"Ada hubungan apa sih mereka?"
"Kayak nya mereka punya hubungan spesial gitu deh Vi, liat aja tuh si Arkan malah beliin tu cewek bunga" ucap Dina.
Tiga orang cewek sedang memperhatikan Arkan dan Nesya yang baru saja keluar dari toko bunga. Victoria, cewek paling populer di High School Global Prima yang sangat menyukai sosok Arkan. Bukan hanya ketampanan cowok itu, melainkan tingkah laku Arkan yang nakal membuat Victoria tambah tergila-gila. Ia juga dijuluki 'Bad girl' disekolah karena perilaku buruk nya. Victoria tidak akan membiarkan cewek manapun mendekati Arkan yang sudah ia anggap seperti kekasih nya, tapi tidak untuk Arkan. Justru ia merasa sangat risih dengan perilaku berlebihan Victoria, Arkan selalu berusaha jauh dari cewek itu, namun Victoria mempunyai seribu satu cara agar bisa selalu bersama Arkan.
"Kita harus cari tau siapa cewek itu, kalo ternyata kita satu sekolah sama dia. Permainan dimulai!"
Nesya menyusun roster mata pelajaran nya hari ini, selesai menyusun roster Nesya langsung membangunkan Arkan yang masih tidur.
"Arkan, woy bangun! Kita hari ini sekolah pinter! Bangun ayam!" ucap Nesya seraya memukul lengan Arkan. Bukan nya bangun, Arkan malah meracau tidak jelas sehingga membuat Nesya kesal dan kembali memukul lengan Arkan lebih kuat.
"Gue merasa tersiksa tau gak!" ucap Arkan sambil duduk di tempat tidur dan mengelus lengan nya yang habis dipukul Nesya.
"Bodo! Cepetan mandi, awas kalo lo lama!"
"Untung lo cantik Nes" gumam Arkan seraya berjalan menuju kamar mandi.
"Tungguin gue kek!" kata Arkan ketika mereka sudah sampai di sekolah. Nesya menoleh kebelakang sejenak dan mempercepat langkah kaki nya.
"Lo gak denger kalo bel udah bunyi? Untung kita gak telat kan!" omel Nesya, Nesya mengerutkan dahi karena tidak mendengar balasan dari Arkan, Nesya berhenti berjalan saat melihat Arkan sedang tebar pesona dengan sekumpulan cewek-cewek.
"Emang dasar play boy cap kelinci!"
***
Saat sudah selesai mengikuti upacara, Nesya dan teman-teman nya langsung bergegas menuju kelas. Langkah Nesya terhenti ketika seorang guru memanggil nya.
"Bapak manggil saya ya?" tanya Nesya sambil tersenyum.
"Iya dong, emang siapa lagi. Bapak mau minta tolong, boleh?" tanya pak Jerry, Nesya langsung mengangguk dan tersenyum.
"Tolong bawa sebagian buku ini ke kelas duabelas IPA 2 ya, tangan bapak udah gak bisa lagi nih bawa buku-buku ini" Nesya sempat terdiam.
'Itukan kelas nya Arkan, males banget gue!'
"Nes? Bisa kan?" tanya pak Jerry sehingga membuat Nesya segera mengangguk. Pak Jerry tersenyum dan memberikan sebagian buku yang sudah ia bawa ketangan Nesya.
"Kita duluan ya Nes" ucap teman-teman Nesya. Nesya tersenyum kecil dan mulai mengikuti langkah pak Jerry menuju kelas duabelas IPA 2.
"Buruan dong, jangan sampe keliatan!" kata Arkan.
Arsen, Darma, dan Evan terus mengikuti instruksi dari Arkan.
"Iya sabar ae lo!"
"Pak Jerry oiii.." kata Ikmal. Semua penghuni kelas langsung pontang panting berlari menuju bangku mereka masing-masing. Arkan, Arsen, Darma, dan Evan bertos ria saat rencana mereka untuk menjahili pak Jerry sudah terselesaikan.
Arkan membelalakkan mata ketika melihat gadis yang berjalan di belakang pak Jerry, Nesya langsung melirik Arkan yang duduk di bangku paling belakang.
"Letakan di sini aja Nes" ujar pak Jerry sambil menunjuk meja. Nesya meletakkan buku yang ia bawa.
"Satu, dua, tiga.."
Pak Jerry duduk dan mengernyitkan dahi saat merasakan sesuatu yang aneh di p****t nya. Pak Jerry mulai memeriksa kursi yang ia duduki. Di bangku paling belakang, keempat cowok yang sudah mengatur semua nya tertawa geli melihat ekspresi pak Jerry. Pandangan pak Jerry segera mengarah kepada keempat cowok yang sedang terkikik geli. Nesya pun juga ikut memperhatikan Arkan dan teman-teman nya.
"Siapa yang menaruh permen karet di kursi saya?" tanya pak Jerry dengan suara yang menggelegar. Aksi tawa mereka langsung terhenti dan mengubah posisi duduk mereka menjadi posisi tegap. Karena tidak ada yang menjawab pertanyaan nya, pak Jerry kembali bertanya dengan suara yang tak kalah mengerikan.
"Siapa yang menaruh permen karet di kursi saya? Kalau tidak ada yang mengaku, kalian semua akan saya jemur di lapangan!"
"Arkan pakkk.." jawab seisi kelas bersamaan. Arkan langsung membelalakan mata dan menatap tajam keseluruh teman-teman nya.
Nesya menghembuskan nafas pelan melihat perilaku keterlaluan Arkan.
"Kedepan kamu Arkan!" ucap pak Jerry. Arkan segera bangkit berdiri dan berjalan mendekati pak Jerry yang sedang berapi-api. Arkan berdiri di antara Nesya dan pak Jerry, cowok itu melirik gadis yang ada di sebelah nya.
"Bisa gak sih kamu itu sehari aja gak usah bikin masalah? Banyak guru-guru yang mengeluh karna perilaku kurang ajar kamu ini! Kalau kamu kayak gini terus, lebih baik kamu pindah ke kelas IPS aja sana" kata pak Jerry. Arkan membulatkan mata nya seraya menggeleng.
"Jangan dong pak, lagian ini bukan perbuatan saya!"
"Terus kalau bukan kamu siapa lagi?" tanya pak Jerry.
"Tuh, Arsen and the geng!" tunjuk Arkan dengan dagu nya.
"Whattt..." ucap Arsen menirukan suara minion sehingga membuat sisi kelas tertawa geli. Begitu juga dengan Arkan, Nesya menundukkan kepala seraya tersenyum kecil sementara pak Jerry berusaha untuk menahan amarah nya.
"Diam kalian! Tidak usah tertawa! Kalian" pak Jerry menunjuk Arsen, Darma, dan Evan secara bergantian.
"Bener kalian yang taruh permen karet ini di kursi saya?"
"Udah jujur aja deh lo pada!" ujar Arkan.
"Diam kamu!" Arkan menutup mulut rapat-rapat lalu menoleh ke arah Nesya. Saat mereka saling tatap, Arkan tersenyum kepada Nesya, dan Nesya membalas senyum Arkan dengan pelototan.
"Iya pak, emang kita yang taro!" ucap Arsen.
"Nah, bapak denger sendiri kan? Berarti yang salah mereka dong pak, bukan saya!"
"Tapi yang nyuruh Arkan pak!" tambah Evan.
"Lo kok.." pak Jerry langsung memotong ucapan Arkan dan memukul tangan Arkan menggunakan rol.
"Kamu denger kan apa kata mereka, kamu biang kerok dibalik ini semua ternyata!" pak Jerry beralih menatap Nesya yang sedari tadi hanya diam saja memperhatikan perdebatan antara Arkan dan pak Jerry.
"Jangan sampai kamu punya pacar kayak dia ya, cari pacar yang baik-baik!" ujar pak Jerry kepada Nesya. Arkan tertawa geli melihat ekspresi polos Nesya.
"Walaupun saya nakal, pasti dia mau sama saya pak. Karna saya kan ganteng!"
"Emang kamu mau Nes punya pacar kayak Arkan?" tanya pak Jerry. Nesya bingung harus menjawab apa. Jika ia menjawab tidak, maka urusan nya bersama Arkan akan berlanjut setelah mereka pulang sekolah. Tapi, jika iya menjawab iya, mungkin satu sekolah akan heboh dan mungkin saja dia akan di serang oleh fans-fans Arkan.
"Enggak pak!" jawab Nesya.
"Wooooo... Di tolak terang-terangan. Wooo... Lebih baik sama abang aja dek!" ujar Arsen membuat seisi kelas riuh. Arkan langsung memicingkan mata nya.
"Bagus Nesya, jangan mau punya pacar kayak Arkan!" ucap pak Jerry.
"Kalo punya suami kayak gue, mau gak?" tanya Arkan, Nesya kembali terdiam. Semua orang yang mendengar pertanyaan Arkan langsung menunggu jawaban dari Nesya. Karena terlalu lama Nesya tidak menjawab pertanyaan Arkan, pak Jerry segera mengalihkan pembicaraan.
"Sudah-sudah! Hukuman untuk kamu Arkan, bersihkan seluruh toilet yang ada di sekolah ini!"
"Yaaah, pak? Jangan semua nya dong, toilet cewek aja gimana?"
"Gak ada tawar menawar Arkan! Atau kamu mau saya tambah lagi hukuman untuk kamu? Membersihkan gudang?" Arkan langsung menggelengkan kepala.
"Boleh saya keluar sekarang pak?" tanya Nesya.
"Iya silahkan, terima kasih ya Nesya" Nesya mengangguk sambil tersenyum dan berjalan meninggalkan kelas tersebut.
Seluruh murid yang ada di kelas tersebut bersorak ketika Arkan merangkul bahu Nesya untuk berjalan keluar kelas. Nesya menerima itu semua dengan hati yang membara. Ketika sudah keluar dari kelas itu, Nesya langsung menjauhkan tangan Arkan dan melanjutkan langkah untuk menuju kelas nya.
"Eitsss, mau kemana lo?" tanya Arkan seraya menghadang Nesya.
"Masuk kelas lah, mau kemana lagi coba? Awas deh lo!" ujar Nesya sambil mendorong tubuh Arkan.
"Lo gak boleh masuk kelas!"
"Lo gila? Gue gak mau ya kena hukum gara-gara gak masuk kelas. Awas deh!" Nesya terus berusaha mendorong tubuh Arkan.
"Gue minta sama lo, temenin gue! Kalo gak, lo harus mau gue cium!" mata Nesya terbelalak lebar mendengar ucapan Arkan.
"Lo udah nanda tangani surat perjanjian yang gue buat. Turuti semua kemauan gue! Dan ini kemauan gue! Temenin gue bersihin toilet!"
"Tapi gue mau masuk kelas gilak!"
"I don't care! Kalo lo gak mau, sini gue cium lo" Arkan mulai mendekati Nesya, dengan cepat Nesya menjauhkan diri dari Arkan.
"Pernjanjian nya, kalo gue gak mau nurutin permintaan lo, gue harus jadi pembantu lo. Dan sekarang lo malah minta cium? Gila emang lo ya"
"Iya, waktu itu gue emang bilang kayak gitu. Tapi sekarang udah gue ubah, kalo lo gak mau nurutin permintaan gue. Lo harus mau gue cium! Gue peluk! Lo harus mau!"
"Oke, gue mau nememin lo! Puas lo? Hah?" Nesya berjalan terlebih dahulu menuju toilet, Arkan tersenyum puas dan berlari mengejar Nesya.
Nesya berdiri di dekat wastafel sambil memainkan ponsel nya. Arkan tidak henti-henti nya mengoceh saat mendapatkan hukuman membersihkan toilet.
"Lo bilang mau bersihin toilet cewek, ini udah di toilet cewek masih aja lo ngoceh" ucap Nesya. Arkan meletakan kain pel nya di sembarang tempat dan berdiri di samping Nesya. Nesya langsung menoleh ketika kepala Arkan berada di bahu nya.
"Eh, lo ngapain sih? Awas!"
"Gue capek Nes!" ucap Arkan tanpa menjauhkan kepala nya dari bahu Nesya, tangan Arkan mulai melingkari pinggang gadis itu. Nesya langsung memukul tangan Arkan dengan cukup kuat.
"Lo udah ngelakuin pelanggaran Arkan! Apa-apaan lo meluk gue?"
"Bentar aja!"
"Tapi.." Arkan semakin mengeratkan lingkaran tangan nya yang ada di pinggang Nesya. Nesya membiarkan Arkan memeluk nya, terjadi keheningan di antara mereka. Nesya bingung harus berbuat apa, ia tidak nyaman dengan perbuatan Arkan. Bagaimana jika ada yang melihat mereka? Itu saja yang selalu menjadi bahan pikiran nya. Sepuluh menit berlalu, sepertinya sudah cukup!
"Awas deh, gue yang capek jadinya!"
Namun Arkan tidak mengubah posisi nya juga, Nesya memegang kening Arkan untuk menjauhkan kepala cowok itu dari bahunya. Tangan Nesya tetap berada di kening Arkan untuk merasakan sesuatu.
'Panas, apa dia sakit' batin Nesya.
"Lo panas, lo sakit ya?" tanya Nesya pelan. Arkan menggeleng kecil, karena merasa kasihan dengan Arkan. Nesya menaruh tangan nya di punggung Arkan dan mengusap nya. Perlakuan Nesya membuat Arkan semakin nyaman lagi dan menenggelamkan wajah nya di leher Nesya sembari mencium aroma rambut dan tubuh gadis itu.
"Gue suka aroma rambut lo, gue suka aroma parfum lo!" kata Arkan, Nesya tersenyum seraya mengangguk kecil.
"Kita pulang aja yuk?" ujar Nesya. Arkan mendongakkan wajah nya untuk menatap Nesya.
"Gak ah, pasti ntar gue sendirian di apartemen"
"Gue juga ikut pulang kok"
"Lo serius?" tanya Arkan tidak percaya. Nesya mengangguk dan melepaskan tangan Arkan dari pinggang nya.