Nesya menghela nafas saat melihat Arkan tidak mau makan. "Makan dulu dong, ini gue capek-capek buat nya. Abis itu obat nya di minum!" ujar Nesya, Arkan semakin menenggelamkan wajah nya di bantal.
"Arkan?" panggil Nesya.
"Hmm"
"Makan dulu, lo udah sakit gak mau makan? Bisa mati lo ntar, cepet makan dulu!" Arkan menggelengkan kepala nya di bantal. Nesya menaruh semangkuk bubur yang sudah ia buat di nakas.
Nesya memperhatikan Arkan seraya berfikir bagaimana caranya agar Arkan mau makan, tiba-tiba Nesya tersenyum.
'Untung gue istri yang peduli!' batin Nesya.
"Istri?" gumam Nesya.
"Tau ah!"
"Lo ngomong sama siapa? Sama setan?" tanya Arkan tanpa melepaskan wajah nya dari bantal. Nesya menggeleng sambil tersenyum.
"Bener nih lo gak mau makan?" tanya Nesya.
"Sekali lagi lo nanya kayak gitu, gue cium lo!"
Nesya langsung memukul punggung Arkan sehingga membuat cowok itu meringis kesakitan.
"Itu mulu ancaman lo! Bosen gue! SAT!" Arkan mengubah posisi terlungkup nya menjadi posisi duduk.
"Apa? Lo tadi bilang gue apa? Sat? Wah, kasar juga ternyata mulut lo ya" ucap Arkan seraya tertawa kecil.
"Daripada gue bilang sek? Lebih kasar lagi!" Arkan langsung terdiam, ia menggelengkan kepala tanda tidak percaya dengan apa yang Nesya ucapkan barusan.
"Sek? s*x onoh kan maksud lo?" tanya Arkan sambil tersenyum nakal. Nesya membulatkan mata dan menepuk mulut Arkan.
"Jaga mulut lo! Jangan pikiran m***m terus bisa gak sih? Gue bilang SAT, artinya b*****t! Gue bilang SEK, artinya b******k! Dan itu semua ada di elo!" ucap Nesya sambil menunjuk Arkan dengan jari telunjuk nya. Arkan terkekeh geli melihat ekspresi menggemaskan Nesya ketika sedang marah. Arkan mengambil tangan Nesya yang masih berada di hadapan nya dan mendekatkan tangan mulus itu ke bibir nya.
Cup..
Nesya mematung ketika Arkan mencium tangan nya, Arkan menaruh tangan Nesya di d**a nya sambil tersenyum. "Lo itu ngeselin ya" ucap Arkan lembut.
Nesya ingin membuka mulut namun sudah di dahului oleh Arkan.
"Tapi gue sayang!" lanjut Arkan. Nesya menundukan kepala seraya menggigit bibir bagian bawah. Arkan tertawa karena melihat sudut bibir Nesya melebar. Gadis itu tersenyum!
"Ciieee.. Yang senyum-senyum sendiri" goda Arkan.
"Apaan sih, enggak ya!" ucap Nesya sembari melotot kepada Arkan.
"Itu bukti nya lo blushing" kata Arkan sambil mencubit kedua pipi Nesya.
"Peluk dulu" ucap Arkan sambil melebarkan kedua tangan nya. Nesya langsung menjauh sehingga membuat Arkan memeluk diri nya sendiri. Nesya tertawa dan berlari keluar kamar.
Tidak ingin tinggal diam, Arkan segera mengejar Nesya dan tersenyum lebar ketika melihat gadis itu berada di dapur. Dengan cepat Arkan langsung memeluk Nesya dari belakang sehingga membuat Nesya menjerit.
"Arkan? Awas! Meluk-meluk gue gak gratis ya! Lepas gak!"
"Gak mau!"
"Gue gak suka lo peluk! Elo kalo meluk gue kenceng banget, sakit!" Arkan melepaskan pelukan nya dan membalikkan tubuh Nesya untuk menatap nya.
"Serius?" tanya Arkan khawatir. Nesya menaikan sebelah alis nya.
"Serius? Serius apa?" tanya Nesya bingung.
"Serius kalo doraemon bakal dateng ke Indonesia!" balas Arkan seraya melotot.
"Lo gila ya? Ngomong apa sih lo!"
"Udah ah, capek gue. b**o banget sih" ucap Arkan sembari meninggalkan dapur.
"Di sini yang b**o siapa sih sebenernya?"
***
"Arkan? Makan dulu dong!"
"Gue gak mau! Gue gak laper! Gue gak selera!" ucap Arkan seraya membenarkan jambul nya.
Arkan tersenyum puas ketika sudah selesai menata jambul dan rambut nya.
"Ganteng banget gue, anak nya siapa sih ini" ucap Arkan seraya memperhatikan wajah nya dari kamera ponsel milik nya. Nesya memutar kedua bola mata sambil menggeleng kecil.
"i***t parah!"
"Siapa?" tanya Arkan.
"Elo lah, siapa lagi" jawab Nesya.
"Oh, yang penting gue ganteng!" Arkan menaruh tangan nya di dagu dan menaikan sebelah alis nya sambil terus berkaca di kamera ponsel nya.
"Lo lagi sakit, terus besok kelas lo giliran pergi ke bandara kan?" tanya Nesya. Arkan membalas pertanyaan Nesya dengan mengangguk.
"Gue heran, biasa nya kalo mau ngelakuin penelitian tu di museum, atau hutan. Ini malah di bandara, siapa sih yang ngusulin?"
"Gue!"
"Dan besok lo ikut?" tanya Nesya.
"Iya, kenapa lo mau ikut juga?"
"Enggak, lo yakin ntar lo bakal kuat? Lo kan lagi sakit, apalagi dalam seharian ini lo gak ada makan, gak ada minum obat. Sayang banget kalo tiba-tiba lo pingsan" Arkan mengerutkan dahi nya.
"Iya ya, kalo gue pingsan bisa-bisa gue gak bisa ketemu sama pramugari-pramugari seksi. Pinter ternyata lo ya" ucap Arkan seraya menepuk pucuk kelapa Nesya.
"Suapin gue ya" pinta Arkan.
"Males sih, makan aja sendiri!"
"Kok lo gitu? Atau lo mau gue ci.." Nesya langsung memasukan sendok yang sudah berisikan bubur kedalam mulut Arkan.
Nesya dan dua orang teman nya memperhatikan sekumpulan murid kelas XII IPA 2 dari lapangan basket karena mereka baru saja selesai melakukan jam pelajaran olahraga.
"Kenapa malah pergi ke bandara sih? Gak nyambung banget" ucap Nesya.
"Denger-denger sih katanya kak Arkan yang ngusulin" balas Agatha.
"Kan kak Arkan mau jadi pilot" tambah Vivi.
"Masuk kelas yuk" ajak Vivi. Nesya menggeleng kecil.
"Lo berdua duluan aja, ntar gue nyusul"
"Bener nih?" tanya Agatha. Nesya mengangguk sambil tersenyum. Setelah kedua teman nya pergi, Nesya langsung mendekati Arkan yang sedang mengobrol bersama teman-teman nya.
"Gue.. Eh, eh. Apaan sih lo Nes" kata Arkan ketika jaket yang ia pakai ditarik oleh Nesya.
"Gue mau ikut dong!" ucap Nesya ketika mereka berada di dekat tiang bendera.
"Ikut kemana? Ke jonggol?" tanya Arkan sambil membenarkan jaket nya.
"Ikut lo ke bandara lah pinter!"
"Ini khusus untuk orang dewasa! Anak kecil gak boleh ikut!" Nesya membelalakan mata dengan mulut yang menganga lebar.
Dari kejauhan 3 orang cowok, yang terdiri dari Arsen, Darma, dan Evan terus memperhatikan Arkan dan Nesya yang sedang berdebat.
"Gue gak ngerti sama dua anak itu, mereka ada hubungan apa sih? Pergi pulang sekolah selalu sama akhir-akhir ini, dan tadi Nesya malah narik Arkan" ucap Evan.
"Apa mereka pacaran?" tanya Darma.
"Gue juga penasaran, gimana kalo kita kayak ibu-ibu komplek?"
"Ibu-ibu komplek gimana sih Sen?"
"Nguping gitu, nguping!"
"Nah, iya pinter lo. Kita di balik pohon aja ya" ucap Darma.
"Iyalah, masa di balik awan. Keliatan dong" balas Arsen.
"Pokok nya gue mau ikut!" ucap Nesya. Arkan menaruh kedua tangan nya di pinggang.
"Lo di sekolah aja! Kalo udah pulang langsung pulang! Gak usah pake ikut-ikut segala!"
"Gue juga pengen kali liat pilot-pilot ganteng!" ucap Nesya sambil melipat kedua tangan nya di depan d**a.
"Lo harus dengerin apa kata gue! Gue ini suami lo, jadi istri gak boleh bangkang apa kata suami!"
"Apa?"
"Gilak!"
"Astagfirullah!"
"Kita gak salah denger kan?" tanya Arsen, Darma, dan Evan bersamaan. Mereka saling tatap kemudian kembali ke posisi semula untuk mendengarkan pengakuan mengejutkan lainnya.
"Pokok nya gue mau ikut! Titik!"
"Arkan?" panggil seseorang. Arkan langsung menoleh dan tersenyum ketika melihat bu Dewi.
"Mana teman-teman kamu yang lainnya? Kita sudah mau berangkat"
"Mereka.."
"Bu?" panggil Nesya memotong ucapan Arkan.
"Iya Nesya, ada yang bisa saya bantu?"
"Saya boleh ikut gak bu?" tanya Nesya. Arkan memegang tangan Nesya seraya menggeleng.
"Tapi ini khusus untuk anak kelas duabelas Nesya"
"Tapi bu, saya pengen ikut. Please bolehin ya, please bu"
Bu Dewi beralih menatap Arkan, Arkan langsung memberi kode agar Nesya tidak diperbolehkan untuk ikut. Nesya yang melihat Arkan, langsung memukul nya.
"Ya sudah, kamu boleh ikut. Tapi ini yang pertama dan yang terakhir ya Nesya"
"Makasih bu" ucap Nesya sambil tersenyum lebar.
"Kalian berdua pacaran kan?" tanya bu Dewi, Arkan dan Nesya saling tatap.
"Emm.. I-iya bu" jawab Arkan, Nesya mengangguk sambil tersenyum.
"Kalau begitu, kalian pergi nya bareng aja. Naik mobil kamu Arkan, kamu bawa mobil kan?"
"Bawa dong bu, masa enggak" balas Arkan seraya tersenyum angkuh.
Saat Arkan dan Nesya sudah pergi, Arsen, Darma, dan Evan langsung keluar dari persembunyian mereka.
"Bener gak sih mereka udah nikah?"
"Tapi tadi gue denger mereka pacaran"
"Kenapa feeling gue bilang kalo mereka itu suami istri"
***
"Elo gak perlu gandeng-gandeng gue juga kali!" ucap Nesya seraya melepaskan genggaman tangan Arkan.
"Biar lo gak ilang! Woii, cepetan dong!" seru Arkan kepada ketiga sahabat nya yang sedang memperhtikan mereka dari belakang.
"Mereka kenapa sih?" tanya Nesya seraya berbisik.
"Tau gue!" jawab Arkan singkat.
"Kayak cewek jalan lo semua. Lama!"
"Elo mah enak ada yang nemenin, lah kita yang jombs bisa apa atuh" ucap Arsen.
"Lo berdua udah.." Darma dan Arsen sama-sama membekap mulut Evan.
"Lo berdua pacaran ya? Itu kan tadi yang mau lo tanya Van?" Evan mengangguk dan melepaskan tangan Darma dan Arsen dari mulut nya.
Arkan melirik Nesya yang sedang menunduk. "Iya, emang nape sih?" tanya Arkan.
"Lo berdua pacaran?" tanya Arsen seraya membulatkan mata nya. Arkan membalas pertanyaan Arsen dengan menganggukan kepala nya.
"Oh, ajaib banget ya" terjadi keheningan di antara mereka. Nesya terlonjak kaget ketika dengan tiba-tiba Arsen berbicara dengan semangat 45.
"SELAMAT BRO!!! Akhirnya lo lepas juga tuh masa jomblo lo" ucap Arsen seraya menepuk pundak Arkan.
"Thanks, lo bertiga cepetan cari juga. Gak iri lo ntar liat gue pacaran?"
"Kalo mau pacaran jangan di depan kita! Btw, nama lo Nesya kan?" tanya Arsen. Nesya mengangguk sambil tersenyum.
"Ehem, kenalin nama gue Arsen Wijaya sahabat Arkan Radmilo Adelard, dan gue cowok paling ganteng di sekolah.." ucap Arsen.
"Kedua setelah Arkan!" sambung Arsen dengan wajah masam nya sehingga membuat Nesya tertawa.
"Nama gue Nesya kak" balas Nesya.
Darma dan Evan saling lirik dan langsung berebut untuk memperkenalkan diri mereka kepada Nesya.
"Kenalin gue.."
"Udah, udah! Jangan modus lo pada" ucap Arkan sembari memukul tangan Darma dan Evan.
"Untung gue gak kena" gumam Arsen.
"Yuk Nenesnya Arkan, kita pergi" kata Arkan seraya merangkul Nesya.
"s****n bikin orang iri aja sih!" ucap Arsen.
"Mereka udah bohong cuy!" ucap Evan.
"Udah lah biarin aja, kita harus rahasiain ini dari siapapun"
"Tapi kenapa gak cerita aja coba?"
"Berisik banget sih lu Van, bilang aja lu iri" ucap Arsen.
"Lo juga kan nyong"
Nesya melepas genggaman tangan Arkan. Arkan mengerutkan dahi seraya menatap gadis yang ada di hadapan nya.
"Kenapa lagi?" tanya Arkan.
"Gue mau pipis! Lo duluan aja deh"
"Enggak, gue bakal nungguin lo. Perlu gue antar?"
"Gak perlu! Gue bisa sendiri! Udah deh lo duluan aja. Awas ya kalo lo masih di sini, awas aja lu" ucap Nesya. Arkan hanya tertawa dan pergi meninggalkan Nesya yang sudah berlari menuju toilet.
"Dia sendirian Vi" ucap Dina, Victoria tersenyum kecil dan langsung pergi menuju toilet.
"Arkan?" panggil seorang pilot. Arkan menoleh dan tersenyum kepada pilot tersebut.
"Captain Dava? Apa kabar?" tanya Arkan.
"Saya baik, kalau kamu apa kabar?" tanya Dava balik.
"Saya baik dong" jawab Arkan sambil tersenyum.
"Papi kamu kapan pulang?"
"Gak tau capt, mungkin bentar lagi. Captain mau flight atau mau pulang nih?"
"Saya mau pulang, kangen sama istri dan anak-anak saya"
"Wah, saya jadi pengen punya anak nih" ucap Arkan seraya tertawa. Dava menaikan sebelah alisnya.
"Pengen punya anak? Emang kamu udah punya istri?" Arkan langsung berhenti tertawa dan menjadi salah tingkah.
"Emm.. Ya, be-belum dong capt. Hahaha.. Captain gimana sih, saya kan masih pelajar" kata Arkan. Dava tertawa sembari mengangguk.
"Saya cuma bercanda saja tadi. Baiklah saya mau pulang dulu, semoga kamu cepet-cepet nyusul ya" ucap Dava sambil menepuk bahu Arkan.
"Nyusul gimana ya capt?" tanya Arkan bingung.
"Nyusul saya punya anak" jawab Dava.
"Hah?" Dava kembali tertawa dengan geli karena lucu melihat ekspresi polos Arkan.
"Nyusul saya jadi pilot dong Arkan, kalau bisa langsung jadi captain ya"
"Oh, oke deh capt. Kapan-kapan boleh kali ya kita ngobrol banyak"
"Boleh dong, ya udah saya pulang duluan ya" Arkan mengangguk sambil tersenyum. Setelah Dava pergi, tiba-tiba saja Arsen, Darma, dan Evan mendatangi Arkan dengan nafas yang terengah-engah.
"Kenapa lo? Trio ubur-ubur?" tanya Arkan.
"Bilang gih!" ucap Evan mendorong tubuh Arsen.
"Lah kok gue? Elo aja yang bilang"
"Elo!"
"Elo!
"Elo!"
"E.. Lo aja deh Dar!" ujar Arsen.
"Cemen lo berdua! Gini Ar, emm.. Nesya"
"Kenapa sama Nesya?" tanya Arkan mulai khawatir, raut wajah ketiga teman nya sangat menegangkan.
"Nesya lagi berhadapan sama nenek gayung dan antek-antek nya" ucap Darma. Arkan membelalakan mata dan segera berlari menyusul Nesya.
"Jadi ini cewek yang lagi deket sama Arkan" kata Victoria sambil menyentuh dagu Nesya.
"Elo udah nyari mati!" ucap Carla.
"Gue gak punya salah sama kalian, jadi jangan sentuh gue sedikitpun!" desis Nesya. Victoria dan kedua teman nya langsung tertawa.
"Elo.."
"Lo sentuh dia gue jamin hidup lo gak bakal tenang!"
Victoria langsung menoleh ke asal suara dan terbelalak saat melihat Arkan yang sedang berjalan mendekati mereka dengan langkah lebar. Arkan segera menjauhkan tangan Victoria dari rambut Nesya. Setelah itu, Arkan berjalan beberapa langkah dan mendekatkan bibir nya ke telinga Victoria.
"Lo masih inget kan, gimana gila nya gue kalo orang yang berarti di hidup gue sampe kenapa-napa, apalagi orang itu harus sengsara ditangan b***t lo. Kalo lo masih mau ngeliat matahari, jauhin dia. Because she is my girl!" Victoria membelalakkan mata dan menatap sinis Nesya yang sedang menunduk.
Arkan memundurkan langkah nya dan berdiri di samping Nesya. Ketegangan di antara mereka semakin menjadi-jadi saat Arkan menaruh tangan nya di kepala Nesya dan mencium kepala gadis itu. Victoria yang melihat itu langsung mengepalkan kedua tangan nya. Arkan menggenggam tangan Nesya dan mengajak nya keluar dari toilet.
"s****n! Gue benci lo! Gue benci elo!" teriak Victoria.