KONTRAKSI

1011 Words
Kata-kata Lilia sukses membuat Karina membeku. Tunangan? Albert tunangan? Dua minggu lagi? Kok gue gak denger kabar apa-apa dari Albert sebelumnya? "Tunangan?" Tanya Karina dengan suara tecekat. "Iya, tunangan! Katanya dua minggu lagi.” “Di mana?” “Di halaman rumah keluarga Albert. Acaranya sepertinya untuk keluarga dan teman dekat saja tuh." Duh, gak denger apa suara aku udah kayak tikus kejepit perangkap khusus untuk sebangsanya begini. Karina masih tidak bisa menemukan suaranya sampai terdengar suara tawa Lilia yang membahana. Awalnya Karina bingung kenapa Lilia tertawa. Perasaan tidak ada hal yang lucu. Tapi.. Tunggu.. Jangan-jangan aku di kerjain sama kak Lila? Sialan. "Kak Lila!" Enggak lucu!" seru Karina marah. Benar-benar marah. Lilia nyengir lebar terlihat seperti minta maaf, "Bercanda dek. Ketahuan banget sih dari sikapmu itu." "Maksud kak Lila?" "Kamu suka sama Albert." Aku suka sama Albert? Bener sih. Tapi bukan suka yang menjurus ke cinta. Dan aku tau maksud kak Lila itu ya begitu. Karina tertawa kecil, "Yang bener saja sih, Kak Lila. Aku suka sama Albert?" "Jujur aja sama diri sendiri apa salahnya sih, Karina!" Jujur? Kurang jujur apa sih Karina sama Albert? Waktu itu jelas-jelas mereka sudah bicara empat mata. Yang Karina katakan itu jujur kok. Karina memang tidak tau perasaannya pada Albert. Karena tidak mau membuat Albert seperti di beri harapan palsu, makanya Karina menolak Albert. Lamaran Albert lebih tepatnya. "Aku berkata jujur kok, Kak Lila. Ngapain juga aku bohong." Lilia terdiam, sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Dan sementara Lilia sedang sibuk dengan pikirannya, Karina kembali box bayi yang diperuntukkan untuk si kecil nantinya. Box bayi yang di cat cokelat itu tadinya milik Karina, sewaktu Karina kecil, karena Box bayi itu masih bagus, jadi Katie memutuskan untuk memakai Box itu saja untuk bayi Karina nanti. “Pikirkanlah baik-baik, Karina. Apa sebenarnya yang kamu rasakan terhadap Albert? Jangan sampai kamu menyesal!” Lilia memutuskan untuk sedikit menasehati Karina. “Kak Lila kenapa bicara begitu. Menakut-nakuti aku?” “Kak Lila tidak bermaksud menakut-nakuti kamu. Dengarkan perkataan kakak, Karina! kamu harus pikirkan baik-baik mengenai perasaan kamu terhadap Albert.” "Kak Lila, makan aja dulu yuk. Sudah jam satu siang nih! Kebetulan Mami masak makanan kesukaan aku tadi," Karina berusaha mengalihkan pembicaraan. Sebenarnya, ketika melihat jam tangannya tadi, Karina juga cukup kaget. Ternyata sudah jam satu siang. Pantas saja perutnya sudah terus-menerus berbunyi. Lilia mengangguk bersemangat, "Wah, kalau begitu makan siang kali ini ada menu rawon? Ayo kita makan! Kebetulan Kak Lila juga sudah lapar nih." *** Tiga minggu kembali berlalu tanpa terasa. Pada kunjungan Karina yang terakhir ke dokter kandungan, pak dokter mengatakan bahwa perkiraan hari lahir si kecil adalah seminggu lagi, yaitu tepat pada minggu ulang tahun Karina. Karina tentu saja senang. Karena itu berarti dia dan si kecil akan bisa merayakan ulang tahun bersama nantinya. Karina tersenyum sambil mengelus pelan perut buncitnya. Karina juga sedikit khawatir. Karena dokter kandungannya mengatakan berat si kecil sudah mencapai tiga kilogram, yang artinya Karina akan sedikit kesulitan ketika melahirkan normal nanti. Usia Karina yang masih muda membuatnya akan sedikit kesulitan, karena jalan lahir si bayi akan sempit, apalagi kalau si kecil beratnya lebih dari tiga kilogram, sudah pasti Karina akan sangat kesulitan saat melahirkan nanti. Karina mendesah pasrah. Kalau berat si kecil lebih dari tiga kilogram, Karina akan dengan lapang hati menanggung rasa sakitnya supaya si kecil bisa lahir ke dunia. Karina menganggap ini karmanya, karena sudah melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya sebelum menikah. "Karina!" suara Albert terdengar menyapa Karina. "Hai!" sapa Karina balik seraya memasang senyum terbaiknya tanpa disadari. "Sudah siap?" tanya Albert. Karina mengangguk, "Sudah. Kita pergi sekarang?" "Ayo kita pergi!" Albert mengulurkan tangannya dan mengandeng tangan Karina, membimbing Karina dengan hati-hati sampai naik ke dalam mobilnya. "Sabuk pengaman?" tanya Albert memastikan setelah dia memasuki mobil. "Done." Mobil Albert pun berkendara dengan batas kecepatan yang baik untuk ibu hamil besar, setengah jam kemudian sampailah mereka ke sebuah mall di pusat kota. Banyak gedung perkantoran dan mall di sekitar sini, Albert sempat kesulitan memutuskan mereka berdua akan pergi ke mall yang mana. Akhirnya Karina memutuskan dirinya ingin ke sebuah mall sejenis itc yang menjual barang-barang dengan harga cukup murah, kalau kamu tau di mana harus membelinya. "Tumben ke sini," kata Albert begitu mereka memasuki pusat perbelanjaan tersebut. "Dari pada bingung mau ke mana," Karina mengangkat bahu, "kita ke arah sana saja, siapa tau aku ketemu perlengkapan baby yang lucu." Karina dan Albert menghabiskan waktu beberapa jam di pusat perbelanjaan tersebut dan pulang dengan membawa sepuluh kantong tas belanja berukuran sedang. Tentu saja, Albert yang membawa sebagian besar kantong belanja tersebut. Karina terkikik begitu melihat Albert terlihat kerepotan dengan seluruh tas belanja Karina. "Sorry," Ucap Karina pelan. Albert menggelengkan kepalanya, "Nope, its fine." "Kalau begitu, apa kita mau makan dulu?" "Bagaimana kalau kita makan di rumah kamu saja? Kebetulan kangen sama masakan rumah kamu." "Bisaan kamu itu. Bilang aja mau makan gratis." "Itu tau." Karina pura-pura mendengus sebal, "Ya sudah, ayo kita pulang!" Dalam perjalanan pulang, Albert sesekali mendengarkan Karina melenguh pelan, tampak sedikit terganggu dengan sesuatu. Karena sedikit takut terjadi sesuatu dengan Karina, Albert pun memutuskan untuk bertanya. Karina hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, jadi Albert memutuskan untuk diam dan berkonsentrasi mengemudikan mobilnya. Setelah tiga puluh menit mengemudi, Albert hampir sampai di kompleks perumahan tempat Karina tinggal ketika Karina tiba-tiba memanggil namanya dengan sangat lirih, seperti menahan sakit. "Kontraksi?" tanya Albert menduga-duga, tetapi setengah berharap bukan sekarang waktunya. "Sepertinya begitu. Sepertinya si kecil sudah tidak sabar untuk melihat dunia," jawab Karina lirih, tampak mengerutkan kening dan menahan nafas sesaat sebelum kembali bersuara. “Sejak kapan kamu merasakan kontraksinya, Karina?” "Sebenarnya sejak di pusat perbelanjaan sebenarnya aku mulai merasa tidak nyaman, tapi aku pikir itu biasa. Karena memang sejak kandungan aku semakin besar, ketidaknyamanan itu sudah seperti teman," Karina terkekeh pelan. "Ouch!" Karina melenguh kesakitan. "Karina!" tegur Albert, ia terlihat khawatir sekali di mata Karina. "Relax, Albert. I'm fine. Hanya sedikit sakit saat kontraksinya terasa. " "Aku putar balik saja. Kita harus pergi ke rumah sakit sekarang!" tegas Albert. Karina mengangguk, "Aku akan menghubungi mami dan papi, juga kak Lila." "Good. Bertahanlah, Karina!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD