KEJADIAN ITU

1022 Words
Karina melewati tingkatan pertama di bangku kuliah dengan aman dan damai. Setiap hari terlewati dengan kegiatannya yang nyaris sama, yaitu datang ke kampus, belajar, mengerjakan tugas kelompok, pulang ke rumah dan kembali belajar, bersiap untuk esok hari, lalu tidur. Karina sendiri merasa bosan dengan rutinitasnya itu, tapi menurutnya inilah yang terbaik. Melewati masa kuliah dengan tenang dan damai, kemudian setelah lulus Karina bisa langsung bekerja. Di hari pertamanya di semester tiga ini, Karina hanya membawa binder dan alat tulis. Biasanya minggu pertama hanyalah pertemuan awal yang di isi perkenalan tentang mata kuliah dan daftar buku yang harus dibeli. Namun, alih-alih membeli di toko buku di mall, Karina lebih suka membeli buku untuk kuliahnya di toko-toko buku kecil yang terletak di samping kampusnya, karena harganya jauh lebih murah. Setelah membeli buku wajib yang tercatat dalam catatannya, Karina biasanya pergi menikmati jajanan yang terletak di sepanjang jalan tersebut. Kampus Karina memang menyatu dengan perumahan warga sekitar, sehingga tidak heran banyak orang-orang yang berjualan makanan di samping kampusnya itu. Selain lezat, tentu saja harga makanan tersebut jauh lebih murah dari yang dijual di kantin kampusnya. Sejak semester pertama, untuk makan siang, selain makan di kantin kampus, Karina biasa membeli makanan yang dijajakan di samping kampusnya. Walau Karina masih tinggal dengan orang tuanya dan orang tua Karina sangat berkecukupan, tetapi Karina merasa tidak enak kalau dirinya terlalu boros. Karena itulah sejak masuk kuliah Karina membiasakan dirinya berhemat dan menabung. Di kampusnya Karina mengikuti unit kegiatan mahasiswa atau UKM teater. Waktu SMA Karina memang pernah ikut eskul teater, mungkin karena alasan itulah Karina sekarang memutuskan untuk mengikuti UKM teater. Di UKM teater inilah seorang Karina Winata bertemu dengan Ray Simone untuk pertama kalinya. Karina berhasil meloloskan diri dari pesona dan rayuan maut seorang playboy bernama Ray Simone selama dua semester. Namun di semester ketiga ini, Karina pun terpaksa tunduk terhadap pesona Ray. Dan hanya dalam dua bulan masa pendekatan yang dilakukan oleh Ray, Karina resmi menjadi pacar seorang Ray Simone. Sayangnya Karina tidak menyadari awan hitam takdir yang mengikutinya karena berhubungan dengan Ray. Semester keempat perkuliahan adalah waktu Karina mengetahui kalau dirinya mengandung anak dari Ray Simone. Saat itu juga Karina akhirnya sadar dia sudah menjatuhkan dirinya sendiri ke dalam jurang kehancuran. Yang membuat Karina semakin merasa sangat sedih dan terpuruk pada masa kehamilannya adalah karena Ray menghilang bagai di telan bumi hanya selang beberapa hari Karina memberitahukan perihal kehamilannya pada pria muda itu. Itu menunjukkan bahwa Ray sama sekali tidak ingin bertanggungjawab atas perbuatan. Pada akhirnya satu pemahaman muncul di benak Karina. Seorang playboy tetaplah seorang playboy. Aku hanyalah satu dari sekian wanita yang mampir di kehidupan malamnya. Dengan pahit Karina harus menerima kenyataan bahwa kelak dirinya akan menjadi seorang ibu tunggal di usia yang masih sangat muda, yaitu dua puluh satu tahun. Karina ingat betul bagaimana awal dari semua kemalangan ini. Waktu itu Karina berani mengajak Ray ke rumahnya untuk mengerjakan tugas UKM teater, karena mengetahui bahwa keluarganya sedang tidak berada di rumah. Karina tidak tau mengapa keluarganya tidak begitu menyukai Ray, padahal Ray sudah bersikap baik saat Ray datang ke rumah terakhir kali. Orang tua Karina juga terlihat tidak menyukai, namun mereka masih menjaga kesopanan terhadap tamu sehingga tidak menunjukkannya terang-terangan, tidak seperti abangnya. Setelah mereka melakukan hal terlarang itu, Karina ingat dirinya menatap pakaiannya yang telah tercecer di kamar kemudian menatap tubuhnya yang sepenuhnya telanjang dengan tatapan nanar sekaligus takut. Karina menyadarinya dirinya sudah melakukan hal yang telah dilarang oleh agama. "Kamu menyesal melakukannya?" pertanyaan dari Ray menyadarkan Karina dari lamunannya. Karina menatap Ray selama beberapa saat sebelum menggelengkan kepalanya, "Aku hanya takut." "Takut?" Karina mengangguk. "Apa yang kamu takutkan?" "Bagaimana kalau aku sampai hamil, Ray? Kita kan masih kuliah." Ray menjawabnya dengan senyumnya yang selalu memesona untuk Karina, "Bersihkan dirimu! Kita bicara di luar." Karina bangkit dan berusaha menuju kamar mandi dengan langkah tertatih. Setelah Karina selesai, gantian Ray yang membersihkan dirinya. Sementara Ray membersihkan dirinya, Karina mengganti seprei bernoda darah dengan yang baru. Seprei bernoda darah itu kemudian disimpan Karina dengan rapi terlipat di dalam lemari dan berpikir Karina akan mencucinya sendiri nanti di kamar mandinya. Ray keluar dari kamar mandi, Karina langsung memberikan hair dryer pada laki-laki itu, "Turunlah terlebih dahulu. Aku tidak mau asisten rumah tangga kamu curiga!" saran Ray. Dan tanpa memperhatikan respon Karina, Ray mulai mengeringkan rambutnya dengan hair dryer. Karina menahan desahannya dan melangkah turun ke bawah. Tepat ketika dia memasuki dapur, terdengar suara pintu belakang terbuka. "Non Karina, mau buat jus jeruk? Bibi buatkan ya? Nanti bibi bawa ke kamarnya, Non Karina." "Tidak usah, Bik Ijah. Aku lagi ada tamu." Asisten rumah tangga ibunya, bik Ijah melongok ke arah ruang tamu dan menemukan laki-laki tampan sedang duduk di sofa. Bik Ijah kembali mengarahkan pandangannya kepada Karina. "Pacarnya non Karina toh, kirain siapa." Karina tersenyum. Merasa lega saat tau Ray sudah keluar dari kamarnya. Tidak ada yang akan curiga. "Non Karina dan pacarnya baru datang?" Karina menggelengkan kepalanya, "Tidak, Bik Ijah. Kami habis selesai mengerjakan tugas. Bik Ijah, tolong selesaikan dan bawa ke depan ya." "Baik, Non Karina." Karina pun mendekati Ray yang sibuk dengan ponselnya, "Ray!" Ray menggeleng, dia mengucapkan 'nanti' tanpa suara. Karina pun hanya bisa menganggukan kepalanya. "Kamu mau pulang sekarang, Ray?" "Sehabis minum aku pulang. Haus lagi nih aku." Karina tersenyum kecil, "Maaf, aku lupa soal minumannya." Bik Ijah mengantarkan jus jeruk buatan Karina dan menyerahkannya pada Ray, kemudian langsung kembali ke belakang. Ray meneguknya cepat. "Aku pulang dulu!” pamit Ray. "Besok kamu ke central kan? Akan aku berikan kopian tugasnya besok." "Iya besok aku ke sana," Ray mengambil kunci mobilnya lalu bangkit berdiri, "aku pulang dulu." "Take care, Ray. Kita bicara lagi besok," ucap Karina mengingatkan. Ray mengangguk. Ray mengerti maksud ucapan Karina. Tak lama kemudia mobil yang di kendarai Ray sudah menghilang dari pandangan Karina. Karina melangkahkan kakinya masuk kembali ke dalam rumah. Karina mendesah berat, ia merasa sangat bersalah. Kalau aku sampai hamil, bagaimana aku bisa mengatakannya pada mami dan papi? Dan mereka pasti akan merasa sangat kecewa padaku karena tidak bisa menjaga diriku dengan baik. Karina menggelengkan kepalanya beberapa kali. Karina tidak boleh memikirkan yang terburuk. Tadi mereka melakukannya hanya sekali, tidak akan menjadi apa-apa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD