Chapter 01

1527 Words
"Pagi Ma." Sapa Nesya sambil mencium pipi Ibu nya. Kanya membalas ciuman Nesya seraya menaruh roti di piring. "Papa mana Ma?" "Papa udah pergi ke kantor sayang." Nesya mengangguk kecil sambil memakan roti yang sudah disediakan oleh Ibunya. Di lain tempat, seorang laki-laki tampan tengah berjalan menuruni tangga dengan wajah masam nya. "Morning my boy." Sapa Gita saat melihat putra nya sudah berada di ruang makan. Arkan mengangguk seraya tersenyum kecil. "Pulang telat lagi hari ini?" tanya Gita. "I don't know Mom." Jawab Arkan sambil memakan nasi goreng nya. "Papi kapan pulang?" tanya Arkan tanpa menatap Gita. "Besok, emang nya kenapa?" "Gak papa, ya udah Arkan berangkat ke sekolah dulu. Assalamualaikum." Ucap Arkan sembari mencium tangan Gita. "Wa'alaikumsalam, hati-hati" Nesya yang sedang asyik mendengarkan musik dengan headset langsung melepaskan headset tersebut ketika mobil nya berhenti secara tiba-tiba. "Kenapa pak?" Tanya Nesya kepada supir nya. "Kayak nya mobil ini mogok Non. Gimana dong ini?" Tanya supir tersebut sambil terus menstater mobil itu agar hidup, namun tidak membuahkan hasil sama sekali. Cukup lama Nesya berdiam diri didalam mobil sambil memperhatikan supir nya yang sedang mengotak-atik mesin mobil itu. Tidak ingin terlambat ke sekolah, Nesya mengambil tas dan langsung keluar dari mobil. "Pak, saya naik taksi aja deh." Ujar Nesya. "Gak papa nih Non Nesya naik taksi sendirian, ntar saya dimarahin sama Ibu sama Bapak lagi." "Enggak, ya udah mobil nya bapak bawa ke bengkel aja. Saya mau cari taksi." Ucap Nesya sambil tersenyum. "Baik Non." Nesya mengeluh kesal ketika taksi yang ia tunggu-tunggu tidak kunjung terlihat. "Gak biasa nya Jakarta kehausan taksi gini." Kata Nesya seraya terus memperhatikan jalanan. "Telat, masuk blacklist, dikasi hukuman, apa naik angkot." Gumam Nesya saat melihat sebuah angkutan umum. Karena tidak ada pilihan lain, gadis cantik itu akhirnya menaiki angkutan umum yang sudah ia lihat sedari tadi. Nesya Sedikit tidak nyaman dengan tatapan orang-orang yang ada di dalam angkutan umum itu, namun Nesya tetap berusaha untuk bersikap tenang dan ramah. "Kenapa hari ini gue s**l banget sih!!" Umpat Arkan sambil menendang ban mobil. Arkan mengambil ponsel yang ada di saku nya untuk melihat pukul berapakah saat ini. Lelaki itu menoleh ke arah angkutan umum yang sedang mengklakson tidak jelas. "Masa orang ganteng kayak gue harus naik angkot, bisa ancur dong pasaran gue. Mana di deket sini gak ada bengkel lagi." kata Arkan seraya menatap angkutan umum yang sedang berjalan dengan lambat nya. "Bodo ah!" Arkan berdiri di dekat aspal dengan tangan terulur kedepan untuk menyetop angkutan umum tersebut. Arkan sempat terkejut ketika melihat seorang cewek yang memakai seragam sekolah sama dengan nya juga menaiki angkutan umum tersebut, sayang nya Arkan tidak mengenali cewek itu, begitu juga dengan gadis yang sedang memperhatikan nya. Arkan duduk di hadapan Nesya sembari sesekali melirik gadis cantik itu. Nesya menoleh ke arah pintu saat angkutan umum itu kembali berhenti, Nesya menoleh ke kanan, kiri, dan depan nya. Sudah tidak ada tempat kosong lagi, Nesya merasa kasihan kepada anak kecil itu yang sedang kebingungan ingin duduk dimana. "Dek, sini." Panggil Nesya lembut. Anak perempuan itu langsung menghampiri Nesya dengan susah payah karena angkutan itu sudah dipenuhi oleh orang-orang. Pandangan Nesya beralih kepada seorang wanita yang dengan serakah nya menaruh tas keranjang di bangku penumpang, padahal jika ditaruh di bawah juga bisa. "Maaf Bu, ini bisa di taruh di bawa gak?" Tanya Nesya dengan sopan. Sempat melirik Nesya dengan tatapan tidak suka, wanita itu akhirnya menaruh tas keranjang nya di bawah. "Duduk di sini." Ujar Nesya sambil menepuk bangku kosong yang ada di sebelah nya. Nesya sedikit menundukkan kepala saat menyadari kalau anak perempuan itu tengah memperhatikan nya. Nesya tersenyum kepada anak itu, dengan cepat anak perempuan tersebut membalas senyuman Nesya. "Kakak sekolah di mana?" Tanya anak kecil yang kira-kira masih berumur 6 tahun. "Kakak sekolah di High School Global Prima, kalau kamu sekolah di mana?" "Di Citra Kasih kak." "Oh, kenapa tadi abang kamu gak ikut naik?" Tanya Nesya. Nesya sempat melihat anak laki-laki yang mungkin berumur 13 tahun hanya mengantarkan gadis kecil itu untuk naik ke dalam angkutan umum. "Enggak, tapi aku berani kok sendirian." "Oh ya? Wow, hebat kamu." Saat Nesya ingin mengajak anak kecil itu untuk kembali mengobrol, ternyata angkutan umum tersebut sudah berhenti di dekat sekolah nya. Tanpa rasa malu, Nesya turun dari angkutan umum itu. Tak lama Arkan juga ikut turun. Nesya tersenyum ke arah anak perempuan itu yang sedang menatap nya. Saat Arkan sudah berada di pintu angkutan umum tersebut, tentu saja pandangan Nesya kepada anak itu terhalangi oleh Arkan. Tanpa sengaja mereka berdua saling tatap dengan Nesya yang masih tersenyum. Tak lama senyum itu hilang ketika menyadari kalau Arkan ada di hadapan nya. Setelah selesai membayar ongkos, Nesya terlebih dahulu jalan menuju sekolah lalu di ikuti oleh Arkan di belakang nya. Selama berjalan menuju lingkungan sekolah, Arkan terus memperhatikan Nesya dari belakang. Nesya merasa sedikit risih saat Arkan berjalan di belakang nya sambil memperhatikan dirinya. Padahal Nesya sudah melambatkan langkah agar Arkan berjalan mendahului nya. Namun lelaki itu malah ikut melambatkan langkah nya. Nesya bernafas lega saat mendengar bel sudah berbunyi dengan begitu kuat. Ini saat yang pas untuk gadis itu berlari jauh dari laki-laki yang sedang memperhatikan nya. "Gue harus tau siapa cewek itu." Gumam Arkan seraya terus memperhatikan Nesya yang sedang berlari di koridor. Bukan nya melangkahkan kaki menuju kelas, Arkan malah melangkahkan kaki nya menuju kantin. Itu sudah menjadi kebiasaan Arkan ketika bel masuk sudah berbunyi. Jika kebanyakan murid lainnya begitu mendengar bel berbunyi, tentu saja mereka langsung bergegas masuk ke kelas atau kembali duduk di bangku masing-masing, tapi tidak untuk Arkan, ia lebih memilih untuk pergi ke kantin hanya sekedar mengobrol dengan penjual yang ada di kantin sekolah tersebut. Baik sendirian ataupun mengajak teman-teman nya. ⚛⚛⚛ "Jadi, jika kita kalikan x² dengan-" Bu Sarah berhenti menjelaskan ketika melihat seorang murid laki-laki dengan tenang berjalan masuk ke dalam kelas dan sudah duduk di bangku nya. Arkan membalas tatapan tajam Bu Sarah dengan sebuah senyuman. "Pagi Bu, Ibu hari ini cantik banget sih. Ya Allah!!" Ucap Arkan sambil menggelengkan kepala nya. Seluruh teman sekelas Arkan tertawa geli mendengar ucapan laki-laki itu. "Bu Sarah umurnya udah 50-an b**o, masih cantik apanya. Kusut gitu!" Kata teman sebangku Arkan, Arkan tertawa geli sambil terus menatap Bu Sarah. Bu Sarah menatap Arkan dengan tatapan tajam nya, percuma saja ia menasehati Arkan, tidak akan di dengarkan oleh laki-laki itu. Bu Sarah menghembuskan nafas berat lalu melanjutkan penjelasan nya yang sempat terhenti akibat ulah Arkan. "Ke kantin gak ngajak-ngajak lu." ucap Arsen sambil menyenggol lengan Arkan. Arkan hanya cengengesan. "Besok, besok. Oke." Arkan memperhatikan Bu Sarah yang sedang menerangkan rumus matematika di depan dengan sangat serius. Arsen, teman sebangku yang sama gila nya dengan Arkan, menatap teman nya itu dengan tatapan bingung. "Tumben lo serius dengerin Bu Sarah lagi ceramah." Bisik Arsen. Arkan melirik Arsen seraya tersenyum kecil. "Tatapan gue emang ke Bu Sarah, tapi pikiran gue ke cewek yang udah gue liat tadi pagi." "Cewek? Siapa? Cantik gak? Eh, gue juga mau kenal dong." "Hei, kalian berdua. Mau kalian yang ngomong atau ibu? Hargai saya disini!" Tegur Bu Sarah saat melihat Arkan dan Arsen mengobrol. "Jangan marah-marah dong Bu, ntar cepet keriput lho." Ucap Arsen sukses membuat Bu Sarah melotot. "Berani kamu ya, sini kamu!" Bu Sarah berjalan mendekati Arsen lalu menarik kuping cowok itu. Arkan menundukkan kepala karena tidak dapat menahan senyum, jika ia tersenyum di hadapan Bu Sarah, nasib nya akan sama seperti Arsen. Yaitu berdiri di depan sampai jam pelajaran selesai! "s****n tu guru, capek banget gue!" Dumel Arsen sambil duduk di samping Arkan. "Elo tadi juga ikutan ribut bareng gue, tapi kenapa lo gak kena hukum?" Tanya Arsen seraya minum. "Rezeki anak sholeh." Jawab Arkan sambil tersenyum lebar. "Sholeh k*****t!" "Cuy, jadi kan ntar malem?" Tanya Evan teman sekelas sekaligus teman cabut Arkan. "Jadi dong. Eh nerd sini deh!" Panggil Arkan kepada cowok yang memakai kacamata, berpakaian rapi, serta membawa banyak buku. Tony, itulah nama laki-laki tersebut. Ia berjalan menghampiri Arkan yang sedang duduk bersama teman-teman nya. "I-iya?" "Gue punya tugas buat lo." Ucap Arkan. "Tu-tugas apa?" Tanya Tony gugup sekaligus takut. "Ck, bisa gak sih ngomong nya gak usah gagap gitu. Beneran gagap sukurin lo!" Kata Darma. Tony langsung menganggukan kepala nya tanpa berani menatap ke arah mereka. "Gue mau, lo cari tau tentang cewek yang gue liat tadi pagi. Gue gak punya foto nya, jadi gue cuma bisa kasi tau ciri-ciri nya aja. Dia cantik, putih, rambut nya panjang agak kecokelatan, badan nya langsing kayak iklan s**u di tv, pokok nya dia cantik lah." Kata Arkan. Tony hanya diam saja, semua cewek yang ada di sekolah ini cantik-cantik, bahkan seksi, jika Arkan hanya menyebutkan ciri-ciri yang sudah Arkan sebutkan tadi, sampai kapan dan dengan cara apa ia dapat mencari tahu tentang cewek yang dimaksud oleh Arkan? "Permisi." Ucap seorang cewek kepada sekumpulan cowok yang tak lain adalah Arkan CS. "Cewek ini." Batin Arkan sambil menatap cewek yang sedang berdiri di hadapannya sambil membawa buku tulis. "Maaf kak, ini buku dari Pak Jerry." "Eh berat ya? Sini kasi ke gue aja!" Ucap Arsen seraya mengambil buku dari tangan cewek tersebut. Arkan langsung menatap tajam teman sebangkunya itu. Gadis cantik itu memberikan buku-buku yang sudah ia bawa kepada Arsen. "Nesya?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD