Kita gak harus jadi musuh kan mentang-mentang status kita sekarang udah gak kayak dulu. Kita masih bisa temenan" ucap Nesya sambil tersenyum. Alex ikut tersenyum, bukan senyum yang biasa Alex berikan sewaktu Nesya masih menjadi kekasih nya, namun senyum kali ini terlihat sangat mencurigakan, senyum yang sulit untuk diartikan.
***
Pukul dua dini hari, Nesya terbangun saat mendengar suara pintu apartemen terbuka. Nesya tahu kalau itu adalah Arkan, ia menghembuskan nafas panjang sebelum keluar dari kamar untuk melihat Arkan.
Nesya keluar dari kamar dan terkejut melihat Arkan yang sedang duduk santai sambil menonton tv.
"Apa?" tanya Arkan tanpa menoleh ke arah Nesya yang sedang termenung. Nesya mendekati cowok itu dan berusaha mencium aroma tubuh Arkan, aroma tubuh Arkan masih sama seperti sebelumnya. Tidak ada tercium bau alkohol.
"Lo abis dari mana?" tanya Nesya seraya berdiri di samping Arkan.
"Club, kan tadi gue udah bilang. Gimana sih, b**o deh!" jawab Arkan malas.
Nesya menghela nafas dan duduk di samping Arkan.
"Lo gak minum emang nya?"
"Enggak!"
"Kenapa?"
"Males!"
"Males? Gue denger-denger katanya lo jago banget soal minum-minuman beralkohol, bohong banget lo gak ada minum" Arkan berdecak kesal lalu menoleh kesamping nya untuk melihat Nesya.
"Lo gak percaya?" tanya Arkan, Nesya langsung menganggukan kepalanya. Arkan duduk menghadap Nesya seraya mengerucutkan bibir nya. Nesya mengernyitkan dahi tidak mengerti dengan maksud Arkan.
"Cium aja gue kalo lo masih gak percaya" ucap Arkan sambil memejamkan mata nya. Nesya terbelalak dan segera menjauh dari cowok itu.
"Lo gila? Denger ya gak ada kontak fisik! Itu tanda nya lo gak boleh ngapain-ngapain gue, apalagi cium-cium gitu. Ogah gue!" kata Nesya sembari memukul Arkan dengan bantal.
"Yaelah, ngapain sih buat perjanjian kayak gitu? Gak ada kontak fisik masa? Gue seharusnya bebas mau minta ini itu sama lo, kalo lo gak mau berarti lo udah durhaka sama gue!"
"Biarin!"
"Capek gue!" gumam Arkan.
Arkan dan Nesya sama-sama diam, tidak membuka suara lagi. Arkan terus memperhatikan tv nya, Nesya duduk cukup jauh dari Arkan. Mereka duduk di satu sofa yang sama, Arkan melirik gadis itu dan mendekati nya. Arkan tersenyum kecil ketika melihat Nesya sudah tertidur, ia mematikan tv nya dan menggendong Nesya menuju kamar.
Dengan hati-hati Arkan membaringkan Nesya di tempat tidur lalu duduk seraya memperhatikan wajah cantik gadis itu.
Pagi harinya saat Arkan sudah terbangun terlebih dahulu, ia langsung mencari makanan di dapur dan mengumpat tidak jelas saat melihat tidak ada makanan sama sekali. Arkan kembali ke kamar dan menghela nafas ketika melihat Nesya masih tertidur.
"Nes? Bangun dong! Gue laper! Nesya?" panggil Arkan seraya mengguncangkan bahu Nesya, Nesya terbangun dengan keadaan setengah sadar. Arkan berdecak tidak sabar dan kembali memukul bahu Nesya pelan.
"Sadar kek, gue laper nih. Elo gimana sih, kalo gak bisa jadi istri gak usah sok-sokan jadi istri" ucap Arkan. Mata Nesya terbuka lebar dan langsung menangis sehingga membuat Arkan bingung.
"Hiks...hiks.."
"Elo kok malah nangis sih? Sumpah, gue gak ada nyentuh lo kemaren pas lo tidur" ucap Arkan seraya duduk di sebelah Nesya.
"Bukan itu b**o!" Nesya mulai berhenti menangis dan menghapus air mata nya. Arkan bernafas lega karena Nesya tidak menangis lagi.
"Terus lo kenapa?" tanya Arkan dengan lembut. Nesya langsung menoleh dengan tatapan tajam nya.
"Gak usah sok lembut deh lo! Jijik gue" ucap Nesya ketus lalu berjalan keluar kamar meninggalkan Arkan yang masih bingung.
"Jijik? Emang gue t*i pake di bilang jijik segala?"
Arkan sudah duduk di meja makan seraya memperhatikan Nesya yang sedang menyiapkan sarapan. Nesya menaruh sepiring nasi goreng kehadapan Arkan. Arkan membuang muka nya ketika melihat nasi goreng sudah tersaji di hadapan nya.
"Kenapa lo?" tanya Nesya.
"Gue bosen setiap sarapan pake nasi goreng mulu, kalo gak pake roti. Yang lain gitu"
"Ada, lo mau?" Arkan langsung tersenyum lebar dengan mata yang berbinar.
"Serius ada?"
"Ada! Batu, lo mau? Biar gue ambilin sekarang juga?" Arkan mengerucutkan bibir nya dan menarik sepiring nasi goreng kedekatnya dan memakan nya. Nesya tersenyum puas dan kembali melanjutkan makan.
"Lo udah putus sama Alex kan?" tanya Arkan ketika mereka sudah selesai sarapan.
"Udah, kenapa? Seneng lo?"
"Enggak sih, biasa aja!"
Nesya memutar kedua bola mata malas, jengah menghadapi sikap menjengkelkan Arkan.
"Perjanjian dan peraturan kita udah berlaku dari kemaren kan?" tanya Nesya. Arkan membalas ucapan Nesya dengan mengangguk kecil dengan pandangan fokus kepada ponsel nya.
"Dan kemaren lo udah bikin 2 pelanggaran sekaligus" Arkan langsung menoleh dengan menaikan sebelah alis nya.
"Pertama, lo udah pergi ke club. Kedua, lo pulang nya lewat jam sepuluh. Dan itu semua ada di surat pernjanjian yang udah gue tulis capek-capek"
"Lah, terus sekarang gue harus apa?" tanya Arkan seraya kembali menatap ponsel nya.
"Lo harus beliin gue bunga mawar, coklat, juga donat!"
"Kalo gue gak mau?" tanya Arkan santai.
"Lo bakal mati di tangan gue sekarang juga!"
"Gak takut lo masuk penjara?"
"Sumpah ya, lo itu ngeselin banget"
"Baru tau?" Nesya mencubit pinggang Arkan dengan kuat.
"Anjing, sakit b**o!"
"3 pelanggaran! Oke, kalo lo gak mau beliin gue bunga. Gampang, gue minta beliin aja sama Alex, dia pasti mau beliin gue. Secara dia kan masih sayang sama gue" Arkan memasukan ponsel nya ke kantong celana dan menarik tangan Nesya.
"Jangan pernah lo minta beliin apapun sama dia!" ucap Arkan seraya berjalan menuju lift. Nesya membalas ucapan Arkan dengan cengiran.
Mobil sport mewah milik Arkan sudah berhenti di sebuah toko bunga yang sangat terkenal di Jakarta, Arkan mengambil permen karet dan memasukan nya kedalam mulut juga ia tidak ketinggalan dengan kacamata hitam nya. Nesya hanya menggeleng kecil melihat Arkan. Begitu Arkan keluar, semua mata langsung tertuju ke arah nya. Terutama untuk para cewek-cewek, tidak ada kata bosan bagi mereka untuk terus melihat wajah tampan Arkan walaupun dengan jarak yang jauh.
"Mata lo udah minus ya?" tanya Arkan kepada Nesya sambil terus berjalan dan tersenyum kepada gadis yang menyapa nya. Arkan tidak mengenal cewek-cewek yang ada di sekitar toko bunga tersebut. Tapi apa salahnya jika membalas sapaan mereka dengan senyuman maut nya?
"Pertanyaan macem apa sih itu?"
"Abis nya lo gak pernah liatin gue kayak mereka liatin gue, gue ini ganteng loh. Tapi kenapa lo gak tertarik?"
"Karna lo itu songong banget! Tengil! Pede parah!"
Saat mereka sudah berada di dalam toko bunga tersebut, Nesya langsung memilih bunga mawar berwarna merah menyala.
"Satu tangkai aja kan Nes?" tanya Arkan sambil memperhatikan bunga mawar yang berjumlah cukup banyak.
"Kalo cuma satu cepet mati ntar! Gue mau sebuket besar!"
"Lo tau, satu tangkai mawar harga nya mahal. Dan lo mau sebuket besar? Lo mau kita jadi miskin?" Nesya langsung memicingkan mata nya.
"Pelit banget sih lo! Lagian siapa suruh lo ngelanggar perjanjian? Tanggung sendiri akibat nya"
"Maaf mas, mbak. Bunga nya mau yang mana?" tanya seorang perempuan. Nesya langsung menunjuk bunga mawar berwarna merah kesukaannya.
"Terserah mbak deh jumlah mawar nya mau berapa, yang jelas saya mau sebuket besar ya" perempuan tersebut mengangguk sambil tersenyum.
Arkan mendengus kesal, Nesya tersenyum puas sembari memukul pelan pipi Arkan.
"Ada hubungan apa sih mereka?"