BAB 2 THE SOON

1554 Words
BAB 2 THE SOON       THE  SOON ....   "Aku tidak percaya kau memiliki putra yang lebih mirip denganku," sambut King Alzov ketika mendapati saudara laki-lakinya itu kembali mengunjungi istananya setelah sekian lama.   "Aku tetap tidak yakin dengan rencana mu, Al!" protes Artur dengan rencana saudaranya yang akan menyerahkan tahta kepada putranya yang sembrono.   "Kau tidak perlu cemas, Putri kami juga bukan gadis yang akan mengalah dengan b******n kecilmu."   "Kau tau pasti apa tujuannya menginginkan Putri dan tahtamu?"   "Percayalah, bahkan aku sempat berharap dia benar-benar putraku."   Kadang Pangeran Artur sendiri juga tidak tau kemana arah pikiran saudaranya itu, sama halnya dengan putranya, mereka sama-sama susah di tebak.   Mereka memang lebih mirip....   "Aku sudah yakin dia akan menerima kesepakatannya."   King Alzov memang selalu sangat percaya diri, walau Artur sadar jika permainannya kali ini sangat beresiko.   King Alzov tau siapa yang dihadapinya. Anak muda memang akan selalu haus dengan gairah pertarungan namun bukan berati dirinya tidak bisa menawarkan sebuah kesepakatan yang sepertinya juga tidak akan bisa di tolak putra Artur itu.   *****   THE NEXT KING   Sudah Zontus duga jika dia memang mahluk yang cantik ....   Sepasang Netra biru cemerlang itu menatapnya dari tempatnya mulai berjalan hingga mendekatinya.   Kecantikan luar biasa yang sempurna, dan manusia tidak akan nampak seperti itu. Dialah Putri negri Utara dan miliknya kali ini.   "Good day Princess," sambut Zontus setelah mereka cukup dekat.   "Good day Your Grace," Putri Eluise sedikit merunduk memberi rasa hormatnya yang palsu.   Zontus masih berdiri di tempatnya saat membiarkan sang Putri mendekatkan wajahnya pelahan dan membiarkan Zontus mulai menghirup aroma memikat yang di tawarkannya. Zontus pun mulai menarik jarak yang tinggal sebutir udara itu untuk bisa sedikit mencuri kehangatan bibir yang  sengaja ditawarkan untuknya. Namun justru saat itu sang putri tiba-tiba mengambil jarak dan seraya berbisik lembut.   "I'm not yours.... My Lord."   Menikmati sedikit kekecewaannya Zontus hanya bisa menghela nafas dalam. Menikmati permainan wanitan kadang hanya perlu sedikit kesabaran. Zontus kembali menyunggingkan senyum samar.   "I like your eyes My Queen..." Balas Zontus sengaja mengingatkan sepasang Netra biru muda yang kali ini menatapnya.   Segera Putri Eluise mengambil jarak tegas, tatapannya pun berubah bagai ular betinan dengan nafas berdesis penuh kebencian meski tak sepatah katapun keluar dari mulutnya sampai ia berlalu pergi.   Sepertinya King Alzov baru saja memberikan seorang Ratu yang sangat cocok untuknya. Pertukaran yang cukup sepadan....dan hadiah luar biasa yang sepertinya harus ia bayar mahal.   *****   Setelah kesepakatan yang berani Zontus ambil dari King Alzov, akhirnya Zontus di nobatkan sebagai Raja bagi negeri Utara.   Upacara penobatan baru saja usai, namun suasananya sama sekali tidak seperti yang di inginkan siapapun.   Meskipun King Alzov terkenal sangat arogan tapi sejak memutuskan hidup bersama Olive, sang Raja negeri utara itupun pelahan mulai berubah menjadi sosok yang lebih pemaaf.   Itulah kenapa Putri Eluise bisa menerima kepergian kedua orang tuanya dengan bijak, tapi tidak untuk menerima kesombong Raja barunya itu.   Begitu pula dengan para kesatria dan petinggi istana yang juga merasa bahwa Raja baru mereka hanya akan menimbulkan tragedi bagi seluruh negeri.   Putri Eluise berniat langsung pergi seusai acara penobatan.   " Putri masih harus menghadiri perjamuan untuk Raja baru kita."   "Aku belum lupa siapa yang membunuh pangeran James, paman,"____"jadi jangan paksa aku untuk berpura-pura menghormatinya!"   " Aku hanya mengingatkan pesan yang mulya King Alzov."   Putri Eluise kembali menatap pamannya, ayahnya yang mulya King Alzov memang sempat berpesan pada Edmund agar menjaga putrinya, meski sebenarnya itu tidak perlu. Putri Eluise cukup bisa menjaga dirinya sendiri, meski demikian dia selalu menghormati pamannya tersebut dalam urusan tata krama.   "Terima kasih, Paman, bilang saja aku tidak enak badan," Luise sengaja mengucap kannya cukup lantang untuk di dengar sendiri oleh Raja barunya. Putri Eluise sudah bangkit dari tenpat duduknya tanpa merasa perlu meminta ijin pada King Zontus yang masih duduk di sebelahnya.   "Pesta belum usai, My Queen."   Sepertinya Putri Eluise tetap mengabaikan teguran King Zontus, hingga pria itu ikut bangkit untuk mengejarnya.   "Sekarang aku rajamu, dan jangan berani mengabaikanku!" kejar Zontus saat tiba-tiba sudah menyambar lengan putri ELuise dan berbisik tepat di telinganya dengan nada kasar.   Dan dengan kasar pula Zontus menarik Putri Eluise pergi dari keramain pestanya, dia benar-benar tidak peduli dengan seluruh mata yang sedang memandangnya. Zontus membawa Putri Eluise berjalan cepat melewati lorong kemudian mendorongnya kedalam bilik kamarnya.   "Hentikan omongkosong ini!" tekan Zontus setelah mereka tinggal berdua.   "Kau hanya menginginkan tahta !" desis Eluise.   "Juga dirimu !" tekan Zontus dengan menunjuk tegas sang Putri.   "Jangan Berani menganggap remeh seorang wanita!" dengan mengangkat dagu angkuhnya, jelas putri King Alzov itu bukan jenis wanita yang bisa di tindas.   Zontus sengaja menatap sepasang manik biru terang yang akan selalu diingatnya itu untuk mengejek.   "Jangan bilang Anda sudah lupa dengan apa yang telah kita lakukan di lantai hutan, dan kenapa kita tidak mencobanya lagi sekarang."   Jelas itu sebuah tantangan yang sangat kurang ajar, dia tau zontus sengaja mengingatkannya pada perbuatan tidak senonoh yang sudah dia lakukan padanya di hutan waktu itu. Zontus memang bisa memaksanya tapi luise bukan gadis yang akan mudah mengalah begitu saja, dia bahkan masih cukup berani jikapun harus menghadapinya seorang diri.   "Apa hanya sebatas itu keberanianmu untuk menekan seorang wanita? " tantang Luise sinis saat balas menatap sepasang Netra biru gelap itu dengan berani.   Luise duduk di ujung ranjang saat tiba-tiba menyibakkan bagian bawah gaun panjangnya dan membuka kedua kakinya sendiri dengan lebar, sepertinya tindakan itu cukup mengejutkan.   "Apa yang kau lakukan? "   "Ayo bukankah kau bilang menginginkanku."   Dengan lantang jelas tantangan itu seolah menyengat tubuh Zontus hingga sampai ke ubun-ubun dan mustahil rasanya untuk mengabaikan tantangan macam itu dari seorang wanita yang jelas sudah sangat di inginkannya beberapa malam ini.   "Ku akui kau cukup berani, dan ini akan jadi pelecehan jika sampai tidak ku terima tantangan Anda,my Lady."   Zontus melepas ikat pinggangnya dengan cepat kemudian melemparnya ke lantai, tanpa perlu menanggalkan seluruh pakaiannya dia siap menghadapi gadis keras kepala di depannya itu.   "Kuingatkan jangan menyesal," Karena mustahil bagi pria manapun untuk dihentikan saat ini.   Putri Eluise masih tak bergeming dengan sikap dinginnya, masih terduduk kaku kedua tangan putri mengepal keras menahan kebenciannya. Dia sengaja membiarkan Zontus menyentuhnya seperti hewan liar yang sedang mencari kepuasannya sendiri. Zontus mulai bergerak kasar karena kesal dengan sikap putri yang bertahan dengan sikap dinginnya yang menyebalkan. Putri Eluise memang hanya berharap Zontus akan segera selesai dengan dirinya dan diabaikan dengan cara seperti itu oleh wanita bisa menjadi penghinaan terbesar bagi pria manapun, sepertinya Putri King Alzov itu sudah cukup paham mengenai cara untuk menghina seorang pria.   Akhirnya Zontus pun selesai dengan dirinya dan putri Eluise segera mendorong d**a Zontus untuk menjauh. Tatapannya jelas mengisyaratkan rasa jijik pada pria di depannya itu.   "Apa kau sudah puas? " ejek Eluis, "ternyata hanya sebatas itu yang bisa kau lakukan. "   Dengan kekerasan dirinya putri Eluis  memang tidak akan pernah mau mengalah, mengabaikan rasa sakit yang tersisa dia pun segera membenahi gaunnya dan kembali berdiri dengan angkuh.   "Kau boleh memanggilku penyihir, dan akui dengan berani jika aku sama sekali tidak mempengaruhi egomu!"   Zontus benar-benar geram saat harus mendengar penghinaan dari mulut wanita yang baru saja mengabaikannya seperti seorang pecundang, hal seperti itu tentu sangat melukai harga dirinya sebagai seorang pria.   Setelah menghela nafas dalam Zontus coba menahan dirinya saat menusuk netra biru terang di depannya.   Sebenarnya Luise tidak menduga jika Zontus justru akan mencium bibirnya sekali lagi, tidak kasar tapi putri Eluise masih bertahan mengabaikannya dengan sama dinginnya.   "Dengar, sepertinya aku memang tidak menyesal sudah membunuhnya."   PLAKK !!!   Sebuah tamparan baru saja menghampiri pipi kiri Zontus, memang bukan hal yang menyakitkan tapi cukup untuk menentang batas kewarasannya, tapi dia akan selalu ingat jika baru saja seorang wanita telah menamparnya dengan begitu berani.   "Kau sudah mendapatkanku sekarang pergilah !" usir putri Eluise dengan suara berdesis murka.   "Kau tetap akan menjadi ratuku terserah Anda suka atau tidak! "   "Kau memang mahluk menjijikkan! "                        *****   Dua malam berlalu.... Luise mulai berpikir keras, dia sadar Zontus bisa jadi bencana bukan hanya untuk dirinya tapi juga negerinya.   Persetan dengan semua itu, karena sejatinya dia bisa pergi kemanapun yang dia mau.   Tengah malam Luis membawa kudanya menembus pekatnya kabut hutan terlarang, baginya memang tidak perlu ada yang di takutkan bahkan monster hutanpun tidak akan ada yang berani mendekatinya.   Sialnya tiba-tiba sesosok gelap menghadangnya di tengah jalan.   "Maaf My Lady, tak seharusnya Anda berada di tempat seperti ini di tengah malam."   Luis tak percaya Zontus benar-benar mengikutinya.   "Sebenarnya itu bukan urusanmu!"   "Tapi aku melarangmu, seorang Lady terhormat tidak berkeliaran di tengah hutan."   "Bukan hakmu melarangku," Luise tersenyum sinis.   "Baiklah coba saja pergi jika Anda bisa."   "Berengsek!" Luise melompat untuk menerjang Zontus, beberapa kali usahanya gagal karena Zontus selalu berhasil menghindar.   Zontus mengakui gerakan gadis itu cukup gesit, tapi bagaimanapun seorang gadis tetap bukan tandingannya. Mungkin mengajarkan sedikit sopan santun sepertinya tak ada salahnya, meski dirinya sendiri juga sama berengseknya dalam urusan tata krama, tapi paling tidak dirinya bukan pria yang akan memukul seorang wanita.   Walaupun mereka nampak benar-benar sedang berkelahi, tapi Zontus tetap sangat berhati-hati, mengingat Luise bukan gadis yang mudah mengalah, dan akhirnya Zontus tetap harus menyicipi beberapa pukulan lumayan kasar untuk mengimbanginya.   Saat Zontus merasa sudah cukup,  dia pun harus segera menghentikannya, karena jika dibiarkan mereka mungkin akan tetap  saling memukul hingga pagi. Zontus menyambar pinggang Luise dengan cepat kemudian membawanya melompat keatas punggung kudanya dengan paksa.   "Lepaskan aku berengsek! "   "Kembalilah kekamarmu, dan jangan berani keluar malam lagi selama kau tinggal di istanaku!"   *****  mari luangkan untuk memberi dukungan untuk cerita ini, kasih Like sebagai hadiah yang sangat berharga buat penulis                                                      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD